GIANYAR – Setelah sempat ditutup, aktivitas penambangan batu padas di tebing Tukad Petanu kembali muncul.
Tebing dikeruk secara manual menggunakan mesin dan tangan. Pihak terkait mengaku akan mengecek penambangan itu.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali, ada dua tambang batu padas berdiri di bawah jembatan Desa Sukawati-Tegenungan. Aktivitas mereka bisa terlihat dari jembatan penghubung dua desa tersebut.
Untuk mengetahui penambangan tidak sulit, karena penambang akan mendirikan tenda dari terpal warna biru supaya tidak kepanasan saat bekerja.
Kemudian, terlihat tumpukan batu padas yang sudah terpotong-potong. Ada bagian yang terpotong itu tersusun rapi di jalan raya, menandakan paras siap dijual.
Saat Jawa Pos Radar Bali mengintip, tampak juga ibu-ibu nyuun (membawa barang pakai kepala) batu padas yang sudah terpotong-potong.
Ibu itu membawa batu dari lokasi tambang menuju jalan raya. Mereka juga beraksi kucing-kucingan karena ketika melihat orang asing, mereka sembunyi.
Mengenai aktivitas itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Gianyar, Cokorda Agusnawa, menyatakan, penambangan menjadi kewenangan Satpol PP Provinsi.
“Kami akan laporkan ke Satpol PP Bali kalau memang masih beroperasi,” ujar Agusnawa. Kasi Penyidikan dan Penyelidikan Satpol PP Provinsi Bali, I Ketut Pongres, mengaku akan mengecek adanya temuan itu.
“Nanti kami akan tindaklanjuti,” ujar Pongres via Whatsapp. Disinggung mengenai aturan menambang batu padas, Pongres mengembalikan kepada kabupaten.
“Tergantung aturan dari lingkungannya,” ujarnya. Sebagaimana diketahui, penutupan terhadap aktivitas penambangan liar itu sudah beberapa kali dilakukan.
Namun, penambang tetap nekat buka lagi. Penutupan tambang terakhir kali berlangsung Kamis, 15 Februari lalu. Saat itu ada dua titik lokasi tambang yang dihentikan polisi.
Dua bos tambang diamankan karena membuat penyangga jalur Desa Sukawati-Tegenungan Kemenuh, putus.
Terkait terulangnya aktivitas itu, Kasatreskrim Polres Gianyar, AKP Deni Septiawan juga akan melakukan pengecekan. “Saya akan cek,” tegasnya.
Di bagian lain, aktivitas penambangan ini memang dikeluhkan oleh pengelola wisata air terjun Tegenungan di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati.
Selain ada tambang di bagian selatan air terjun, juga ada tambang di bagian selatan air terjun. Material sisa tambang yang tidak terpakai runtuh ke sungai. “Penambangan menyebabkan air terjun menjadi keruh,” keluhnya.