RadarBali.com – Fluktuasi gempa vulkanik di dalam perut Gunung Agung terus berlanjut. Jika beberapa hari belakangan gempa terjadi sekitar 700-an kali, kemarin (14/10) pukul 00.00 – 18.00, gempa terjadi hingga 938 kali.
Jumlah gempa tersebut belum termasuk dilanjutkan aktivitas gempa pukul 18.00 – 00.00. Untuk diketahui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) merekap data gempa setiap enam jam.
Bila ditambahkan gempa gempa pukul 18.00 – 00.00, maka gempa bisa mencapai 1.000 lebih selama 14 Oktober.
Gempa paling banyak terjadi pukul 00.00 – 06.00, sebanyak 438 kali. Dalam kurun waktu tersebut, gempa sempat mencapai kekuatan 3 skala richter lebih dan terasa hingga ke Karangasem kota.
Kepala PVMBG Kasbani membenarkan aktivitas gempa kembali naik. Namun, energi gempa yang terjadi kemarin masih kalah besar dibandingkan gempa 22 September, saat Gunung Agung dinyatakan Awas.
“Kalau dilihat intensitas gempa terus naik, magma masih terus berusaha menerobos ke atas. Masih ada energi besar di dalam perut gunung,” jelas Kasbani kepada Jawa Pos Radar Bali.
Karena gempa yang terus naik turun, Gunung Agung masih dinyatakan status Awas (level IV) alias bahaya.
Masyarakat, pendaki atau siapapun diminta tidak mendekati Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang sudah ditentukan.
Ditegaskan Kasbani, alat perekam gempa masih menjadi andalan untuk memantau aktivitas vulkanik Gunung Agung.
Ini menyusul pengamatan kawah menggunakan drone tak kunjung berhasil. Tiga kali coba diterbangkan, drone tidak bisa mendekati kawah.
Angin kencang diperkirakan membuat drone mengalami turbulensi. “Tidak apa-apa kalau drone belum bisa. Kami masih ada alat-alat lain yang bisa digunakan,” imbuh pria asal Banyuwangi, Jawa Timur, itu.