25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:42 AM WIB

Dipicu Suara Musik dan Knalpot, Warga dan Hotel Ribut-ribut, Untung…

TEJAKULA – Pengusaha akomodasi wisata Alamada Hotel di Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, terlibat konflik dengan warga setempat.

Pemicunya suara musik dan suara knalpot motor warga yang terlalu bising. Tak pelak wisatawan yang menginap mengeluhkan kondisi tersebut.

Beruntung kedua belah pihak, sudah sepakat berdamai terkait konflik tersebut. Masalah itu berawal ketika pihak hotel menerima komplain dari wisatawan setempat.

Penyebabnya dua orang warga yang tinggal berdekatan dengan hotel, kerap menggeber knalpot brong pada malam hari. Ada pula yang memutar musik dengan suara cukup keras, hingga menuai keluhan dari wisatawan.

Masalah itu kemudian dimediasi oleh Dinas Pariwisata Buleleng. Mediasi dilangsungkan di Kantor Camat Tejakula, Rabu (11/4) siang.

Proses mediasi itu juga melibatkan unsur dari PHRI Buleleng, Camat Tejakula, Polsek Tejakula, Koramil Tejakula, Desa Sambirenteng, serta Desa Pakraman Gretek.

Setelah melakukan mediasi selama beberapa jam, kedua belah pihak akhirnya sepakat berdamai. Warga juga telah menyadari bahwa tindakannya mengganggu kenyamanan wisatawan setempat.

Perdamaian itu juga telah disepakati melalui penandatanganan berita acara. Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna yang ditemui siang kemarin, menyatakan kedua belah pihak telah menyadari kekeliruan masing-masing.

Keduanya sepakat mencari jalan keluar melalui kesepakatan bersama yang ditandatangani kedua belah pihak.

“Kami berharap kesepakatan ini bukan hanya ditangani oleh hotel dengan warga perorangan saja. Tapi bisa bersifat lebih luas dengan masyarakat,” kata Sutrisna.

Selain itu Dispar juga berharap pihak keamanan serta aparat desa, bisa melakukan pembinaan secara kontinu. Sehingga tak muncul masalah serupa di kemudian hari.

“Kami harap ini yang terakhir. Sehingga kedepan tidak ada lagi permasalahan antara dunia usaha dengan warga, yang mempengaruhi

persepsi wisatawan terhadap dunia pariwisata di Buleleng. Kalau dibiarkan ini bisa berpengaruh terhadap citra dunia wisata kita,” imbuh Sutrisna.

Sementara itu Public Relation Alamanda Hotel, Gede Budiasa mengatakan, kesepakatan yang diambil kemarin, sudah menjadi produk hukum yang mengikat.

Pihak hotel juga menyanggupi mengakomodir tenaga kerja setempat, asalkan kompetensi yang dimiliki warga memadai.

“Kesepakatan seperti ini yang kami harapkan. Sehingga benturan seperti yang kemarin lalu, tidak terjadi lagi,” kata Budiasa. 

TEJAKULA – Pengusaha akomodasi wisata Alamada Hotel di Desa Sambirenteng, Kecamatan Tejakula, terlibat konflik dengan warga setempat.

Pemicunya suara musik dan suara knalpot motor warga yang terlalu bising. Tak pelak wisatawan yang menginap mengeluhkan kondisi tersebut.

Beruntung kedua belah pihak, sudah sepakat berdamai terkait konflik tersebut. Masalah itu berawal ketika pihak hotel menerima komplain dari wisatawan setempat.

Penyebabnya dua orang warga yang tinggal berdekatan dengan hotel, kerap menggeber knalpot brong pada malam hari. Ada pula yang memutar musik dengan suara cukup keras, hingga menuai keluhan dari wisatawan.

Masalah itu kemudian dimediasi oleh Dinas Pariwisata Buleleng. Mediasi dilangsungkan di Kantor Camat Tejakula, Rabu (11/4) siang.

Proses mediasi itu juga melibatkan unsur dari PHRI Buleleng, Camat Tejakula, Polsek Tejakula, Koramil Tejakula, Desa Sambirenteng, serta Desa Pakraman Gretek.

Setelah melakukan mediasi selama beberapa jam, kedua belah pihak akhirnya sepakat berdamai. Warga juga telah menyadari bahwa tindakannya mengganggu kenyamanan wisatawan setempat.

Perdamaian itu juga telah disepakati melalui penandatanganan berita acara. Kepala Dinas Pariwisata Buleleng Nyoman Sutrisna yang ditemui siang kemarin, menyatakan kedua belah pihak telah menyadari kekeliruan masing-masing.

Keduanya sepakat mencari jalan keluar melalui kesepakatan bersama yang ditandatangani kedua belah pihak.

“Kami berharap kesepakatan ini bukan hanya ditangani oleh hotel dengan warga perorangan saja. Tapi bisa bersifat lebih luas dengan masyarakat,” kata Sutrisna.

Selain itu Dispar juga berharap pihak keamanan serta aparat desa, bisa melakukan pembinaan secara kontinu. Sehingga tak muncul masalah serupa di kemudian hari.

“Kami harap ini yang terakhir. Sehingga kedepan tidak ada lagi permasalahan antara dunia usaha dengan warga, yang mempengaruhi

persepsi wisatawan terhadap dunia pariwisata di Buleleng. Kalau dibiarkan ini bisa berpengaruh terhadap citra dunia wisata kita,” imbuh Sutrisna.

Sementara itu Public Relation Alamanda Hotel, Gede Budiasa mengatakan, kesepakatan yang diambil kemarin, sudah menjadi produk hukum yang mengikat.

Pihak hotel juga menyanggupi mengakomodir tenaga kerja setempat, asalkan kompetensi yang dimiliki warga memadai.

“Kesepakatan seperti ini yang kami harapkan. Sehingga benturan seperti yang kemarin lalu, tidak terjadi lagi,” kata Budiasa. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/