RadarBali.com – Sepertiga lebih warga Desa Adat Dukuh, Kubu, yang mengungsi keluar desa, telah kembali ke kampung halaman.
Padahal, wilayahnya masuk kawasan rawan bencana (KRB) III alias masuk zona merah. Alasan jenuh dan waswas dengan kondisi rumah, menjadi pemicu mereka meninggalkan kamp pengungsian dan kembali pulang.
“Kami bukan tidak percaya dengan pemerintah atau PVMPG, tapi karena kondisi yang tidak menentu membuat kami akhirnya memilih pulang,” ujar Kelian Desa Adat Dukuh Drs Ketut Giri M. Pdh.
Pria 58 tahun yang pernah merasakan dahsyatnya letusan Gunung Agung 1963 silam ini sendiri memilih bertahan di rumah dibandingkan harus mengungsi bersama warga maupun anak dan istrinya.
“Alasan mendasarnya dari pengalaman 1963, Gunung Agung meletus tidak tiba-tiba. Memang sekarang ada retakan dan asap,
tapi masih ada tahap panjang. Kalau sudah ada asap tebal ke atas itu baru berbahaya dan patut diwaspadai, “jelasnya.
Menurutnya, dengan mengacu pengalaman letusan Gunung Agung 54 tahun silam, dirinya memprediksi bahwa Gunung Agung sesuai tanda-tanda fisik akan terjadi letusan sekitar bulan Januari dan Februari 2018 tahun depan.
“Tepatnya saat musim penghujan. Tapi itu sesuai pengalaman 1963. Walaupun begitu, saya tetap mengimbau warga tetap patuh sesuai himbauan pemerintah.
Termasuk kepada istri dan anak serta keluarga saya untuk tetap tinggal di pengungsian, “ujar Ketut Giri.
Disebutkan, dari sebagian besar warganya yang mengungsi, Giri mengatakan, paling banyak berada di wilayah Buleleng seperti Tembok, Ngis, Sambirenteng, Blangkah, dan Gerogak.
“Hampir 90 persen di Buleleng. Sebagian lagi menyebar di Manggis, Jasi, dan juga Denpasar, “paparnya.