DENPASAR – Mewabahnya penyakit layu (fusarium, bukan posarium) pada tanaman stroberi (fragaria sp.) milik petani
di kawasan Pancasari, Buleleng dan Baturiti, Tabanan menuai respons dari tim peneliti Fakultas Pertanian (FP) Universitas Udayana (Unud).
Sekretaris Program Studi Strata (S2) Bioteknologi FP Unud Dr I Gusti Ngurah Alit Susanta Wirya SP MAgr kemarin (9/2) menjelaskan, berdasar penelitian, wabah penyakit layu Fusarium di Bali bukan penyakit baru.
Penyakit dari kerajaan (kingdom) fungi atau jamur pada tanaman stroberi ini sudah teridentifikasi pada akhir tahun 2016 silam.
Kasus pertama dilaporkan petani stroberi di Candi Kuning, Tabanan. “Ciri fisik akibat penyakit layu fusarium ditandai dengan tanaman layu, mengering, dan daun memerah,” ujar Dr Alit Susanta.
Dilaporkan, wabah makin meluas pada awal Januari 2017 hingga mengakibatkan penurunan produksi stroberi di Bali hingga 80 – 90 persen.
Menurut Dr Alit Susanta, pemicu penyebaran fusarium akibat hujan lebat dengan intensitas lama yang memicu terjadinya banjir dan air bah.
“Kondisi saat itu (Januari 2017) sama seperti sekarang ini. Fusarium secara ilmiah merupakan salah satu genus cendawan berfilamen dari keluarga (family) Nectriaceae yang banyak ditemukan di tanaman dan tanah,” katanya.
Fusarium terdeteksi menyebar melalui pori-pori tanah. Wabah itu lalu masuk menyerang tanaman dan menyebabkan akar tanaman pendek dan membusuk.
“Kondisi tanah sangat berpengaruh terhadap penyebaran fusarium. Meski fusarium masuk kategori patogen (penyakit) lemah,
namun dengan hilangnya mikroba di dalam tanah akibat penggunaan senyawa kimia yang berlebihan menyebabkan penyakit ini seperti terkesan sulit dihambat,” tambahnya.