28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:48 AM WIB

Antisipasi Banjir Meluap, Sedimentasi Sungai di Jembrana Digali

NEGARA – Sejumlah sungai dan bendung yang selama ini meluap dan menyebabkan banjir sudah ditangani dengan pengerukan waledan atau sedimentasi.

Namun, tidak menutup kemungkinan masih banjir karena perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Selain itu, tergantung dari cuaca yang akan terjadi, jika curah hujan tinggi dikhawatirkan masih banjir.

Menurut kepala bidang sumberdaya air I Wayan Widnyana, menghadapi musim hujan untuk mengantisipasi banjir sejumlah sungai, saluran irigasi dan bendung sudah dilakukan.

Pada tahun anggaran 2019 lalu, sedimentasi sungai dan bendung sudah dikeruk. “Memang belum maksimal, karena anggaran terbatas,” terang Widnyana kemarin.

Pihaknya berharap dengan upaya maksimal yang telah dilakukan, banjir tidak terjadi lagi seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Namun tergantung alam, apabila cuaca sangat ekstrem dengan curah hujan tinggi. “Kami sudah ada upaya untuk mengantisipasi, tapi kalau sangat ekstrem cuacanya seperti Jakarta tetap banjir,” terangnya.

Menurutnya, sungai dan bendung yang selama ini sering meluap dan merendam pemukiman warga sekitarnya berada di Desa Kaliakah dan Desa Budeng.

Khusus di Desa Budeng, karena telabah menyempit belum bisa normalisasi karena banyak rumah di pinggir sungai.

“Kita tidak bisa pastikan tahun ini bebas banjir, seperti di Desa Budeng karena sungai dipersempit oleh masyarakat,” tegasnya.

Sedangkan sungai dan bendung di Desa Kaliakah, penyebab banjir bukan hanya tingginya sedimentasi tetapi juga perilaku masyarakat.

Padahal, dari segi teknik perencanaan bendung Banyubiru satu sesuai dengan karakteristik sungai, yakni sungai lumpur. Jadi membuat bendung gerak.

Namun faktanya, masyarakat masih membuang sampah di sungai, ranting kayu dan bambu sehingga menghambat laju air di sungai.

Sementara itu untuk saluran irigasi di Kelurahan Pendem, tepatnya di sebelah timur SMK swasta sudah dilakukan penggalian sedimentasi.

Hanya saja, penggalian sedimentasi belum dilakukan maksimal, tanah sedimentasi dibuang ke pinggir bahkan beberapa bagian belum selesai digali.

“Kesulitan kita alat berat tidak bisa bergerak, alat berat kelem. Jadi sementara kami pinggirkan dulu, mungkin akan kami atasi nanti dengan tenaga sedikit demi sedikit,” terangnya.

NEGARA – Sejumlah sungai dan bendung yang selama ini meluap dan menyebabkan banjir sudah ditangani dengan pengerukan waledan atau sedimentasi.

Namun, tidak menutup kemungkinan masih banjir karena perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Selain itu, tergantung dari cuaca yang akan terjadi, jika curah hujan tinggi dikhawatirkan masih banjir.

Menurut kepala bidang sumberdaya air I Wayan Widnyana, menghadapi musim hujan untuk mengantisipasi banjir sejumlah sungai, saluran irigasi dan bendung sudah dilakukan.

Pada tahun anggaran 2019 lalu, sedimentasi sungai dan bendung sudah dikeruk. “Memang belum maksimal, karena anggaran terbatas,” terang Widnyana kemarin.

Pihaknya berharap dengan upaya maksimal yang telah dilakukan, banjir tidak terjadi lagi seperti pada tahun-tahun sebelumnya.

Namun tergantung alam, apabila cuaca sangat ekstrem dengan curah hujan tinggi. “Kami sudah ada upaya untuk mengantisipasi, tapi kalau sangat ekstrem cuacanya seperti Jakarta tetap banjir,” terangnya.

Menurutnya, sungai dan bendung yang selama ini sering meluap dan merendam pemukiman warga sekitarnya berada di Desa Kaliakah dan Desa Budeng.

Khusus di Desa Budeng, karena telabah menyempit belum bisa normalisasi karena banyak rumah di pinggir sungai.

“Kita tidak bisa pastikan tahun ini bebas banjir, seperti di Desa Budeng karena sungai dipersempit oleh masyarakat,” tegasnya.

Sedangkan sungai dan bendung di Desa Kaliakah, penyebab banjir bukan hanya tingginya sedimentasi tetapi juga perilaku masyarakat.

Padahal, dari segi teknik perencanaan bendung Banyubiru satu sesuai dengan karakteristik sungai, yakni sungai lumpur. Jadi membuat bendung gerak.

Namun faktanya, masyarakat masih membuang sampah di sungai, ranting kayu dan bambu sehingga menghambat laju air di sungai.

Sementara itu untuk saluran irigasi di Kelurahan Pendem, tepatnya di sebelah timur SMK swasta sudah dilakukan penggalian sedimentasi.

Hanya saja, penggalian sedimentasi belum dilakukan maksimal, tanah sedimentasi dibuang ke pinggir bahkan beberapa bagian belum selesai digali.

“Kesulitan kita alat berat tidak bisa bergerak, alat berat kelem. Jadi sementara kami pinggirkan dulu, mungkin akan kami atasi nanti dengan tenaga sedikit demi sedikit,” terangnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/