DENPASAR – Perintah untuk segera menutup seluruh usaha toko Tiongkok berjaringan ternyata berdampak.
Pasca penutupan sejumlah toko di beberapa kawasan, justru banyak pihak-pihak lain seperti travel agent, water sport, spa, dan UMKM lainnya “protes”.
Protes para pelaku usaha dengan penutupan toko Tiongkok berjaringan, ini karena mereka mengaku sangat dirugikan.
Para pelaku usaha ini mengaku sangat dirugikan dengan penutupan toko.
Atas kondisi itu, pelaku usaha ini mesadu ke dewan.
Diterima oleh Ketua Komisi IV, Nyoman Parta, serta anggota DPRD yang lainnya.
Dalam pertemuan ini, pelaku-pelaku travel agen ini mengaku ada jual beli per kepala.
Artinya memang ada dari pihak toko memberikan subsidi agar wisatawan Tiongkok datang ke Bali.
Dalam pengakuannya tersebut, tak tanggung-tanggung mafia pariwisata ini rela mengeluarkan kocek sendiri ratusan miliar agar bisa mendatangkan wisatawan Tiongkok ke Bali.
Mereka bekerjasama dengan travel-travel agen. Namun, setelah ada surat edaran gubernur dan Asita agar toko-toko ini tutup, pihak travel pun mengaku mati. Alasannya, karena toko yang diajak bekerja sama ini memutuskan kontrak secara sepihak.
“ Subsidi tergantung berapa kepala yang masuk. Per toko kan per kepala lain harganya. Paling full ya paling full sih sekitar 205 USD itu ada per 6 toko,” ujarnya Rusli Wisanti,Pemilik OK Bali Travel
Pria yang akrab disapa Kris itu mengaku kerugiannya sekitar Rp 2,9 miliar jika dihitung 205 USD dikalikan 1.000 kepala.
Dari travel milik Kris ini, wisatawan dari Negara Tirai Bambu itu datang 1.000 orang.
Ia mengungkapkan, baru 9 bulan menjalankan bisnis travel agen ini.
Diakuinya memang sudah lumrah para toko tersebut memberikan subsidi, jika tak ada subisdi tidak akan seramai ini warga Tiongkok yang datang ke Bali. Meski dengan satu syarat wisatawan yang datang melalui travel agen Rusli harus belanja ke toko mereka.