29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:56 AM WIB

Waspada, Anjing Positif Rabies Muncul di Sangsit, Sempat Gigit Korban

SINGARAJA – Kasus gigitan anjing yang positif mengidap rabies, kembali ditemukan di Kabupaten Buleleng. Kali ini kasus tersebut muncul di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan. 

Seorang warga sempat digigit anjing yang positif rabies. Kini warga tersebut telah mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) dan tengah diobservasi oleh tim medis.

Berdasar data yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, kasus positif rabies itu bermula pada Rabu (25/12) lalu. 

Saat itu Made Darmaja, warga di Banjar Dinas Pabean, Desa Sangsit, baru mendapat anjing dari salah satu rekannya yang tinggal di Desa Temesi, Gianyar.

Anjing yang diperkirakan berusia empat bulan itu kemudian dipelihara di rumahnya. Ternyata pada Senin (30/12), anjing itu menggigit Putu Surasa, warga Desa Bila. 

Kebetulan saat itu Surasa tengah berbelanja di warung pemilik Darmaja. Surasa saat itu mengalami luka gigitan pada betis kanan.

“Anjing itu kemudian diobservasi dan diikat. Ternyata hari Kamis tanggal 2 Januari itu, anjingnya mati. Kami bawa sampelnya ke Balai Besar Veteriner. 

Hari Minggu, kami dapat konfirmasi kalau hasil uji itu positif,” kata Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta, didampingi Kasi Kesehatan Hewan IGB Oka Yadnya.

Setelah kasus muncul, Dinas Pertanian Buleleng langsung mengerahkan tim ke Desa Sangsit. Tim tersebut menelusuri riwayat anjing. 

Hasil penelusuran tim, anjing itu tak sempat melakukan kontak ke pihak lain. Anjing yang positif rabies itu, hanya sempat melakukan kontak dengan dua ekor anjing dan seekor kucing.

“Kami hanya eleminasi hewan-hewan yang sempat kontak. Itu juga atas permintaan pemilik. Kemungkinan virusnya belum menyebar, 

karena masih masa inkubasi setelah kontak pertama dengan hewan yang positif rabies,” imbuh Sumiarta.

Kini tim masih melakukan penyisiran ulang terhadap kasus rabies yang muncul di Desa Sangsit. 

Hewan-hewan penyebar rabies, yang luput dari vaksinasi massal pada tahun 2019 lalu, kini divaksin. 

Terutama hewan-hewan yang berusia kurang enam bulan. Sebab hewan-hewan itu memiliki peluang tinggi terpapar virus rabies.

Dari hasil evaluasi Dinas Pertanian, saat ini kasus rabies kebanyakan muncul pada anak-anak anjing. 

Kasus itu muncul karena sebagian besar warga memungut anjing di lokasi yang tak diketahui. Anjing yang kini positif, diduga luput saat proses vaksinasi.

Sebab saat vaksinasi massal dilakukan, induk hewan tengah bunting. Pemerintah pun menghimbau agar masyarakat tidak sembarangan memungut hewan-hewan yang berpotensi menyebar rabies. 

Seperti anjing, kucing, dan kera. Selain itu warga juga dihimbau tak membuang anjing maupun kucing sembarangan.

Pada tahun 2019 lalu, tercatat ada 31 kasus gigitan hewan yang positif rabies. Kasus itu meningkat dua kasus, bila dibandingkan tahun 2018 lalu yang tercatat hanya 29 kasus.

SINGARAJA – Kasus gigitan anjing yang positif mengidap rabies, kembali ditemukan di Kabupaten Buleleng. Kali ini kasus tersebut muncul di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan. 

Seorang warga sempat digigit anjing yang positif rabies. Kini warga tersebut telah mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) dan tengah diobservasi oleh tim medis.

Berdasar data yang dihimpun Jawa Pos Radar Bali, kasus positif rabies itu bermula pada Rabu (25/12) lalu. 

Saat itu Made Darmaja, warga di Banjar Dinas Pabean, Desa Sangsit, baru mendapat anjing dari salah satu rekannya yang tinggal di Desa Temesi, Gianyar.

Anjing yang diperkirakan berusia empat bulan itu kemudian dipelihara di rumahnya. Ternyata pada Senin (30/12), anjing itu menggigit Putu Surasa, warga Desa Bila. 

Kebetulan saat itu Surasa tengah berbelanja di warung pemilik Darmaja. Surasa saat itu mengalami luka gigitan pada betis kanan.

“Anjing itu kemudian diobservasi dan diikat. Ternyata hari Kamis tanggal 2 Januari itu, anjingnya mati. Kami bawa sampelnya ke Balai Besar Veteriner. 

Hari Minggu, kami dapat konfirmasi kalau hasil uji itu positif,” kata Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta, didampingi Kasi Kesehatan Hewan IGB Oka Yadnya.

Setelah kasus muncul, Dinas Pertanian Buleleng langsung mengerahkan tim ke Desa Sangsit. Tim tersebut menelusuri riwayat anjing. 

Hasil penelusuran tim, anjing itu tak sempat melakukan kontak ke pihak lain. Anjing yang positif rabies itu, hanya sempat melakukan kontak dengan dua ekor anjing dan seekor kucing.

“Kami hanya eleminasi hewan-hewan yang sempat kontak. Itu juga atas permintaan pemilik. Kemungkinan virusnya belum menyebar, 

karena masih masa inkubasi setelah kontak pertama dengan hewan yang positif rabies,” imbuh Sumiarta.

Kini tim masih melakukan penyisiran ulang terhadap kasus rabies yang muncul di Desa Sangsit. 

Hewan-hewan penyebar rabies, yang luput dari vaksinasi massal pada tahun 2019 lalu, kini divaksin. 

Terutama hewan-hewan yang berusia kurang enam bulan. Sebab hewan-hewan itu memiliki peluang tinggi terpapar virus rabies.

Dari hasil evaluasi Dinas Pertanian, saat ini kasus rabies kebanyakan muncul pada anak-anak anjing. 

Kasus itu muncul karena sebagian besar warga memungut anjing di lokasi yang tak diketahui. Anjing yang kini positif, diduga luput saat proses vaksinasi.

Sebab saat vaksinasi massal dilakukan, induk hewan tengah bunting. Pemerintah pun menghimbau agar masyarakat tidak sembarangan memungut hewan-hewan yang berpotensi menyebar rabies. 

Seperti anjing, kucing, dan kera. Selain itu warga juga dihimbau tak membuang anjing maupun kucing sembarangan.

Pada tahun 2019 lalu, tercatat ada 31 kasus gigitan hewan yang positif rabies. Kasus itu meningkat dua kasus, bila dibandingkan tahun 2018 lalu yang tercatat hanya 29 kasus.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/