NEGARA – Meski masih awal musim kemarau, Bendungan Benel, Desa Manistutu, mengalami penurunan volume air cukup drastis.
Penurunan volume air drastis sejak sebulan terakhir, karena kebutuhan air untuk irigasi sangat tinggi, sedangkan sumber mata air untuk bendungan sangat kecil.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali, penurunan volume air ini terlihat jelas sangat tinggi. Padahal sekitar dua bulan lalu, air dalam bendungan masih cukup tinggi, hingga mengalir ke limpahan aliran air di bagian timur bendungan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Pemukiman Jembrana I Wayan Darwin mengatakan, bendungan Benel memiliki kapasitas 2,5 juta kubik air.
Saat ini, volume air bendungan turun drastis. “Memang sudah ada pengurangan karena kebutuhan air saat ini sangat tinggi,” ujarnya.
Menurut Darwin, selain untuk kebutuhan subak sebanyak 10 subak ketika air bendungan banyak, saat ini hanya tiga subak yang mendapat air karena menggunakan sistem giliran.
Hal itu untuk mengantisipasi kekeringan di Jembrana. Pasokan air ini terutama untuk irigasi dengan sistem bergilir dan masyarakat melakukan pola tanam bergantian dengan palawija.
“Saat ini untuk stok dulu, dengan keterbatasan air sekarang digilir saja dulu subaknya,” ujar Darwin.
Selain kebutuhan subak tinggi, suplai air bendungan sangat kecil karena banyak pipa dari masyarakat yang langsung ke hulu bendungan.
Sehingga, air yang masuk ke bendungan jumlahnya sangat sedikit. Air bendungan volumenya bertambah banyak, hanya ketika musim hujan. “Kita lihat di sana pipa air besar-besar,” ungkapnya.
Ketersediaan air di Bendungan Benel saat ini untuk stok karena memang tidak boleh habis. Kalau level volume air sangat rendah maka sudah masuk dalam kategori kritis.
“Air yang ada sekarang buat stok, karena tidak boleh habis,” tandasnya.