SINGARAJA – Sejumlah warga Banyuasri melakukan aksi pemasangan spanduk protes. Mereka memprotes keberadaan Pasar Banyuasri yang dinilai belum banyak berdampak pada bagi masyarakat sekitar.
Utamanya setelah pasar selesai direvitalisasi. Aksi pemasangan spanduk itu dilakukan di dua titik. Yakni di depan DPRD Buleleng dan di pintu masuk Pasar Banyuasri.
Total ada tiga buah spanduk yang dipasang. Sebanyak satu spanduk dipasang di depan DPRD Buleleng, sementara dua spanduk lainnya dipasang di pintu masuk pasar.
Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, spanduk itu dipasang sekitar pukul 17.00 sore kemarin (9/4).
Salah seorang staf di DPRD Buleleng menyebut tiba-tiba puluhan orang mendatangi DPRD Buleleng. Mereka meminta izin memasang spanduk di depan gedung dewan.
“Ya tadi datang ada sekitar 30 orang. Bilang mau pasang spanduk di depan. Setelah pasang spanduk langsung pergi,” ujar staf tersebut.
Ternyata selain di DPRD Buleleng, ada pula dua spanduk lain yang dipasang di Pasar Banyuasri. Spanduk itu bernada serupa.
Mereka melayangkan protes karena merasa tak diakomodir sebagai pekerja di sana. Mereka juga kesulitan mengembangkan usaha di areal pasar, karena tak memiliki cukup modal.
Informasi yang beredar, warga ingin dipekerjakan di internal Perumda Pasar Argha Nayottama. Mereka berharap bisa dipekerjakan entah sebagai juru parkir atau petugas kebersihan.
Warga kehilangan mata pencaharian mereka, sejak seluruh pedagang diarahkan masuk ke dalam areal pasar.
Lurah Banyuasri Ketut Darmika mengakui adanya pemasangan spanduk tersebut. Ia mengaku baru menerima informasi pemasangan itu sore tadi.
Ia pun baru tahu setelah spanduk terpasang. Darmika mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan Perumda Pasar, agar ada solusi bagi warga.
“Nanti akan kami koordinasikan. Mungkin bisa dipekerjakan jadi juru parkir di dalam pasar atau ada solusi lainnya. Mungkin bisa mengelola parkir di wilayah terminal atau tempat lain. Kami akan upayakan ada jalan keluar,” kata Darmika.
Sementara itu Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna mengaku dirinya tengah mencari tahu permasalahan yang terjadi.
Ia menduga permasalahan muncul karena Perumda Pasar tidak mengakomodasi warga sebagai pekerja di dalam pasar.
Terlebih saat ini pasar tumpah sudah masuk ke areal pasar, sehingga warga kehilangan sumber mata pencaharian. Setidaknya dari pengelolaan parkir.
“Saya sudah minta agar Komisi III DPRD segera menindaklanjuti masalah ini. Biar tidak berlarut-larut. Kami upayakan ada win-win solution soal ini,” kata Supriatna.