25.6 C
Jakarta
23 November 2024, 6:23 AM WIB

Jalur Shortcut Perlu Tambah Lahan, Geser Trase Jalan Hindari Pelinggih

SUKASADA – Kebutuhan lahan untuk pembangunan jalur shortcut Singaraja-Denpasar, membengkak. Penyebabnya ada pelinggih beji yang terkena jalur trase.

Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII Bali-Jawa Timur terpaksa menggeser trase jalan, agar tak mengenai pelinggih tersebut.

Pelinggih itu berada di zona III. Tepatnya di STA 1.300-1.500. Semula keberadaan pelinggih itu tidak teridentifikasi.

Belakangan saat proses pembangunan baru diketahui ada pelinggih beji yang sangat dibutuhkan untuk ritual masyarakat. Terutama sebelum memasuki musim tanam.

Kepala BBPJN Wilayah VIII Bali-Jawa Timur Ketut Darmawahana mengatakan, saat awal memang lokasi suci tidak teridentifikasi oleh tim.

Setelah BBPJN berkoordinasi dengan masyarakat setempat, disana terdapat petirtaan yang sangat dibutuhkan untuk proses penyucian. Pihaknya pun berupaya memfasilitasi hal tersebut.

“Kadang dalam proyek, memang ada hal tak terduga seperti ini. Apalagi kita ada di Bali. Kalau memang pelinggih-nya tidak bisa disentuh (digeser, Red), trase jalannya yang kami geser,” katanya.

Pemindahan trase jalan itu memberikan konsekuensi penambahan luas lahan dalam pembangunan proyek.

Dari hitung-hitungan sementara, diperkirakan butuh tambahan lahan seluas 0,9 hektare. Hasil identifikasi sementara, lahan seluas itu dimiliki tiga orang pemilik lahan.

Rencananya biaya pembebasan lahan akan diambil dari APBD Bali dengan alokasi dana Rp 2 miliar.

“Nilai pastinya kami belum tahu ya. Karena sifatnya masih estimasi. Nanti nilainya ditentukan tim appraisal, berapa harga yang dinilai wajar,” ujarnya.

SUKASADA – Kebutuhan lahan untuk pembangunan jalur shortcut Singaraja-Denpasar, membengkak. Penyebabnya ada pelinggih beji yang terkena jalur trase.

Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah VIII Bali-Jawa Timur terpaksa menggeser trase jalan, agar tak mengenai pelinggih tersebut.

Pelinggih itu berada di zona III. Tepatnya di STA 1.300-1.500. Semula keberadaan pelinggih itu tidak teridentifikasi.

Belakangan saat proses pembangunan baru diketahui ada pelinggih beji yang sangat dibutuhkan untuk ritual masyarakat. Terutama sebelum memasuki musim tanam.

Kepala BBPJN Wilayah VIII Bali-Jawa Timur Ketut Darmawahana mengatakan, saat awal memang lokasi suci tidak teridentifikasi oleh tim.

Setelah BBPJN berkoordinasi dengan masyarakat setempat, disana terdapat petirtaan yang sangat dibutuhkan untuk proses penyucian. Pihaknya pun berupaya memfasilitasi hal tersebut.

“Kadang dalam proyek, memang ada hal tak terduga seperti ini. Apalagi kita ada di Bali. Kalau memang pelinggih-nya tidak bisa disentuh (digeser, Red), trase jalannya yang kami geser,” katanya.

Pemindahan trase jalan itu memberikan konsekuensi penambahan luas lahan dalam pembangunan proyek.

Dari hitung-hitungan sementara, diperkirakan butuh tambahan lahan seluas 0,9 hektare. Hasil identifikasi sementara, lahan seluas itu dimiliki tiga orang pemilik lahan.

Rencananya biaya pembebasan lahan akan diambil dari APBD Bali dengan alokasi dana Rp 2 miliar.

“Nilai pastinya kami belum tahu ya. Karena sifatnya masih estimasi. Nanti nilainya ditentukan tim appraisal, berapa harga yang dinilai wajar,” ujarnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/