33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 14:09 PM WIB

Sempat Off Karena Covid, Pramugari Mia Baru Masuk Kerja 30 September

DENPASAR – Suasana duka terasa di kediaman Ni Luh Sudarmi Wadu, 61, dan Zet Wadu 59, orang tua pramugari Sriwijaya Air SJ 182

Mia Tresetyani Wadu yang pesawatnya mengalami loss contact usai take of dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta.

Keduanya didampingi kakak kandung Mia Wadu, Ardi Samuel Cornelis Wadu, 23, yang menerima sanak saudara, dan para kerabat di rumah mereka di Jalan Tukad Gangga Gang Tirta Gangga No. 8, Denpasar Selatan.

Mereka tampak mencermati perkembangan informasi melalui layar televisi. Sang Ibu Ni Luh Sudarmi Wadu tampak tak kuasa melihat proses evakuasi di layar televisi.

Dia memilih duduk menyamping. Sementara sang ayah, Zet Wadu, terus menyimak meski tak kuasa menahan air mata.
Sembari menanti perkembangan dari layar televisi, Ardi Samuel Cornelis Wadu, tampak, mempersiapkan sejumlah berkas data diri.

Pasalnya, pegawai honorer di Kanwil Keuangan Negara Cabang Denpasar ini pagi ini harus berangkat ke Jakarta mewakili orangtua atas permintaan maskapai untuk dilakukan tes DNA.

Kepada Jawa Pos Radar Bali, Ni Luh Sudarmi Wadu ketika ditemui diteras rumah menceritakan bahwa Mia yang tiga tahun bekerja sebagai pramugari sangat baik kepribadiannya.

Sudarmi mengatakan, Mia selalu menghubungi orang tua maupun sang kakak untuk memberitahu rute penerbangan, baik di seputaran Indonesia maupun di luar negeri. 
Sebelum Covid-19, kata Sudarmi, Mia sempat terbang ke China, itupun diberi tahukan kepada orang tua via telepon. Dari China, mereka terbang ke Bali.

Jika beristirahat di Bali, Mia tidak pernah tidur bareng teman di hotel. Ia memilih pulang dan tidur di rumah.

Selama covid-19, tepatnya pada Agustus dan September 2020, Mia menetap di Bali. Statusnya standby karena Covid-19.

Lalu, sekitar tanggal 30 September dihubungi oleh maskapai dan akhirnya kembali ke Jakarta. “Mia diketahui baik oleh teman main, dan teman kerja.

Setiap mau terbang atau landing selalu beri kabar,” ungkap wanita yang dua tahun lalu baru pension dari Kantor Kementrian Keuangan ini sembari menangis. 
Wanita asal Singaraja ini pun menyatakan bahwa dia bersama sang suami dan anak laki-lakinya tak memiliki firasat apapun terkait peristiwa ini.

Karena itu, awal mengetahui kejadian ini, Ni Luh Sudarmi Wadu sangat tak percaya. “Ya saya ditelepon oleh teman akrab Mia di Jakarta. Temannya sudah resign dari pramugari.

Katanya, Mia ikut dalam penerbangan itu, namun saya tidak percaya karena Mia tak memberitahu. Biasanya Mia baritahu, kali ini Mia tak ada kabar sama sekali,” tutur sang ibu.

Sementara itu, sang ayah Zet Wadu mengatakan, Mia merupakan sosok yang ramah dan terbuka. Sangat akrab dengan teman-temannya.

Bahkan Mia pernah curhat tentang kisahnya dengan sang mantan pacar. Pun disakitin teman, dia pun curhat dan sang ayah hanya bisa mengucap kata sabar.

“Selama 2 bulan di Denpasar, dia daftar kuliah online. Akhirnya diterima. Katanya, bapak sama mama sudah tua, jadi jangan biaya lagi kuliah saya.

Nanti saya biayai kuliah sendiri. Dia baru kuliah juga, baru semestar dua. Terakhir komunikasi, Sabtu pagi dan membahas soal kronologis sang ayah memungut anjing,” beber sang bapak. 

DENPASAR – Suasana duka terasa di kediaman Ni Luh Sudarmi Wadu, 61, dan Zet Wadu 59, orang tua pramugari Sriwijaya Air SJ 182

Mia Tresetyani Wadu yang pesawatnya mengalami loss contact usai take of dari Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Jakarta.

Keduanya didampingi kakak kandung Mia Wadu, Ardi Samuel Cornelis Wadu, 23, yang menerima sanak saudara, dan para kerabat di rumah mereka di Jalan Tukad Gangga Gang Tirta Gangga No. 8, Denpasar Selatan.

Mereka tampak mencermati perkembangan informasi melalui layar televisi. Sang Ibu Ni Luh Sudarmi Wadu tampak tak kuasa melihat proses evakuasi di layar televisi.

Dia memilih duduk menyamping. Sementara sang ayah, Zet Wadu, terus menyimak meski tak kuasa menahan air mata.
Sembari menanti perkembangan dari layar televisi, Ardi Samuel Cornelis Wadu, tampak, mempersiapkan sejumlah berkas data diri.

Pasalnya, pegawai honorer di Kanwil Keuangan Negara Cabang Denpasar ini pagi ini harus berangkat ke Jakarta mewakili orangtua atas permintaan maskapai untuk dilakukan tes DNA.

Kepada Jawa Pos Radar Bali, Ni Luh Sudarmi Wadu ketika ditemui diteras rumah menceritakan bahwa Mia yang tiga tahun bekerja sebagai pramugari sangat baik kepribadiannya.

Sudarmi mengatakan, Mia selalu menghubungi orang tua maupun sang kakak untuk memberitahu rute penerbangan, baik di seputaran Indonesia maupun di luar negeri. 
Sebelum Covid-19, kata Sudarmi, Mia sempat terbang ke China, itupun diberi tahukan kepada orang tua via telepon. Dari China, mereka terbang ke Bali.

Jika beristirahat di Bali, Mia tidak pernah tidur bareng teman di hotel. Ia memilih pulang dan tidur di rumah.

Selama covid-19, tepatnya pada Agustus dan September 2020, Mia menetap di Bali. Statusnya standby karena Covid-19.

Lalu, sekitar tanggal 30 September dihubungi oleh maskapai dan akhirnya kembali ke Jakarta. “Mia diketahui baik oleh teman main, dan teman kerja.

Setiap mau terbang atau landing selalu beri kabar,” ungkap wanita yang dua tahun lalu baru pension dari Kantor Kementrian Keuangan ini sembari menangis. 
Wanita asal Singaraja ini pun menyatakan bahwa dia bersama sang suami dan anak laki-lakinya tak memiliki firasat apapun terkait peristiwa ini.

Karena itu, awal mengetahui kejadian ini, Ni Luh Sudarmi Wadu sangat tak percaya. “Ya saya ditelepon oleh teman akrab Mia di Jakarta. Temannya sudah resign dari pramugari.

Katanya, Mia ikut dalam penerbangan itu, namun saya tidak percaya karena Mia tak memberitahu. Biasanya Mia baritahu, kali ini Mia tak ada kabar sama sekali,” tutur sang ibu.

Sementara itu, sang ayah Zet Wadu mengatakan, Mia merupakan sosok yang ramah dan terbuka. Sangat akrab dengan teman-temannya.

Bahkan Mia pernah curhat tentang kisahnya dengan sang mantan pacar. Pun disakitin teman, dia pun curhat dan sang ayah hanya bisa mengucap kata sabar.

“Selama 2 bulan di Denpasar, dia daftar kuliah online. Akhirnya diterima. Katanya, bapak sama mama sudah tua, jadi jangan biaya lagi kuliah saya.

Nanti saya biayai kuliah sendiri. Dia baru kuliah juga, baru semestar dua. Terakhir komunikasi, Sabtu pagi dan membahas soal kronologis sang ayah memungut anjing,” beber sang bapak. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/