AMLAPURA — Petani di Subak Nongan Jinah, Karangasem belakangan ini waswas karena hasil panen mereka akan terancam. Tanaman padi yang baru berusia satu bulan sebagian di antaranya mengelami kerusakan yang cukup parah. Tanaman padi memerah dan mengalami busuk pada bagian batang dan akarnya.
Kondisi ini tentunya membuat petani cemas. Karena panen yang mereka harapkan hasilnya berlimpah terancam gagal panen.
Untuk diketahui Subak Nongan Jinah total luasnya mencapai sekitar 60 hektare, namun yang mengalami kerusakan diduga sebagian di antaranya. Petani sendiri tidak tahu apa penyebab dari kerusakan tanaman padi tersebut. Yang jelas saat ini petani di sekitar subak tersebut sedang menanam bibit baru yakni Invari 43.
Menurut salah satu petani Nyoman Mangku 47 asal Banjar Saren Kelod, Desa Nongan, Rendang, Karangasem kalau musim tanam sebelumnya hasil padi di subak ini cukup bagus.
“Kalau sebelumnya cukup bagus,” ujarnya.
Di lahan miliknya seluas 40 are mengaku bisa menghasilkan sekitar 2 ton lebih gabah. Diakuinya memang tidak semua tanaman padi yang rusak, namun demikian kerusakan cukup banyak. Hampir setiap petak ada saja yang rusak.
Selain kena busuk batang, padi juga kena ulat. Serangan ulat membuat padi jadi kerdil dan pertumbuhanya terganggu. Hanya saja untuk serangan ulat bisa diatasi dengan dilakukan penyemprotan.
“Yang sulit yang busuk batang, kami tidak paham seperti apa mengatasinya,” ujarnya.
Sebelumnya di Subak Dajan Seme di Desa Nongan juga dengan bibit ini hasil penen petani cukup bagus. Ada 17 hektara di subak tersebut sudah panen dan hasilnya cukup bagus.
Sementara untuk pupuk diakui tidak ada kendala karena sudah dapat suplai dari subak. Begitu juga dengan air diakui mencukupi dengan sumber mata air Tukad Jinah. Ini karena saluran subak juga cukup bagus.
Mangku sendiri berharap pihak dinas Pertanian Karangasem bisa turun ke lapangan untuk mengecek kondisi ini sekaligus mencarikan solusi.
“Kami berharap dari pihak Dinas Pertanian bisa mengecek sekaligus mencarikan solusi apa penyebabnya.” Ujarnya. Karena kejadian ini cukup membuat petani pusing.
Dia juga tidak tahu apa penyebab tanaman padi memerah dan busuk pada bagian batang dan akar. Apakah karena faktor cuaca, dirinya juga tidak paham. “Kalau Walang Sangit juga ada namun bisa kami atasi,” tambahnya.
Hal ini tentunya menjadi masalah untuk petani. Terlebih lagi belakangan ini banyak petani baru yang adu nasib menjadi petani. Mereka sebelumnya ada yang bekerja di sektor pariwisata, namun karena pandemi Covid-19 beralih jadi petani. Namun sebagai petani juga terancam gagal penen.
“Kalau petani baru ada beberapa, selain menanam padi ada yang menanam cabai dan bunga,” ujarnya.
Sementara untuk mengatasi hama lainnya petani mengaku melakukan penyemprotan seminggu sekali.
Sementara untuk ulat akan muncul jika terjadi kabut. Sementara itu sebelumnya petani setempat mengaku menanam bibit jenis lainya yakni Ciherang.