TABANAN – Curhat Arumy Sekar, warga perumahan Graha Asta Bumi, Banjar Tanah Bang, Desa Banjar Anyar yang diminta pindah rumah kontrakan
gara-gara memelihara dan merawat 52 ekor anjing terlantar di Bali akhirnya mendapat tanggapan Perbekel Banjar Anyar I Made Budiana.
Bahkan, Perbekel Budiana mengakui telah meminta Kelian Banjar Tanah Bang untuk menindaklanjuti permasalahan yang mendera Arumy Sekar.
Menurutnya, dengan merawat dan memelihara 52 ekor anjing, di tengah pemukiman padat penduduk sudah bisa dipastikan akan mengganggu warga setempat.
Perbekel Budiana juga mengakui telah memperingatkan Arumy Sekar sejak 2019 lalu agar mengurangi jumlah anjing terlantar yang dirawatnya itu.
“Bisa empat ekor saja, karena dengan jumlah 52 ekor kan nggak memungkinkan berada di tengah pemukiman. Kami tidak pernah mengusir, kami meminta agar dikurangi,” tegas Perbekel Budiana.
Dalam waktu dekat ini, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan aparat desa dan Kelian Banjar Tanah Bang.
Karena janji dari pemilik ketika diingatkan sejak 2019 lalu, mengaku akan segera pindah, namun hingga saat ini juga belum dilakukan.
“Nanti kami juga akan koorodinasikan ke Dinas Peternakan seperti apa solusinya. Akan dibawa kemana anjing-anjing ini agar tetap selamat dan sehat,” tandasnya.
Sebelumnya, Arumy Sekar menceritakan awal mula permasalahan tersebut mencuat. Kepedulian Arumy terhadap dunia hewan khususnya anjing untuk diasuh sudah ia lakukan saat kos di Denpasar.
Semakin lama anjing terlantar yang dia rawat semakin banyak. Hingga jumlahnya mencapai puluhan. Akhirnya dia memutuskan mencari rumah kontrakan lebih di Tabanan.
Dia pun pindah ke Tabanan sejak Oktober 2018 lalu. “Awal pindahan ke Tabanan, saya sudah mengasuh 25 ekor anjing.
Saat mengontrak pemilik kontrakan pun tidak ada masalah. Malah mendukung. Begitu juga dengan warga setempat termasuk tetangga dekat,” tuturnya.
Hingga akhirnya niat mulianya itu memunculkan masalah. Beberapa tetangga dekatnya mulai risih dengan keberadaan puluhan anjing yang ia asuh itu.
Karena berisik dengan gonggongan anjingnya hingga bau yang cukup memgganggu. “Padahal dalam perawatanya saya sudah sangat meminimalisir bau.
Intinya dari kebersihan sangat diperhatikan agar bau tidak menyengat. Memang kalau bunyi sangat berisik, karena anjing ketika ada sesuatu yang memancing dia menggonggong akan menggonggong.
Tapi sebisa mungkin seperti anak saya yang membantu untuk memintanya diam. Tapi usaha saya sudah maksimal, kalau sudah dasarnya tidak suka ya susah juga,” terang Arumy.
Keluhan kata Arumi sebenarnya bukan seluruh warga perumahan. Namun kata dia, keluhan itu datang dari dua tetangga dekatnya saja yang merasa terganggu.
Hingga akhirnya di bulan Juli 2019 pecalang datang ke rumah kontrakanya dan menyampikan keluhan warga ini.
“Memang saya akui salahnya saya mencari tempat mengasuh anjing sebanyak ini di tengah pemukiman padat. Tapi karena memang kondisi saya saat itu keterbatasan dana dan hanya bisa mengontrak tempat ini,” ujarnya.
Untuk kebutuhan anjing mulai dari makanan, hingga perawatan dan vaksin dia mendapat sokongan dana dari donatur.
Ada juga dari dana pribadinya yang terpakai untuk mengasuh kebutuhan anjing-anjing tersebut. “Perbulan itu untuk 52 ekor anjing,
menghabiskan 150 kg beras, 10 sak dry food, 60 kg daging. Tapi saya juga masih suka memberi makan anjing-anjing di jalanan,” ucap Arumy.