SINGARAJA – Identitas jenazah laki-laki misterius yang ditemukan di Pantai Penimbangan, Singaraja, akhirnya menunjukkan titik terang.
Jenazah itu diketahui bernama Gede Ari Artawan, 18. Identitas jenazah juga dipastikan oleh keluarga korban.
Ari Artawan adalah salah seorang warga di Banjar Dinas Tegallinggah, Desa Tegallinggah, Kecamatan Sukasada.
Korban diketahui bekerja di salah satu toko grosir yang ada di Jalan Pandawa, Denpasar. Sebelum bekerja di toko, korban sempat bekerja di sejumlah tempat. Mulai dari bengkel las hingga hotel.
Identitas korban terungkap lewat tato bergambar kompas dan tulisan “Arik” pada punggung kanan korban. Pihak keluarga memastikan tato itu memang milik korban.
“Saya ingat, karena gara-gara tato itu anak saya tidak diterima di (SMA) negeri. Akhirnya saya sekolahkan di swasta.
Biar anak saya ada bekal kalau sudah dewasa, biar hidupnya lebih baik,” kata Luh Rediani, 38, ibu korban saat ditemui di rumah duka, siang kemarin (8/6).
Di rumah duka, banyak kerabat yang mulai sibuk menyiapkan sarana upacara dan upakara. Di rumah duka hanya terlihat Luh Rediani dan adik korban yang baru berusia 13 tahun.
Sementara ayah korban, Ketut Mariada, 44, tengah berada di RS Sanglah untuk menjemput jenazah korban.
Menurut Rediani, putra sulungnya terakhir kali pulang ke Buleleng saat hari raya Galungan. Saat itu korban pulang kampung dengan membawa mobil DK 1092 UK yang berisi stiker “Dendim” pada sisi samping.
Ibu korban menyebut mobil itu merupakan mobil sewaan. Tiap pekan saat pulang kampung, korban biasa membawa pulang mobil itu.
Pada Kamis (31/5) pekan lalu, korban pamit kembali ke Denpasar karena harus bekerja. Setelah itu, komunikasi keluarga dengan korban terputus.
Ibu korban sempat berusaha menghubungi korban sejak Senin (4/6) lalu, namun ponsel korban sudah tidak aktif.
“Sejak itu saya terus menghubungi anak saya. Tiap hari saya hubungi, sampai kemarin (Kamis, Red). Tapi tetap tidak aktif.
Baru sekitar jam dua atau jam tiga siang itu ada petugas datang ke rumah mengabari kalau anak saya ditemukan sudah meninggal di PP (Pantai Penimbangan, Red),” cerita Rediani.
Rediani juga menyebut anaknya tidak pernah memiliki masalah di rumah. “Setahu saya, di rumah dia tidak penah punya masalah.
Kami juga tidak pernah memarahi. Dia juga tidak pernah mengajak teman. Saya tidak tahu siapa saja teman-temannya,” imbuhnya.
Hanya saja, Rediani menyebut anaknya memiliki riwayat sakit. Sejak setahun terakhir, anaknya sering muntah darah.
Selain punya kebiasaan merokok dan keluar malam, anaknya juga sering minum-minuman keras.
“Sempat diajak ke dokter, katanya sakit paru-paru. Setiap habis minum, biasanya muntah darah. Saya ingatkan biar mengurangi, biar lebih lama bisa kumpul sama keluarga. Tapi ternyata begini kejadiannya,” ceritanya lagi.
Korban juga sempat meminta izin pada orang tuanya untuk melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya yang berasal dari Gianyar.
Izin itu disampaikan sekitar sebulan lalu. Namun korban membatalkan rencana itu, dengan alasan ingin fokus bekerja terlebih dulu sehingga punya cukup bekal saat menikah.
Pihak keluarga mengaku tidak memiliki kecurigaan apa-apa. Keluarga hanya berharap polisi dapat mengungkap penyebab pasti kematian korban. Sehingga keluarga tak lagi bertanya-tanya.
“Kalau memang dibunuh, biar pelakunya terungkap. Kalau bunuh diri, kami keluarga mohon ampun dan doa biar jalan anak kami ke alam sana lapang.
Kami hanya ingin kejelasan itu saja. Sebagai orang Hindu, kita yakin sama yang namanya karma,” tandas Rediani.