RadarBali.com – Puluhan orang siswa di SDN 5 Panji, terpaksa dilarikan ke RSUD Buleleng, Rabu (11/10) siang.
Siswa-siswa itu diduga keracunan nasi bungkus yang dibeli di kantin sekolah. Seorang guru di sekolah setempat, telah dimintai keterangannya, karena turut menyediakan makanan yang dijual di kantin.
Insiden keracunan itu terjadi pukul 09.00 pagi kemarin. Peristiwa berawal ketika para siswa membeli sarapan pagi di kantin sekolah.
Seperti biasa, mereka membeli nasi bungkus di kantin sebelum sesi pelajaran pagi dimulai. Sekitar pukul 09.00, sejumlah siswa mulai mengeluhkan mengalami pusing dan mual.
Siswa pertama yang mengeluh ialah Luh Putu Darmini, siswa kelas dua. Darmini muntah di dalam kelas, sehingga membuat heboh seiisi sekolah.
Tak lama kemudian, siswa di kelas satu, Putu Restu Sintya Dewi yang muntah di dalam kelas. Gejala serupa terjadi di semua kelas, dan hampir pada saat bersamaan.
Konon nasi bungkus yang dijual di kantin, disuplai oleh Desak Putu Sumedi, salah seorang guru di sekolah setempat. Sekolah ini memang memiliki sistem pengelolaan kantin yang berbeda.
Sekolah mempersilahkan orang lain menjadi operator kantin. Namun, makanan yang dijual di kantin, tetap disuplai guru sekolah.
Penyuplai makanan silih berganti dari hari ke hari. Kebetulan, kemarin giliran Desak Putu Sumedi yang menyuplai makanan ke kantin.
Kepala SDN 5 Panji, Gusti Bagus Ngurah Suradnyana, mengakui pengelolaan sistem itu. Suradnyana mengatakan, ada 56 bungkus nasi yang terjual di kantin.
“Sistem kantin di sekolah kami begitu. Guru bergilir menyuplai makanan ke kantin. Operator kantin tetap orang lain,” kata Suradnyana.
Hingga pukul 18.00 sore kemarin, tercatat ada 40 orang siswa dari total 145 orang siswa di SDN 5 Panji yang dilarikan ke RSUD Buleleng.
Dua orang diantaranya, yakni Nyoman Sutriani, 8, dan Putu Restu Cintya Dewi, 7, terpaksa menjalani rawat inap. Disdikpora Buleleng menyatakan, biaya perawatan akan ditanggung oleh pemerintah.
Asal tahu saja, peristiwa keracunan massal ini merupakan peristiwa ketiga yang terjadi di lembaga pendidikan.
Peristiwa pertama terjadi di TK Negeri Joanyar pada Maret lalu. Peristiwa serupa terjadi di TK Negeri Pembina Seririt, pada bulan Juni.