NEGARA – Meski sudah memasuki musim hujan, bendungan di Jembrana masih minim air. Seperti Bendungan Palasari yang berada di Desa Ekasari, Kecamatan Melaya.
Air bendungan masih sangat minim. Padahal, kapasitas air bendungan yang selesai dibangun tahun 1989 tersebut sebanyak 8 juta m3.
Karena air bendungan masih minim, subak belum bisa menggunakan air limpahan dari bedungan. Kondisi tersebut diakui Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Pemukiman Jembrana I Wayan Darwin.
Menurutnya, Bendungan Palasari, merupakan aset pusat namun pemakaian diserahkan pada pemerintah kabupaten.
Namun saat ini, air belum maksimal dipakai karena air belum naik. “Karena airnya belum maksimal. Tanda-tandanya nanti air melimpah ke spill way, baru ada kelebihan dan normal airnya,” jelasnya.
Karena air dalam bendungan belum maksimal, air yang ada belum bisa dipakai semua. Air dalam bendungan harus selalu ada, sehingga pada level tertentu air tidak boleh dikeluarkan.
Apabila air sudah maksimal, pihaknya akan memberikan informasi pada klian subak gede untuk memanfaatkan air.
“Kalau airnya nanti masih di atas level stok, dibawah normal akan diatur airnya pada subak yang bisa dialiri air,” ungkapnya.
Mengenai sedimentasi Bedungan Palasari yang sudah tinggi. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat yang menangani untuk pengerukan sedimentasi.
Rencananya pada tahun 2021 akan dilakukan pengerukan. Sementara saat ini hanya untuk perbaikan sabuk hijau atau green belt.
Pada musim kemarau air bendungan volume air saat ini hanya tersisa sedikit. Penyebab menurunnya volume air tersebut selain akibat kemarau, sumber mata air yang kecil.
Di samping itu, air dimanfaatkan masyarakat untuk air minum dengan pipa-pipa hingga ke sumber mata airnya. Kondisi tersebut sama seperti Bendungan Benel yang juga mengalami penyusutan volume air.