25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:14 AM WIB

60 Sekolah SD – SMA di Buleleng Ajukan Belajar Tatap Muka ke Satgas

SINGARAJA – Satu persatu sekolah di Kabupaten Buleleng mengajukan izin simulasi pembelajaran tatap muka.

Setelah di SDN 3 Banjar Jawa, kini giliran SMPN 1 Singaraja mengajukan simulasi tatap muka. Sekolah ini akan diproyeksikan sebagai sekolah percontohan penerapan protokol kesehatan, bagi tingkat SMP.

Kepala Disdikpora Buleleng Made Astika mengatakan, hingga kini sudah ada puluhan SD dan SMP yang mengajukan izin tatap muka.

Menurutnya, seluruh satuan pendidikan dari tingkat TK hingga SMA sederajat, harus mengajukan izin tatap muka pada Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Buleleng.

“Sekalipun kewenangan pengelolaan SMA/SMK itu ada di provinsi, tapi Disdik Provinsi sudah menegaskan bahwa izin tatap muka itu dikeluarkan oleh satgas di daerah masing-masing.

Sampai hari ini sudah ada sekitar 60 sekolah yang mengajukan izin tatap muka. Proses verifikasi sedang berjalan. Nanti setelah verifikasi tuntas,

sekolah-sekolah ini kami minta melakukan simulasi untuk meyakinkan bahwa protokol kesehatan sudah benar-benar dilaksanakan sesuai standar,” kata Astika.

Di sisi lain, Kepala SMPN 1 Singaraja Ni Putu Karnadhi mengatakan, dari simulai itu memang ada beberapa kekurangan yang harus dilengkapi.

Karnadhi menyatakan sarana dan prasarana itu akan dilengkapi dalam waktu sepekan mendatang. Setelah sarana prasarana lengkap, pihak sekolah akan melakukan simulasi ulang dua pekan lagi.

Menurutnya, simulasi itu sangat penting. Sebab tak banyak orang tua siswa yang mengizinkan anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka.

Dari 1.082 orang siswa, hanya 27 persen saja yang diizinkan mengikuti tatap muka. “Makanya simulasi ini sangat penting bagi kami.

Karena ini menjadi model bagi kami, sekaligus untuk meyakinkan orang tua, bahwa kami benar-benar menerapkan protokol kesehatan,” tegasnya.

Lebih lanjut Karnadhi mengatakan, dalam sehari rencananya hanya ada 165 orang siswa yang masuk sekolah. Mereka akan berada di sekolah mulai jam 08.00 pagi hingga jam 11.00 siang.

Setelah itu siswa langsung pulang. Untuk sementara waktu, sekolah tidak membuka layanan kantin dan perpustakaan.

“Jadi hanya sekali pertemuan saja. Tidak ada shift belajar, hanya 3 jam itu dengan pembelajaran penuh di kelas. Kantin tutup, perpustakaan tutup, ekstra kurikuler juga ditiadakan.

Dalam sehari hanya 165 orang siswa yang datang, dengan luas areal sekolah kami yang 1 hektare lebih, kami yakin tidak akan ada kerumunan,” tukas Karnadhi. 

SINGARAJA – Satu persatu sekolah di Kabupaten Buleleng mengajukan izin simulasi pembelajaran tatap muka.

Setelah di SDN 3 Banjar Jawa, kini giliran SMPN 1 Singaraja mengajukan simulasi tatap muka. Sekolah ini akan diproyeksikan sebagai sekolah percontohan penerapan protokol kesehatan, bagi tingkat SMP.

Kepala Disdikpora Buleleng Made Astika mengatakan, hingga kini sudah ada puluhan SD dan SMP yang mengajukan izin tatap muka.

Menurutnya, seluruh satuan pendidikan dari tingkat TK hingga SMA sederajat, harus mengajukan izin tatap muka pada Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Buleleng.

“Sekalipun kewenangan pengelolaan SMA/SMK itu ada di provinsi, tapi Disdik Provinsi sudah menegaskan bahwa izin tatap muka itu dikeluarkan oleh satgas di daerah masing-masing.

Sampai hari ini sudah ada sekitar 60 sekolah yang mengajukan izin tatap muka. Proses verifikasi sedang berjalan. Nanti setelah verifikasi tuntas,

sekolah-sekolah ini kami minta melakukan simulasi untuk meyakinkan bahwa protokol kesehatan sudah benar-benar dilaksanakan sesuai standar,” kata Astika.

Di sisi lain, Kepala SMPN 1 Singaraja Ni Putu Karnadhi mengatakan, dari simulai itu memang ada beberapa kekurangan yang harus dilengkapi.

Karnadhi menyatakan sarana dan prasarana itu akan dilengkapi dalam waktu sepekan mendatang. Setelah sarana prasarana lengkap, pihak sekolah akan melakukan simulasi ulang dua pekan lagi.

Menurutnya, simulasi itu sangat penting. Sebab tak banyak orang tua siswa yang mengizinkan anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka.

Dari 1.082 orang siswa, hanya 27 persen saja yang diizinkan mengikuti tatap muka. “Makanya simulasi ini sangat penting bagi kami.

Karena ini menjadi model bagi kami, sekaligus untuk meyakinkan orang tua, bahwa kami benar-benar menerapkan protokol kesehatan,” tegasnya.

Lebih lanjut Karnadhi mengatakan, dalam sehari rencananya hanya ada 165 orang siswa yang masuk sekolah. Mereka akan berada di sekolah mulai jam 08.00 pagi hingga jam 11.00 siang.

Setelah itu siswa langsung pulang. Untuk sementara waktu, sekolah tidak membuka layanan kantin dan perpustakaan.

“Jadi hanya sekali pertemuan saja. Tidak ada shift belajar, hanya 3 jam itu dengan pembelajaran penuh di kelas. Kantin tutup, perpustakaan tutup, ekstra kurikuler juga ditiadakan.

Dalam sehari hanya 165 orang siswa yang datang, dengan luas areal sekolah kami yang 1 hektare lebih, kami yakin tidak akan ada kerumunan,” tukas Karnadhi. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/