27.1 C
Jakarta
27 April 2024, 19:28 PM WIB

Kebutuhan Listrik Bali Tinggi, DPR Wacana Alihkan Sumber Energi PLTU

SINGARAJA – Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan kerja ke PLTU Celukan Bawang, kemarin (15/2).

Kunjungan itu dilakukan terkait dengan kondisi kelistrikan secara umum di Pulau Bali. Komisi yang membidangi masalah energi itu juga mencari tahu wacana perubahan sumber energi dari batu bara ke gas.

Rombongan Komisi VII DPR RI dipimpin Ketua Komisi VII Gus Irawan Pasaribu. Kedatangan mereka disambut

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana serta Direktur Regional Bisnis PLN Jawa Timur-Bali-Nusa Tenggara Joko Raharjo Abu Manan.

Menurut Gus Irawan, pihaknya hanya ingin memastikan kondisi kelistrikan di Bali. Selama ini Bali menjadi daerah yang peningkatan kebutuhan energinya cukup tinggi di Indonesia.

Apabila pasokan energi di Bali tersendat, hal itu akan memengaruhi citra negara di mata internasional.

DPR pun kini masih mencari pertimbangan. Apakah akan membangun pembangkit listrik baru di Bali, atau cukup mengoptimalkan pasokan melalui jalur listrik Jawa-Bali.

“Pertumbuhan energinya tinggi, tapi kapasitas stuck (mentok) di posisi yang ada. Saat ini memang ada bantuan

pasokan interkoneksi Jawa-Bali. Apakah cukup itu, atau membangun pembangkit di Bali. Itu yang ingin kami pastikan,” katanya.

Pihaknya juga sempat meminta penjelasan terkait wacana pembangunan tahap II di PLTU Celukan Bawang.

Pembangunan tahap II sendiri sempat mendapat sorotan dari Gubernur Bali Wayan Koster. Koster meminta agar manajemen PLTU beralih ke energi gas, ketimbang menggunakan batu bara.

Terkait hal tersebut, Gus Irawan mengaku dewan akan membahas masalah tersebut di Jakarta.

“PLN sudah punya solusi mengatasi masalah ini. Nanti kita lihat. Sebagai daerah wisata, lingkungan juga penting. Pasti kita ingin energi, tapi lingkungan terjaga. Semua aspek akan dipertimbangkan,” imbuhnya.

Direktur PT General Energy Bali (GEB) Agus Darmadi mengatakan, pengembangan PLTU Tahap II masih dalam masa pertimbangan.

Apabila pasokan listrik bisa disuplai melalui jalur Jawa-Bali Crossing, maka pembangunan bisa saja urung dilaksanakan.

“Tadi Komisi VII masih mempertimbangkan bagaimana jalan terbaiknya antara pembangkit listrik di bangun di Bali atau melalui Jawa-Bali Crossing.

Semua akan dipertimbangkan, baik dari segi harga, budaya dan kultur,” ujar Agus Darmadi kemarin.

Perusahaan sendiri masih berencana menggunakan energi batu bara pada tahap kedua. Alasannya, harga batu bara kini relatif murah bila dibandingkan dengan gas.

Selain itu pasokan batu bara juga masih melimpah. “Kalau pakai gas harganya jauh lebih mahal. Indonesia 65 persen pembangkit listriknya pakai batu bara.

Ada kemungkinan gas juga, tapi jangan dilupakan selain tersedia banyak di bumi Indonesia, harganya juga murah,” tegasnya.

Asal tahu saja, saat ini pasokan listrik di Pulau Bali mencapai 1.100 megawatt. Dalam kondisi normal, pasokan tersebut dinilai masih surplus.

Sebab pemakaian normal kini mencapai angka 900 megawatt. Meski begitu, pasokan itu bisa saja anjlok sewaktu-waktu apabila pembangkit listrik atau kabel bawah laut Jawa-Bali memasuki masa pemeliharaan.

SINGARAJA – Komisi VII DPR RI melakukan kunjungan kerja ke PLTU Celukan Bawang, kemarin (15/2).

Kunjungan itu dilakukan terkait dengan kondisi kelistrikan secara umum di Pulau Bali. Komisi yang membidangi masalah energi itu juga mencari tahu wacana perubahan sumber energi dari batu bara ke gas.

Rombongan Komisi VII DPR RI dipimpin Ketua Komisi VII Gus Irawan Pasaribu. Kedatangan mereka disambut

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana serta Direktur Regional Bisnis PLN Jawa Timur-Bali-Nusa Tenggara Joko Raharjo Abu Manan.

Menurut Gus Irawan, pihaknya hanya ingin memastikan kondisi kelistrikan di Bali. Selama ini Bali menjadi daerah yang peningkatan kebutuhan energinya cukup tinggi di Indonesia.

Apabila pasokan energi di Bali tersendat, hal itu akan memengaruhi citra negara di mata internasional.

DPR pun kini masih mencari pertimbangan. Apakah akan membangun pembangkit listrik baru di Bali, atau cukup mengoptimalkan pasokan melalui jalur listrik Jawa-Bali.

“Pertumbuhan energinya tinggi, tapi kapasitas stuck (mentok) di posisi yang ada. Saat ini memang ada bantuan

pasokan interkoneksi Jawa-Bali. Apakah cukup itu, atau membangun pembangkit di Bali. Itu yang ingin kami pastikan,” katanya.

Pihaknya juga sempat meminta penjelasan terkait wacana pembangunan tahap II di PLTU Celukan Bawang.

Pembangunan tahap II sendiri sempat mendapat sorotan dari Gubernur Bali Wayan Koster. Koster meminta agar manajemen PLTU beralih ke energi gas, ketimbang menggunakan batu bara.

Terkait hal tersebut, Gus Irawan mengaku dewan akan membahas masalah tersebut di Jakarta.

“PLN sudah punya solusi mengatasi masalah ini. Nanti kita lihat. Sebagai daerah wisata, lingkungan juga penting. Pasti kita ingin energi, tapi lingkungan terjaga. Semua aspek akan dipertimbangkan,” imbuhnya.

Direktur PT General Energy Bali (GEB) Agus Darmadi mengatakan, pengembangan PLTU Tahap II masih dalam masa pertimbangan.

Apabila pasokan listrik bisa disuplai melalui jalur Jawa-Bali Crossing, maka pembangunan bisa saja urung dilaksanakan.

“Tadi Komisi VII masih mempertimbangkan bagaimana jalan terbaiknya antara pembangkit listrik di bangun di Bali atau melalui Jawa-Bali Crossing.

Semua akan dipertimbangkan, baik dari segi harga, budaya dan kultur,” ujar Agus Darmadi kemarin.

Perusahaan sendiri masih berencana menggunakan energi batu bara pada tahap kedua. Alasannya, harga batu bara kini relatif murah bila dibandingkan dengan gas.

Selain itu pasokan batu bara juga masih melimpah. “Kalau pakai gas harganya jauh lebih mahal. Indonesia 65 persen pembangkit listriknya pakai batu bara.

Ada kemungkinan gas juga, tapi jangan dilupakan selain tersedia banyak di bumi Indonesia, harganya juga murah,” tegasnya.

Asal tahu saja, saat ini pasokan listrik di Pulau Bali mencapai 1.100 megawatt. Dalam kondisi normal, pasokan tersebut dinilai masih surplus.

Sebab pemakaian normal kini mencapai angka 900 megawatt. Meski begitu, pasokan itu bisa saja anjlok sewaktu-waktu apabila pembangkit listrik atau kabel bawah laut Jawa-Bali memasuki masa pemeliharaan.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/