33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:55 PM WIB

Pengungsi Pakisan Kesulitan Air Bersih, Siswa Belajar di Selasar

PAKISAN – Puluhan warga di Banjar Dinas Klandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, yang menjadi korban gempa pada Minggu (5/8) lalu, hingga kini belum tersentuh bantuan.

Selain bantuan yang belum tersentuh,  mereka juga kesulitan mendapat pasokan air bersih. Sebab bak penampungan air yang didirikan di halaman rumah, sudah jebol. 

Praktis mereka harus mencari air bersih di tempat lain.

“Paling mendesak sekarang itu tenda, sembako, dan air bersih. Kami harap pemerintah maupun masyarakat bisa membantu kami. Sebab kami sudah tidak punya apa-apa lagi disini,” kata Sidi Mantra.

Sementara itu Sekretaris BPBD Buleleng, Ketut Susila mengatakan, pihaknya telah meminta sembako pada BPBD Bali untuk disalurkan pada para pengungsi.

Pasalnya pasokan sembako yang ada di BPBD Buleleng kini telah tandas.

“Kami sedan gurus ke provinsi, karena stok sedang kosong. Tenda juga terbatas. Sementara kami belum bisa sediakan satu keluarga satu tenda, jadi sementara harus gabung dulu. Kami upayakan dipenuhi segera,” katanya.

Sementara untuk kebutuhan air bersih, BPBD Buleleng akan mengirimkan tandon air untuk menampung air bersih di wilayah Klandis. Apabila tak ada akses air bersih, maka BPBD Buleleng akan menyuplai air bersih menggunakan truk tangki.

Sementara itu,  28 orang siswa kelas 3 di SDN 3 Depeha, terpaksa belajar di selasar sekolah. Mereka tak bisa belajar di ruang kelas, karena kelas mereka rusak akibat digoyang gempa. Tadinya yang duduk di kelas 3 belajar di Mess Guru. Namun karena mess rusak parah akibat digoyang gempa, siswa setempat tak lagi memiliki ruang belajar.

“Awalnya memang kelas 3 belajar di mess guru. Tapi karena rusak parah, terpaksa belajar di luar dulu. Sambil menunggu perbaikan ruangan selesai, mereka terpaka di selasar dulu. Begitu perbaikan ruangan selesai, mereka langsung masuk ke kelas,” kata Ketut Sulatra, salah seorang guru setempat.

Tadinya pihak sekolah berencana menggunakan gedung serbaguna untuk sementara waktu. Namun langkah itu tak bisa dilakukan, karena gedung masih digunakan untuk menyimpan material untuk perbaikan kantor desa. Rencananya dalam dua pekan kedepan, siswa sudah kembali ke kelas. 

PAKISAN – Puluhan warga di Banjar Dinas Klandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, yang menjadi korban gempa pada Minggu (5/8) lalu, hingga kini belum tersentuh bantuan.

Selain bantuan yang belum tersentuh,  mereka juga kesulitan mendapat pasokan air bersih. Sebab bak penampungan air yang didirikan di halaman rumah, sudah jebol. 

Praktis mereka harus mencari air bersih di tempat lain.

“Paling mendesak sekarang itu tenda, sembako, dan air bersih. Kami harap pemerintah maupun masyarakat bisa membantu kami. Sebab kami sudah tidak punya apa-apa lagi disini,” kata Sidi Mantra.

Sementara itu Sekretaris BPBD Buleleng, Ketut Susila mengatakan, pihaknya telah meminta sembako pada BPBD Bali untuk disalurkan pada para pengungsi.

Pasalnya pasokan sembako yang ada di BPBD Buleleng kini telah tandas.

“Kami sedan gurus ke provinsi, karena stok sedang kosong. Tenda juga terbatas. Sementara kami belum bisa sediakan satu keluarga satu tenda, jadi sementara harus gabung dulu. Kami upayakan dipenuhi segera,” katanya.

Sementara untuk kebutuhan air bersih, BPBD Buleleng akan mengirimkan tandon air untuk menampung air bersih di wilayah Klandis. Apabila tak ada akses air bersih, maka BPBD Buleleng akan menyuplai air bersih menggunakan truk tangki.

Sementara itu,  28 orang siswa kelas 3 di SDN 3 Depeha, terpaksa belajar di selasar sekolah. Mereka tak bisa belajar di ruang kelas, karena kelas mereka rusak akibat digoyang gempa. Tadinya yang duduk di kelas 3 belajar di Mess Guru. Namun karena mess rusak parah akibat digoyang gempa, siswa setempat tak lagi memiliki ruang belajar.

“Awalnya memang kelas 3 belajar di mess guru. Tapi karena rusak parah, terpaksa belajar di luar dulu. Sambil menunggu perbaikan ruangan selesai, mereka terpaka di selasar dulu. Begitu perbaikan ruangan selesai, mereka langsung masuk ke kelas,” kata Ketut Sulatra, salah seorang guru setempat.

Tadinya pihak sekolah berencana menggunakan gedung serbaguna untuk sementara waktu. Namun langkah itu tak bisa dilakukan, karena gedung masih digunakan untuk menyimpan material untuk perbaikan kantor desa. Rencananya dalam dua pekan kedepan, siswa sudah kembali ke kelas. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/