SINGARAJA – MAJELIS Madya Desa Pakraman (MMDP) Buleleng mulai menyusun langkah antisipasi. Majelis madya tak ingin rangkaian perayaan Hari Raya Nyepi, tercoreng gara-gara ulah oknum pengusung ogoh-ogoh.
Ketua MMDP Buleleng Dewa Putu Budarsa mengatakan, pihaknya telah menerbitkan edaran pada Majelis Alit Desa Pakraman (MADP).
Edaran itu telah mengatur pedoman pembuatan ogoh-ogoh hingga tata cara mengusung ogoh-ogoh. Salah satunya, setiap kelompok yang hendak mengusung ogoh-ogoh harus menunjuk seorang koordinator.
Nantinya koordinator akan bertanggung jawab langsung pada catur manggala di desa pakraman. Baik itu kelian desa pakraman, perbekel, Babinkamtibmas, dan Babinsa.
“Tugas koordinator itu mengawasi para pengusung. Kalau memang bau alkohol, lebih baik dikelurkan dari barisan pengusung ogoh-ogoh. Biasanya ini (pengusung mabuk) yang menimbulkan gesekan,” papar Budarsa.
Tak hanya itu, koordinator juga harus bertanggung jawab terhadap bentuk dari ogoh-ogoh yang diusung.
Budarsa menegaskan, Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali pun telah menerbitkan edaran bahwa ogoh-ogoh harus mengacu pada etika dan estetika di masyarakat.
“Saya harap tidak ada arah pornografi atau politis. Seandainya nanti ada pelanggaran, koordinator ini yang bertanggung jawab. Seandainya ada pelanggaran, silakan catur manggala ini yang menindak,” imbuhnya.
Budarsa berharap pawai ogoh-ogoh tahun, ini tidak ditunggangi oleh aksi-aksi politik. Terlebih kini masih masuk dalam masa tahun politik.
Keterlibatan unsur-unsur politik dalam rangkaian peringatan Hari Raya Nyepi, sama saja mengusik umat dalam proses pelestarian adat istiadat budaya.
“Makanya saya tekankan, ogoh-ogoh itu jangan menyerupai tokoh politik. Apalagi sampai mengusung ogoh-ogoh pakai baju partai politik.
Kalau mau berpolitik, silakan nanti saat hari coblosan. Jangan cemari kegiatan Nyepi, ini supaya semua sesuai dengan dasa mawa cara,” tukas Budarsa.