25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:57 AM WIB

Ribuan Pengungsi Gunung Agung Masih Bertahan di Tejakula

RadarBali.com – Ribuan pengungsi dari Desa Ban dan Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, hingga kemarin masih bertahan di sejumlah kamp pengungsian yang ada di Kecamatan Tejakula.

Mereka memilih merayakan Hari Raya Kuningan di pengungsian, karena masih was-was dengan kondisi Gunung Agung.

Seperti terlihat di Kamp Agung 5 Desa Tembok. Ratusan pengungsi masih bertahan di titik pengungsian. Mereka memilih tak pulang ke rumah, karena khawatir dengan kondisi gunung yang belum pasti.

Terlebih sempat terjadi gempa pada Kamis (9/11) lalu, yang sangat membuat para pengungsi was-was.

Salah seorang pengungsi, Ketut Bentet mengungkapkan, dirinya memilih merayakan hari raya dari lokasi pengungsian saja.

Ia membatalkan rencana pulang kampung, pasca terjadi gempa dengan kekuatan lima skala richter pada Kamis lalu. Apalagi gempa diduga berpusat di sekitar Gunung Agung.

“Sebenarnya kemarin (Jumat, Red) mau pulang ke desa. Tapi hari Kamis sempat ada gempa keras, akhirnya nggak jadi pulang.

Saya masih takut. Sembahyang dari pengungsian saja,” kata warga asal Banjar Dinas Pengalusan, Desa Ban itu.

Camat Tejakula Nyoman Widiartha mengungkapkan, hingga kemarin jumlah pengungsi yang bertahan di pengungsian memang cukup banyak.

Dari catatan pihak kecamatan, ada 3.975 orang pengungsi yang tersebar di seluruh Tejakula. Sebagian besar pengungsi tinggal di Desa Sambirenteng, dengan jumlah 1.227 orang.

Menurut Widiartha, pengungsi sudah mulai meninggalkan kamp-kamp pengungsian sejak Jumat (3/11) pekan lalu.

Hingga kini, pengungsi yang masih bertahan di Tejakula, kebanyakan pengungsi yang berasal dari KRB 3 saja. Sebagian besar pengungsi dari KRB 2 disebut memilih pulang, untuk merayakan hari raya.

“Kebanyakan dari KRB 3 saja. Seperti yang dari Desa Ban, itu yang berasal dari Dusun Belong, Pengalusan, dan Pucang. Kalau yang dari Dukuh, rata-rata juga masih (mengungsi),” kata Widiartha.

Menurut Widiartha, pada Kamis lalu, sebenarnya banyak pengungsi yang melapor akan pulang kampung.

“Tapi karena ada gempa keras, akhirnya mereka batal pulang. Katanya mereka menunggu situasi. Kalau dilihat situasinya, mereka-mereka ini kan memang masih berasal dari KRB 2 dan KRB 3.

Selama status Gunung Agung masih waspada, tidak masalah mereka ada di pengungsian,” tandasnya.

RadarBali.com – Ribuan pengungsi dari Desa Ban dan Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, hingga kemarin masih bertahan di sejumlah kamp pengungsian yang ada di Kecamatan Tejakula.

Mereka memilih merayakan Hari Raya Kuningan di pengungsian, karena masih was-was dengan kondisi Gunung Agung.

Seperti terlihat di Kamp Agung 5 Desa Tembok. Ratusan pengungsi masih bertahan di titik pengungsian. Mereka memilih tak pulang ke rumah, karena khawatir dengan kondisi gunung yang belum pasti.

Terlebih sempat terjadi gempa pada Kamis (9/11) lalu, yang sangat membuat para pengungsi was-was.

Salah seorang pengungsi, Ketut Bentet mengungkapkan, dirinya memilih merayakan hari raya dari lokasi pengungsian saja.

Ia membatalkan rencana pulang kampung, pasca terjadi gempa dengan kekuatan lima skala richter pada Kamis lalu. Apalagi gempa diduga berpusat di sekitar Gunung Agung.

“Sebenarnya kemarin (Jumat, Red) mau pulang ke desa. Tapi hari Kamis sempat ada gempa keras, akhirnya nggak jadi pulang.

Saya masih takut. Sembahyang dari pengungsian saja,” kata warga asal Banjar Dinas Pengalusan, Desa Ban itu.

Camat Tejakula Nyoman Widiartha mengungkapkan, hingga kemarin jumlah pengungsi yang bertahan di pengungsian memang cukup banyak.

Dari catatan pihak kecamatan, ada 3.975 orang pengungsi yang tersebar di seluruh Tejakula. Sebagian besar pengungsi tinggal di Desa Sambirenteng, dengan jumlah 1.227 orang.

Menurut Widiartha, pengungsi sudah mulai meninggalkan kamp-kamp pengungsian sejak Jumat (3/11) pekan lalu.

Hingga kini, pengungsi yang masih bertahan di Tejakula, kebanyakan pengungsi yang berasal dari KRB 3 saja. Sebagian besar pengungsi dari KRB 2 disebut memilih pulang, untuk merayakan hari raya.

“Kebanyakan dari KRB 3 saja. Seperti yang dari Desa Ban, itu yang berasal dari Dusun Belong, Pengalusan, dan Pucang. Kalau yang dari Dukuh, rata-rata juga masih (mengungsi),” kata Widiartha.

Menurut Widiartha, pada Kamis lalu, sebenarnya banyak pengungsi yang melapor akan pulang kampung.

“Tapi karena ada gempa keras, akhirnya mereka batal pulang. Katanya mereka menunggu situasi. Kalau dilihat situasinya, mereka-mereka ini kan memang masih berasal dari KRB 2 dan KRB 3.

Selama status Gunung Agung masih waspada, tidak masalah mereka ada di pengungsian,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/