28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:29 AM WIB

Bupati Agus: RS Giri Emas Jadi Lokasi Isolasi Pasien Suspect Covid-19

SINGARAJA – Pemerintah Kabupaten Buleleng memutuskan menjadikan RS Pratama Giri Emas sebagai lokasi perawatan pasien-pasien yang diduga terkait dengan virus covid-19.

Kebijakan itu diambil, untuk mengoptimalkan perawatan pada pasien dalam pengawasan (PDP), maupun pada pasien yang telah positif covid-19.

Keputusan menjadikan RS Pratama Giri Emas sebagai rumah sakit isolasi, diambil setelah Pemkab Buleleng melakukan rapat terkait kondisi covid-19, di Rumah Jabatan Bupati Buleleng.

Rapat itu dihadiri seluruh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) di Buleleng, serta petugas di bidang kesehatan.

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana secar ategas mengatakan pemerintah akan menggunakan RS Pratama sebagai rumah sakit isolasi.

Sebab dari hasil evaluasi di RSUD Buleleng, perawatan isolasi justru terkesan sulit dilakukan. Ruang Lely yang digunakan sebagai lokasi isolasi, ternyata masih digunakan oleh pasien lain yang memiliki riwayat infeksi.

Pun di lantai dua, masih digunakan untuk perawatan pasien. Untuk mengambil gambar rontgen, pasien dalam pengawasan harus dibawa ke Ruang Rontgen dengan melewati selasar.

“Pola distribusi (pasien) di RSUD itu linier. Seandainya memang benar ada pasien yang positif korona, ini kan justru membahayakan bagi pasien lain,” kata Agus, Sabtu malam.

Ia mengklaim kebijakan itu diambil sebagai langkah preventif. Sehingga saat ada pasien positif covid-19, pemerintah siap memberikan perawatan terbaik.

Selain itu pemerintah juga harus memastikan virus itu tidak menyebar ke tempat lain. “Ini langkah preventif. Tidak perlu menunggu sudah terjadi, baru siap-siap.

Jadi, saya lihat kondisi di Wuhan. Makanya kami putuskan seperti itu. Nanti kalau dua orang PDP yang di RSUD itu positif, akan dirawat di Giri Emas,” tegasnya.

Agus juga mengaku telah menginstruksikan pada Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra melakukan inventarisasi kebutuhan di RS Pratama Giri Emas.

Seperti mempersiapkan fasilitas ventilator, ruang dekontaminasi, hingga alat pelindung diri (APD). Selain itu Agus juga meminta

agar DPRD Buleleng mengizinkan pergeseran anggaran untuk pembelian alat-alat kesehatan dan APD, untuk ditempatkan di RS Pratama.

Mengingat harga APD cukup mahal. Mencapai Rp 950 ribu untuk satu set. Sementara kebutuhan penggunaan APD mencapai 20 set per hari.

“Kami sudah minta ke Dinkes Bali. Tapi kalau masih sulit, ya harus siap beli sendiri. Ini kan menyangkut keselamatan tenaga medis kita juga,” tegasnya.

Sementara itu Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra, pagi kemarin mengecek kesiapan ruangan di RS Pratama Giri Emas. Ternyata masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus disiapkan.

Beberapa alat medis seperti ventilator dan monitor pasien, belum tersedia di sana. Selain itu ruang dekontaminasi juga belum disiapkan.

Ruang perawatan juga belum dilengkapi dengan pendingin ruangan dan exhaust bertekanan negatif. Sutjidra menginstruksikan agar seluruh alat-alat itu segera disiapkan.

“Di Tiongkok itu 10 hari bisa buat rumah sakit baru. Kita masak tidak mampu menyiapkan dalam 3 hari. Gedung sudah ada kok. Paling lambat Rabu, alat-alat harus sudah siap,” kata Sutjidra.

Terhitung sejak hari ini (16/3), RS Pratama Giri Emas tak lagi menerima pasien. Baik layanan gawat darurat, maupun rawat jalan.

Pasien yang berkunjung ke poliklinik, diarahkan ke puskesmas terdekat. Sementara pasien-pasien yang kini tengah menjalani rawat inap, akan dipindahkan ke RSUD Buleleng.

Wabup Sutjidra meminta seluruh pasien dirawat di dalam ruangan, tidak ada yang ditempatkan di selasar.

“Mulai besok (hari ini, Red) sudah steril. Tidak ada menerima pasien lagi. Yang rawat inap di sini, bertahap mulai besok dipindahkan ke RSUD.

Di sini ada 36 tempat tidur yang siap digunakan untuk pelayanan. Paling lambat Rabu alat-alat sudah siap, sehingga Kamis sudah siap jadi rumah sakit isolasi,” kata Sutjidra.

Sementara untuk tenaga medis, akan dibentuk tim tersendiri. Tim itu akan dipimpin dr. Adistya Rini, Sp.P, dokter spesialis paru di RSUD Buleleng.

Ia akan didampingi dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD., dokter spesialis penyakit dalam yang juga Ketua Komite Medik RSUD Buleleng.

Tim akan memilih tenaga medis sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Setelah tim terbentuk, mereka akan mulai dilatih sejak hari ini. Selanjutnya mereka akan ditugaskan di RS Pratama Giri emas.

“Bisa jadi nanti perawat-perawat yang di RSUD yang kami kirim ke sini, karena sudah paham perawatan pasien infeksi.

Jadi, tidak gagap lagi menangani pasien. Nanti tenaga medis yang di sini bisa kami perbantukan ke RSUD atau puskesmas lain,” ungkap Sutjidra.

SINGARAJA – Pemerintah Kabupaten Buleleng memutuskan menjadikan RS Pratama Giri Emas sebagai lokasi perawatan pasien-pasien yang diduga terkait dengan virus covid-19.

Kebijakan itu diambil, untuk mengoptimalkan perawatan pada pasien dalam pengawasan (PDP), maupun pada pasien yang telah positif covid-19.

Keputusan menjadikan RS Pratama Giri Emas sebagai rumah sakit isolasi, diambil setelah Pemkab Buleleng melakukan rapat terkait kondisi covid-19, di Rumah Jabatan Bupati Buleleng.

Rapat itu dihadiri seluruh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) di Buleleng, serta petugas di bidang kesehatan.

Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana secar ategas mengatakan pemerintah akan menggunakan RS Pratama sebagai rumah sakit isolasi.

Sebab dari hasil evaluasi di RSUD Buleleng, perawatan isolasi justru terkesan sulit dilakukan. Ruang Lely yang digunakan sebagai lokasi isolasi, ternyata masih digunakan oleh pasien lain yang memiliki riwayat infeksi.

Pun di lantai dua, masih digunakan untuk perawatan pasien. Untuk mengambil gambar rontgen, pasien dalam pengawasan harus dibawa ke Ruang Rontgen dengan melewati selasar.

“Pola distribusi (pasien) di RSUD itu linier. Seandainya memang benar ada pasien yang positif korona, ini kan justru membahayakan bagi pasien lain,” kata Agus, Sabtu malam.

Ia mengklaim kebijakan itu diambil sebagai langkah preventif. Sehingga saat ada pasien positif covid-19, pemerintah siap memberikan perawatan terbaik.

Selain itu pemerintah juga harus memastikan virus itu tidak menyebar ke tempat lain. “Ini langkah preventif. Tidak perlu menunggu sudah terjadi, baru siap-siap.

Jadi, saya lihat kondisi di Wuhan. Makanya kami putuskan seperti itu. Nanti kalau dua orang PDP yang di RSUD itu positif, akan dirawat di Giri Emas,” tegasnya.

Agus juga mengaku telah menginstruksikan pada Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra melakukan inventarisasi kebutuhan di RS Pratama Giri Emas.

Seperti mempersiapkan fasilitas ventilator, ruang dekontaminasi, hingga alat pelindung diri (APD). Selain itu Agus juga meminta

agar DPRD Buleleng mengizinkan pergeseran anggaran untuk pembelian alat-alat kesehatan dan APD, untuk ditempatkan di RS Pratama.

Mengingat harga APD cukup mahal. Mencapai Rp 950 ribu untuk satu set. Sementara kebutuhan penggunaan APD mencapai 20 set per hari.

“Kami sudah minta ke Dinkes Bali. Tapi kalau masih sulit, ya harus siap beli sendiri. Ini kan menyangkut keselamatan tenaga medis kita juga,” tegasnya.

Sementara itu Wakil Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra, pagi kemarin mengecek kesiapan ruangan di RS Pratama Giri Emas. Ternyata masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus disiapkan.

Beberapa alat medis seperti ventilator dan monitor pasien, belum tersedia di sana. Selain itu ruang dekontaminasi juga belum disiapkan.

Ruang perawatan juga belum dilengkapi dengan pendingin ruangan dan exhaust bertekanan negatif. Sutjidra menginstruksikan agar seluruh alat-alat itu segera disiapkan.

“Di Tiongkok itu 10 hari bisa buat rumah sakit baru. Kita masak tidak mampu menyiapkan dalam 3 hari. Gedung sudah ada kok. Paling lambat Rabu, alat-alat harus sudah siap,” kata Sutjidra.

Terhitung sejak hari ini (16/3), RS Pratama Giri Emas tak lagi menerima pasien. Baik layanan gawat darurat, maupun rawat jalan.

Pasien yang berkunjung ke poliklinik, diarahkan ke puskesmas terdekat. Sementara pasien-pasien yang kini tengah menjalani rawat inap, akan dipindahkan ke RSUD Buleleng.

Wabup Sutjidra meminta seluruh pasien dirawat di dalam ruangan, tidak ada yang ditempatkan di selasar.

“Mulai besok (hari ini, Red) sudah steril. Tidak ada menerima pasien lagi. Yang rawat inap di sini, bertahap mulai besok dipindahkan ke RSUD.

Di sini ada 36 tempat tidur yang siap digunakan untuk pelayanan. Paling lambat Rabu alat-alat sudah siap, sehingga Kamis sudah siap jadi rumah sakit isolasi,” kata Sutjidra.

Sementara untuk tenaga medis, akan dibentuk tim tersendiri. Tim itu akan dipimpin dr. Adistya Rini, Sp.P, dokter spesialis paru di RSUD Buleleng.

Ia akan didampingi dr. Putu Arya Nugraha, Sp.PD., dokter spesialis penyakit dalam yang juga Ketua Komite Medik RSUD Buleleng.

Tim akan memilih tenaga medis sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Setelah tim terbentuk, mereka akan mulai dilatih sejak hari ini. Selanjutnya mereka akan ditugaskan di RS Pratama Giri emas.

“Bisa jadi nanti perawat-perawat yang di RSUD yang kami kirim ke sini, karena sudah paham perawatan pasien infeksi.

Jadi, tidak gagap lagi menangani pasien. Nanti tenaga medis yang di sini bisa kami perbantukan ke RSUD atau puskesmas lain,” ungkap Sutjidra.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/