SEMARAPURA– Diduga karena bingung tak punya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS), sejumlah warga desa di Kabupaten Klungkung nekat buang sampah di trotoar jalan.
Akibatnya, selain jorok, menumpuknya sampah di atas trotoar jalan juga menimbulkan bau tak sedap.
Seperti yang terlihat di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, Selasa (12/3). Berdasarkan pantauan di lapangan, sampah yang telah terbungkus oleh kantong plastik dan karung itu menghiasi trotoar hampir di sepanjang jalan tersebut.
Perbekel Kusamba, Nengah Semadi Adnyana saat ditemui di ruangannya, Selasa (12/3) mengungkapkan, sejak 1 Maret 2019 lalu truk-truk sampah Desa Kusamba tidak bisa lagi membuang sampah ke TPA di Banjar Belahpane, Desa Sidan, Gianyar.
Menurutnya hal itu karena pengelola TPA tersebut kesulitan mendapatkan alat berat sementara terjadi tumpukan sampah di TPA itu.
Sehingga sejak 1 Maret lalu, Desa Kusamba tidak bisa membuang sampahnya ke TPA tersebut.
“Sejumlah desa di Klungkung yang tidak mempunyai tempat pengolahan sampah, rata-rata membuang sampah ke sana. Sehingga bernasib serupa dengan kami,” katanya.
Atas kondisi itu, pihaknya pun bersurat kepada warga agar sampah-sampah yang dihasilkan itu dibungkus dengan rapi dan tidak dibawa ke luar rumah sampai pihak aparat desa kembali bisa mengangkut sampah-sampah tersebut.
Hanya saja, warga sudah telanjur membawa sampahnya ke luar rumah sehingga terlihat tumpukan sampah berada di sepanjang trotoar jalan desa tersebut.
“Tentunya banyak warga yang mengeluhkan hal ini. Tapi tidak sampai datang ke kantor desa, hanya lewat pesan singkat di telepon,” ujarnya.
Agar permasalahan ini cepat dapat diselesaikan, pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Kabupaten Klungkung agar bisa membuang sampahnya ke TPA Sente. Namun oleh DLHP Klungkung hal tersebut dilarang dan diberikan solusi untuk membuat lubang daur ulang sampah atau Bang Daus.
“Saran itu sulit karena keterbatasan pekarangan. Apalagi satu pekarangan itu ada lebih dari satu kepala keluarga. Selain itu, rumah warga banyak yang sudah di beton,” ungkapnya.
Lebih lanjut pihaknya mengungkapkan, Desa Kusamba tidak memiliki lahan yang bisa digunakan sebagai tempat mengolah sampah. Atas kondisi itu, pihaknya telah mengumpulkan warga agar bisa membantu meminjamkan lahan mereka sebagai tempat pembuangan sampah sampai pihak desa mendapat solusi.
Adapun imbalan yang diberikan pihak desa untuk satu truk sampah yang boleh dibuang ke lahan warga tersebut Rp 50 ribu per truk.
“Per hari itu, warga kami yang berjumlah sekitar 2 ribu KK itu menghasilkan sekitar 4 truk atau sekitar 40 kubik sampah. Sampai saat ini belum ada warga yang bersedia. Kami di desa tidak bisa berkata apa-apa,” tukasnya.