25.6 C
Jakarta
11 November 2024, 5:22 AM WIB

Ditolak, PLN Tetap Lanjutkan Proyek Bali Crossing

NEGARA- Meski menuai penolakan, rencana proyek pengadaan listrik Jawa Bali Crossing (JBC) akan tetap dilanjutkan.

Seperti ditegaskan General manager PLN Distribusi Bali I Nyoman Suwarjoni Astawa, Sabtu (15/9).

Menurut Suwarjoni, sesuai dengan rencana usaha penyedia listrik (RUPTL), PLN akan membangun independent power producer PLTS di Bali Timur dan Bali Barat dengan kapasitas masing-masing 25 megawatt pada tahun 2021, kemudian pada tahun 2023, masing-masing 50 megawatt.

 “Tahap awal suah ada pemenang. PLTS ini listrik swasta yang membangun, kemudian dijual pada PLN,” jelasnya, saat costumer and stakeholders gathering.

Namun kemudian setelah dilakukan evaluasi, pada prosesnya ada yang belum baik. 

Sehingga, saat ini dilakukan tender ulang. 
Diharapkan tahun ini sudah ada pemenang yang akan membangun PLTS salah satunya di Jembrana untuk Bali Barat. 

Kebutuhan lokasi untuk 25 megawatt ini diperkirakan sekitar 30 hektar.

Pembangunan PLTS ini, sesuai dengan RUPTL dan kebijakan energi nasional, yakni bauran dari energi baru terbarukan sebanyak 23 persen pada tahun 2025. 

Karena itu salah satunya dengan melelang IPP PLTS ini. 

“Ini sejalan juga dengan visi dan misi gubernur Bali mengenai kemandirian energi dan berbasis baru dan terbarukan, serta ramah lingkungan” ungkapnya.

Pembangunan pembangkit listrik di Bali ini, lanjutnya, didukung dengan regional balance, yakni setiap daerah memiliki pembangkit untuk dirinya sendiri.

 “Sekarang pembangkit listrik Bali memang masih cukup, tetapi kedepan dua tahun lagi akan kurang,” ungkapnya.

Sehingga, memerlukan pasokan listrik dari Jawa melalui Jawa Bali Connection. 

Akan tetapi, tidak lagi menggunakan saluran udara, melainkan melalui bawah laut. 

Rencana ini sudah mendapat restu dari Gubernur Bali I Wayan Koster. 

“Kami sudah bertemu dengan Gubernur Bali. 
Disarankan, tidak diatas, tapi kalau dibawah laut boleh. 

Jadi bukan ditolak sama sekali,” ungkapnya.

Astawa menyampaikan, bahwa kedepan, Bali akan mandiri dari energi jika regional balance berjalan. Sehingga, tidak perlu lagi mengandalkan pasokan listrik dari Jawa. 

Namun pembangkit listrik di Bali ramah lingkungan. 

“Ini sejalan dengan cita-cita PLN,” ujarnya.
Saat ini beban puncak di Bali 850 megawatt, sedangkan pembangkit 960 megawatt. 

Kemungkinan dalam waktu dua atau tiga tahun kedepan beban puncak sekitar 110, sehingga pembangkit listrik di Bali butuh tambahan 300 megawatt. 

Karena itu dalam RUPTL Alternatifnya membuat pembangkit listrik sendiri di Bali.

NEGARA- Meski menuai penolakan, rencana proyek pengadaan listrik Jawa Bali Crossing (JBC) akan tetap dilanjutkan.

Seperti ditegaskan General manager PLN Distribusi Bali I Nyoman Suwarjoni Astawa, Sabtu (15/9).

Menurut Suwarjoni, sesuai dengan rencana usaha penyedia listrik (RUPTL), PLN akan membangun independent power producer PLTS di Bali Timur dan Bali Barat dengan kapasitas masing-masing 25 megawatt pada tahun 2021, kemudian pada tahun 2023, masing-masing 50 megawatt.

 “Tahap awal suah ada pemenang. PLTS ini listrik swasta yang membangun, kemudian dijual pada PLN,” jelasnya, saat costumer and stakeholders gathering.

Namun kemudian setelah dilakukan evaluasi, pada prosesnya ada yang belum baik. 

Sehingga, saat ini dilakukan tender ulang. 
Diharapkan tahun ini sudah ada pemenang yang akan membangun PLTS salah satunya di Jembrana untuk Bali Barat. 

Kebutuhan lokasi untuk 25 megawatt ini diperkirakan sekitar 30 hektar.

Pembangunan PLTS ini, sesuai dengan RUPTL dan kebijakan energi nasional, yakni bauran dari energi baru terbarukan sebanyak 23 persen pada tahun 2025. 

Karena itu salah satunya dengan melelang IPP PLTS ini. 

“Ini sejalan juga dengan visi dan misi gubernur Bali mengenai kemandirian energi dan berbasis baru dan terbarukan, serta ramah lingkungan” ungkapnya.

Pembangunan pembangkit listrik di Bali ini, lanjutnya, didukung dengan regional balance, yakni setiap daerah memiliki pembangkit untuk dirinya sendiri.

 “Sekarang pembangkit listrik Bali memang masih cukup, tetapi kedepan dua tahun lagi akan kurang,” ungkapnya.

Sehingga, memerlukan pasokan listrik dari Jawa melalui Jawa Bali Connection. 

Akan tetapi, tidak lagi menggunakan saluran udara, melainkan melalui bawah laut. 

Rencana ini sudah mendapat restu dari Gubernur Bali I Wayan Koster. 

“Kami sudah bertemu dengan Gubernur Bali. 
Disarankan, tidak diatas, tapi kalau dibawah laut boleh. 

Jadi bukan ditolak sama sekali,” ungkapnya.

Astawa menyampaikan, bahwa kedepan, Bali akan mandiri dari energi jika regional balance berjalan. Sehingga, tidak perlu lagi mengandalkan pasokan listrik dari Jawa. 

Namun pembangkit listrik di Bali ramah lingkungan. 

“Ini sejalan dengan cita-cita PLN,” ujarnya.
Saat ini beban puncak di Bali 850 megawatt, sedangkan pembangkit 960 megawatt. 

Kemungkinan dalam waktu dua atau tiga tahun kedepan beban puncak sekitar 110, sehingga pembangkit listrik di Bali butuh tambahan 300 megawatt. 

Karena itu dalam RUPTL Alternatifnya membuat pembangkit listrik sendiri di Bali.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/