27 C
Jakarta
20 November 2024, 22:50 PM WIB

Debit Air Menyusut Drastis, 17 Desa di Buleleng Rawan Kekeringan

SINGARAJA – Sedikitnya 17 desa di Kabupaten Buleleng berpotensi mengalami kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng telah melakukan pemetaan potensi kekeringan di desa-desa tersebut.

Rencananya BPBD Buleleng akan menyuplai air bersih, bila dibutuhkan. Desa-desa yang berpotensi kekeringan itu adalah Desa Pelapuan di Kecamatan Busungbiu,

Desa Selat di Kecamatan Sukasada, Desa Pangkung Paruk di Kecamatan Seririt, serta Desa Banyupoh di Kecamatan Gerokgak.

Kemudian Desa Bukti dan Desa Bengkala di Kecamatan Kubutambahan. Sementara di Kecamatan Banjar, ada enam desa yang berpotensi mengalami kekeringan.

Masing-masing Desa Cempaga, Tigawasa, Pedawa, Sidatapa, Tampekan, dan Desa Kaliasem. Sedangkan di Kecamatan Tejakula, ada lima desa yang berpotensi kekeringan.

Yakni Desa Sambirenteng, Desa Tembok, Desa Pacung, Desa Penuktukan, termasuk kampung halaman gubernur Desa Sembiran.

“Sementara ini baru ada satu desa yang mengajukan permintaan suplai air bersih, yaitu Desa Kaliasem. Hari ini (kemarin, Red) kami sudah suplai air bersih ke sana.

Airnya kami suplai ke tangki, sehingga pembagiannya merata. Rencananya dua atau tiga hari sekali kami akan suplai rutin ke sana,” kata Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana kemarin.

Menurutnya, permasalahan kekeringan yang berpotensi terjadi, disebabkan potensi kemarau panjang seperti yang diramalkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Kemarau panjang itu bisa saja menyebabkan volume air bersih menurun. Tak tanggung-tanggung, warga yang berpotensi terdampak mencapai 4.500 kepala keluarga.

Meski begitu, Suadnyana menyatakan pihaknya masih melakukan pemantauan lebih lanjut. Sebab ada potensi anomali cuaca yang terjadi.

Mengingat sejak dua pekan lalu, hujan kerap turun di wilayah Buleleng bagian selatan. Kalau toh kekeringan benar-benar terjadi, Suadnyana mengaku telah menyiapkan sejumlah strategi.

Salah satunya berkoordinasi dengan PDAM Buleleng untuk meminta air bersih secara berkala. “Kami akan minta air secara berkala pada PDAM. Kami sudah sepakati alurnya.

Sebab pengalaman-pengalaman sebelumnya, banyak warga yang datang ke sumur PDAM. Mereka ngaku sudah dapat izin dari BPBD, ternyata airnya itu malah dijual lagi,” ujarnya.

Sementara untuk jangka panjang, BPBD Buleleng telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk melakukan langkah penghijauan di wilayah hulu.

Daerah-daerah yang memiliki potensi sumber air, akan disuplai tanaman keras, sehingga menjadi penopang air bersih.

Selain itu BPBD Buleleng juga menghimbau masyarakat yang tinggal di wilayah potensi kekeringan untuk menggunakan air secara bijak.

Salah satunya tak menggunakan fasilitas air minum untuk kepentingan mengairi lahan perkebunan. 

SINGARAJA – Sedikitnya 17 desa di Kabupaten Buleleng berpotensi mengalami kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng telah melakukan pemetaan potensi kekeringan di desa-desa tersebut.

Rencananya BPBD Buleleng akan menyuplai air bersih, bila dibutuhkan. Desa-desa yang berpotensi kekeringan itu adalah Desa Pelapuan di Kecamatan Busungbiu,

Desa Selat di Kecamatan Sukasada, Desa Pangkung Paruk di Kecamatan Seririt, serta Desa Banyupoh di Kecamatan Gerokgak.

Kemudian Desa Bukti dan Desa Bengkala di Kecamatan Kubutambahan. Sementara di Kecamatan Banjar, ada enam desa yang berpotensi mengalami kekeringan.

Masing-masing Desa Cempaga, Tigawasa, Pedawa, Sidatapa, Tampekan, dan Desa Kaliasem. Sedangkan di Kecamatan Tejakula, ada lima desa yang berpotensi kekeringan.

Yakni Desa Sambirenteng, Desa Tembok, Desa Pacung, Desa Penuktukan, termasuk kampung halaman gubernur Desa Sembiran.

“Sementara ini baru ada satu desa yang mengajukan permintaan suplai air bersih, yaitu Desa Kaliasem. Hari ini (kemarin, Red) kami sudah suplai air bersih ke sana.

Airnya kami suplai ke tangki, sehingga pembagiannya merata. Rencananya dua atau tiga hari sekali kami akan suplai rutin ke sana,” kata Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana kemarin.

Menurutnya, permasalahan kekeringan yang berpotensi terjadi, disebabkan potensi kemarau panjang seperti yang diramalkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Kemarau panjang itu bisa saja menyebabkan volume air bersih menurun. Tak tanggung-tanggung, warga yang berpotensi terdampak mencapai 4.500 kepala keluarga.

Meski begitu, Suadnyana menyatakan pihaknya masih melakukan pemantauan lebih lanjut. Sebab ada potensi anomali cuaca yang terjadi.

Mengingat sejak dua pekan lalu, hujan kerap turun di wilayah Buleleng bagian selatan. Kalau toh kekeringan benar-benar terjadi, Suadnyana mengaku telah menyiapkan sejumlah strategi.

Salah satunya berkoordinasi dengan PDAM Buleleng untuk meminta air bersih secara berkala. “Kami akan minta air secara berkala pada PDAM. Kami sudah sepakati alurnya.

Sebab pengalaman-pengalaman sebelumnya, banyak warga yang datang ke sumur PDAM. Mereka ngaku sudah dapat izin dari BPBD, ternyata airnya itu malah dijual lagi,” ujarnya.

Sementara untuk jangka panjang, BPBD Buleleng telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk melakukan langkah penghijauan di wilayah hulu.

Daerah-daerah yang memiliki potensi sumber air, akan disuplai tanaman keras, sehingga menjadi penopang air bersih.

Selain itu BPBD Buleleng juga menghimbau masyarakat yang tinggal di wilayah potensi kekeringan untuk menggunakan air secara bijak.

Salah satunya tak menggunakan fasilitas air minum untuk kepentingan mengairi lahan perkebunan. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/