SEMARAPURA – Tumpukan sampah di eks TPA Sente, Desa Pikat, Kecamatan Dawan terlihat semakin meninggi.
Tidak hanya itu, asap hitam terus muncul dari sejumlah titik di tumpukan sampah tersebut. Tidak heran jika ada pemandangan sejumlah petugas
menyemprotkan air dari tangki berkapasitas 6 ribu liter ke tumpukan sampah di eks TPA Sente seperti yang terlihat, kemarin (16/10).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Kabupaten Klungkung AA Kirana membenarkan kondisi tersebut.
Diungkapkannya, sampah di eks TPA Sente kian hari kian menggunung. Itu lantaran tidak hanya sampah perkotaan yang dibawa ke eks TPA untuk diolah menjadi pupuk dan pelet.
Menurutnya sejumlah desa ternyata secara sembunyi-sembunyi juga ikut membuang sampah ke sana. Padahal seluruh desa yang ada di Klungkung harus mengelola sampahnya secara mandiri.
“Ada sejumlah desa ternyata curi-curi membuang sampah ke sana karena pintu di sebelah timur rusak. Itu sebabnya sampah semakin menggunung.
Nanti saya akan mengecek CCTV yang ada di sana. Kami akan melakukan pendekatan kepada desa-desa bersangkutan,” katanya.
Selain ada sejumlah desa yang membuang sampah ke eks TPA Sente, kapasitas pengolahan mesin TOSS yang masih lebih kecil dibandingkan sampah
yang dihasilkan warga setiap harinya juga menjadi salah satu penyebab sampah semakin menggunung. “Setiap harinya itu ada sekitar 9-11 truk sampah perkotaan yang dibawa ke sana untuk diolah,” jelasnya.
Tidak hanya masalah sampah yang semakin menggunung, api dan asap juga mulai muncul dari tumpukan sampah di eks TPA Sente sejak dua minggu terakhir.
Akibatnya, petugas DLHP bersama Pemadam Kebakaran Klungkung hampir setiap hari berjibaku untuk melakukan pemadaman.
“Itu karena cuaca yang cukup panas akhir-akhir ini. Kondisi ini membuat produksi gas metana mengalami peningkatan sehingga memicu munculnya api dan asap,” terangnya.
Melihat api dan asap yang tidak kunjung padam meski setiap hari tumpukan sampah tersebut telah disirami air, pihaknya menancapkan
tiga pipa sepanjang enam meter yang sisi-sisinya telah diberikan lubang kecil-kecil untuk memasukan air hingga ke dalam tumpukan sampah mulai Selasa (15/10) lalu.
Dengan adanya pipa tersebut diharapkan gas metana dapat keluar dari sana dan bara api yang ada di dalam tumpukan sampah bisa padam oleh air yang dimasukkan jua dari sana.
“Ini baru uji coba dan ternyata hasilnya bagus. Karena harganya cukup lumayan, rencananya kami akan pasang 10 pipa terlebih dahulu.
Saya dapat teknik ini dari ahli sampah di Malang. Kalau disiram seperti biasanya kan hanya di bagian permukaan saja yang terkena air,” tandasnya.
Sementara sopir mobil tangki air, Made Cipta mengungkapkan sejak dua minggu terakhir, api dan asap kembali muncul dari tumpukan sampah.
Dia harus menyiram tumpukan sampah di eks TPA Sente itu setiap hari. Setiap harinya rata-rata dia membutuhkan empat tangki air berkapasitas 6 ribu liter untuk menyiram tumpukan sampah yang berasap.
Namun jika tumpukan sampah sampai mengeluarkan api, jumlah air yang dibutuhkan lebih besar bahkan hingga harus mengerahkan Pemadam Kebakaran.
“Kalau sudah terbakar, biasanya sampai pukul 01.00 masih memadamkan api,” tandasnya.