28.1 C
Jakarta
22 November 2024, 19:10 PM WIB

Ini Cerita Dahsyatnya Gempa – Tsunami Palu Versi Transmigran Asal Bali

TABANAN – Gempa dan tsunami Palu, Sigi, dan Donggala memakan korban jiwa manusia. Warga Bali ikut menjadi korban musibah alam ini.

Ada yang meninggal, tapi ada juga yang selamat. Salah satu yang selamat adalah Ni Wayan Sari, 48, asal Banjar Pande, Desa Kelating, Kerambitan, Tabanan.

Trauma dan bayangan kejadian gempa bumi dan tsunami masih terus melekat di ingatan pikiran Ni Wayan Sari.

Ditemui Jawa Pos Radar Bali, Ni Wayan Sari menyatakan dirinya bersama keluarganya memang sudah lama merantau transmigransi ke Palu sejak tahun 70-an.

Hampir 39 tahun dia bekerja di perusahaan pembuat kacamata di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

“Saat kejadian gempa bumi dan tsunami, saya sedang bekerja. Saat gempa besar, saya dan teman – teman pekerja lainnya lari menyelamatkan diri keluar gedung. Bahkan, saya harus merangkak agar tidak sampai tertimpa almari,” ujar Sari.

Usai guncangan gempa dirinya harus melihat banyak jenasah bergelimpangan di jalan-jalan di Kota Palu. “Sampai sekarang saya masih ingat kejadian itu, bahkan sampai tidak bisa tidur,” kenang Sari.

Guncangan gempa terus menghampiri Kota Palu. Sari dan keluarga di Palu berada di posko pengungsian milik TNI.  

“Selama seminggu lebih saya tidak makan. Karena keterbatasan makanan. Kemudian belum juga datang bantuan. Hanya bertahan dengan minum air putih saja,” ungkapnya.

Sari menuturkan dirinya dapat keluar dari Palu bersama ayah dan adiknya dengan pesawat Hercules yang disediakan oleh pemerintah menuju ke Makassar.

Menggunakan pesawat lain, dia lantas berangkat ke Bali. “Sudah dua minggu lalu saya tiba di Bali, awalnya ke rumah adik dulu di Gianyar, disana tinggal selama seminggu barulah pulang ke kampung halaman di Tabanan,” jelasnya.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Tabanan I Nyoman Gede Gunawan mengungkapkan pihaknya sudah menyerahkan bantuan berupa sembako kepada Ni Wayan Sari.

“Keberdaaan Ni Wayan Sari korban gempa bumi kami dapat laporan dari kepala desa setempat,” kata Gunawan.

Ni Wayan Sari kembali ke Bali untuk proses penyembuhan atau ingin tenang karena masih trauma dengan kejadian gempa.

“Kami di Bali traumanya dapat hilang, karena bertemu dengan keluarga,” tandasnya. 

TABANAN – Gempa dan tsunami Palu, Sigi, dan Donggala memakan korban jiwa manusia. Warga Bali ikut menjadi korban musibah alam ini.

Ada yang meninggal, tapi ada juga yang selamat. Salah satu yang selamat adalah Ni Wayan Sari, 48, asal Banjar Pande, Desa Kelating, Kerambitan, Tabanan.

Trauma dan bayangan kejadian gempa bumi dan tsunami masih terus melekat di ingatan pikiran Ni Wayan Sari.

Ditemui Jawa Pos Radar Bali, Ni Wayan Sari menyatakan dirinya bersama keluarganya memang sudah lama merantau transmigransi ke Palu sejak tahun 70-an.

Hampir 39 tahun dia bekerja di perusahaan pembuat kacamata di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

“Saat kejadian gempa bumi dan tsunami, saya sedang bekerja. Saat gempa besar, saya dan teman – teman pekerja lainnya lari menyelamatkan diri keluar gedung. Bahkan, saya harus merangkak agar tidak sampai tertimpa almari,” ujar Sari.

Usai guncangan gempa dirinya harus melihat banyak jenasah bergelimpangan di jalan-jalan di Kota Palu. “Sampai sekarang saya masih ingat kejadian itu, bahkan sampai tidak bisa tidur,” kenang Sari.

Guncangan gempa terus menghampiri Kota Palu. Sari dan keluarga di Palu berada di posko pengungsian milik TNI.  

“Selama seminggu lebih saya tidak makan. Karena keterbatasan makanan. Kemudian belum juga datang bantuan. Hanya bertahan dengan minum air putih saja,” ungkapnya.

Sari menuturkan dirinya dapat keluar dari Palu bersama ayah dan adiknya dengan pesawat Hercules yang disediakan oleh pemerintah menuju ke Makassar.

Menggunakan pesawat lain, dia lantas berangkat ke Bali. “Sudah dua minggu lalu saya tiba di Bali, awalnya ke rumah adik dulu di Gianyar, disana tinggal selama seminggu barulah pulang ke kampung halaman di Tabanan,” jelasnya.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Tabanan I Nyoman Gede Gunawan mengungkapkan pihaknya sudah menyerahkan bantuan berupa sembako kepada Ni Wayan Sari.

“Keberdaaan Ni Wayan Sari korban gempa bumi kami dapat laporan dari kepala desa setempat,” kata Gunawan.

Ni Wayan Sari kembali ke Bali untuk proses penyembuhan atau ingin tenang karena masih trauma dengan kejadian gempa.

“Kami di Bali traumanya dapat hilang, karena bertemu dengan keluarga,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/