DENPASAR – Arus modernisasi terus berkembang pesat nyaris tanpa terbendung di era globalisasi saat ini. Bali sebagai daerah yang terkenal akan berbagai tradisi dan budaya ini pun terancam tergulung oleh arus modernisasi tersebut.
Fenomena ini disadari betul oleh Desa Sumerta Kaja Denpasar yang tak ingin tinggal diam melihat fenomena ini. Melaui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), Desa Sumerta Kaja concern melaksanakan program-program yang mendukung dalam hal pelestarian tradisi dan budaya.
Beberapa kegiatan rutin yang terus digeber di antaranya lomba baleganjur, penjor, hingga ngelawar yang diadakan di Desa Sumerta Kaja. Menurut Kepala Desa Sumerta Kaja I Wayan Purna, upaya menjaga budaya dan tradisi harus dimulai dari level terendah, yakni di tingkat desa.
“Melalui program tersebut saya berharap tradisi dan budaya warisan leluhur itu tidak hilang di telan zaman. Terutama menanamkan hal ini pada generasi muda, agar ini tetap lestari dan berkelanjutan,” harap I Wayan Purna.
Tak sia-sia. Kegiatan sederhana namun sarat nilai tradisi dan budaya ini membuahkan prestasi. Di tahun 2008 Gong Kebyar dari Desa Sumerta Kaja dipercaya untuk tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB) mewakili kota Denpasar.
Lalu ditahun 2018 ini, Banjar Pande Desa Sumerta Kaja meraih juara 1 lomba baleganjur se-Denpasar. “Yang penting adalah bagaimana di desa kami (Desa Sumerta Kaja, Red) tradisi dan budaya warisan itu masih tetap ada dan selalu diteruskan oleh generasi ke generasi. Untuk prestasi itu adalah nilai tambahan,” ungkap Wayan Purna.
Ke depan, pihaknya juga berharap bisa menambah varian kegiatan yang memberdayakan masyarakat desa di sektor adat dan budaya. Terlebih kegiatan-kegiatan yang melibatkan kawula muda agar kecintaan terhadap adat dan tradisi bisa terus terjaga. (dwa/yog)