SINGARAJA – Penyebaran penyakit demam berdarah di Kabupaten Buleleng cukup mengkhawatirkan. Dalam Sebulan terakhir, Dinas Kesehatan Buleleng mencatat ada 382 kasus demam berdarah yang ditangani.
Ratusan pasien demam berdarah itu terjangkit dalam kurun waktu 1 Januari hingga 3 Februari lalu. Sebagian besar diantaranya sempat menjalani perawatan di rumah sakit. Beberapa ada yang dirawat di puskesmas.
Uniknya penyebaran penyakit demam berdarah, tak lagi didominasi kawasan perkotaan seperti di Kecamatan Buleleng maupun Seririt.
Pada awal tahun ini, kasus justru paling banyak ditemukan di Kecamatan Tejakula. Tercatat ada 97 kasus dalam kurun waktu Januari hingga Februari 2020.
Selain itu di Kecamatan Buleleng tercatat ada 69 kasus, Kecamatan Banjar 57 kasus, Kecamatan Seririt 52 kasus, Kecamatan Sukasada 40 kasus,
Kecamatan Busungbiu 32 kasus, Kecamatan Kubutambahan 16 kasus, Kecamatan Gerokgak 12 kasus, dan Kecamatan Sawan 9 kasus.
Petugas surveillance Dinkes Buleleng juga menemukan ada 7 kasus demam berdarah yang bersumber dari luar Buleleng. Namun para penderita memilih menjalani rawat inap di Kabupaten Buleleng.
“Selama masa peralihan dari musim panas ke musim hujan ini, memang akan ada trend peningkatan,” kata Kabid Pengendalian Penyakit Dinkes Buleleng, dr. I Gede Suaryawan.
Dari penelusuran tim surveillance, kasus kebanyakan ditemukan di Desa Les, Penuktukan, Tejakula, dan Bondalem.
Bahkan, keempat desa ini disebut sebagai daerah endemis penyebaran demam bedarah. Tak menutup kemungkinan masih ada potensi kasus yang muncul.
Diduga demam berdarah marak berkembang karena banyaknya bak-bak penampungan air. Sayangnya kondisi bak tidak dipantau secara berkala oleh pemiliknya, sehingga menjadi sarang nyamuk.
Tak pelak penyakit demam berdarah pun mengintai. “Bisa menjadi endemis karena banyak ada lokasi penampungan air. Ini kan harus dicek dan dibersihkan secara berkala.
Bisa juga ditaburi bubuk abate untuk mencegah jadi sarang nyamuk. Pernah juga kami temukan bak air penampungan air
yang terbengkalai, dan benar-benar jadi sarang nyamuk karena tidak pernah dibersihkan sama sekali,” kata Suaryawan.
Untuk mencegah penyebaran yang lebih masif, ia menghimbau agar masyarakat melakukan pemberantasan
sarang nyamuk secara rutin dan masif. Kepala keluarga juga diminta aktif menjadi pemantau jentik di rumahnya.