29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:58 AM WIB

Karantina Berakhir, Bupati Artha Dorong Desa Kaliakah Bikin Perarem

NEGARA – Warga Banjar Munduk, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jumat (17/7) kemarin, mulai beraktivitas normal, karena karantina banjar selama 14 hari sudah berakhir.

Karantina banjar tersebut dinilai berhasil karena bisa menekan penyebaran Covid-19 lebih luas lagi di banjar.

Bupati Jembrana I Putu Artha mengatakan, karantina Banjar Munduk merupakan yang pertama kali di Jembrana sejak pandemi Covid-19.

Karantina tersebut juga diharapkan menjadi yang terakhir kali di Jembrana. Tidak ada karantina lagi baik banjar atau desa lagi di Jembrana untuk mencegah penyebaran Covid-19.

“Karantina Banjar ini yang pertama dan terakhir. Jangan sampai ada lagi karantina banjar,” pinta Bupati Artha.

Selama 14 hari karantina banjar, bupati menilai warga sudah sangat disiplin menjalakan karantina. Tidak meninggalkan banjar

selama karantina dan menjalankan protokol kesehatan, menjalankan protokol kesehatan mencegah penularan Covid-19, sehingga penularan virus di banjar bisa dicegah.

“Kedisiplinan warga Banjar Munduk ini harus ditiru warga lain agar tidak tertular. Kalau warga disiplin saya yakin tidak terpapar virus,” terangnya.

Dalam kesempatan itu, bupati mendukung desa adat yang mengeluarkan perarem dalam rangka adaptasi kehidupan baru.

Namun, bupati menekankan agar perarem yang dikeluarkan seluruh desa adat disesuaikan dengan sosial dan budaya masyarakatnya karena setiap wilayah desa di Jembrana memiliki keanekaragaman budaya, suku dan agama.

Kapolres Jembrana AKBP Ketut Gede Adi Wibawa menambahkan, karantina banjar merupakan hal yang sulit dilakukan, karena warga dibatasi ruang gerak aktivitasnya keluar dari wilayah tempat tinggalnya.

Namun warga Banjar Munduk berhasil menjalankan karantina dengan disiplin sehingga menekan terjadinya penularan virus.

Kapolres menekankan agar warga Banjar Munduk yang sudah selesai menjalakan karantina banjar untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan.

Warga diimbau tidak euforia karena sudah selesai isolasi diri dengan karantina banjar dengan keluar rumah tidak mematuhi protokol kesehatan.

“Karena vaksin dalam bentuk obat saat ini belum ada, jadi vaksin yang saat ini adalah disiplinkan diri kita sendiri, saling menjaga keluarga dan warga lain lingkungan sekitar,” tandasnya.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jembrana I Gusti Agung Putu Arisantha mengatakan, karantina Banjar Munduk dilakukan selama 14 hari untuk penyebaran virus.

Terdapat lima orang warga Banjar Munduk positif Covid-19 karena tertular pasien positif asal Denpasar yang sempat pulang ke Jembrana.

Selain menularkan pada warga Banjar Munduk, seorang warga asal Desa Berangbang juga tertular.

“Berdasar pelacakan kontak dari salah satu warga Banjar Munduk yang positif, ditemukan satu pasien positif lagi asal Desa Banyubiru yang saat ini masih diisolasi di RSU Negara,” jelasnya.

Terkait dengan warga Banjar Munduk yang melakukan karantina, pada rapid test pertama sebelum dimulai karantina sebanyak enam orang reaktif dari hasil rapid test, namun dari hasil uji swab negatif Covid-19.

Sedangkan pada rapid test kedua sebanyak sebelas orang reaktif, delapan orang diantaranya dilanjutkan dengan uji swab namun hasilnya belum keluar. 

NEGARA – Warga Banjar Munduk, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jumat (17/7) kemarin, mulai beraktivitas normal, karena karantina banjar selama 14 hari sudah berakhir.

Karantina banjar tersebut dinilai berhasil karena bisa menekan penyebaran Covid-19 lebih luas lagi di banjar.

Bupati Jembrana I Putu Artha mengatakan, karantina Banjar Munduk merupakan yang pertama kali di Jembrana sejak pandemi Covid-19.

Karantina tersebut juga diharapkan menjadi yang terakhir kali di Jembrana. Tidak ada karantina lagi baik banjar atau desa lagi di Jembrana untuk mencegah penyebaran Covid-19.

“Karantina Banjar ini yang pertama dan terakhir. Jangan sampai ada lagi karantina banjar,” pinta Bupati Artha.

Selama 14 hari karantina banjar, bupati menilai warga sudah sangat disiplin menjalakan karantina. Tidak meninggalkan banjar

selama karantina dan menjalankan protokol kesehatan, menjalankan protokol kesehatan mencegah penularan Covid-19, sehingga penularan virus di banjar bisa dicegah.

“Kedisiplinan warga Banjar Munduk ini harus ditiru warga lain agar tidak tertular. Kalau warga disiplin saya yakin tidak terpapar virus,” terangnya.

Dalam kesempatan itu, bupati mendukung desa adat yang mengeluarkan perarem dalam rangka adaptasi kehidupan baru.

Namun, bupati menekankan agar perarem yang dikeluarkan seluruh desa adat disesuaikan dengan sosial dan budaya masyarakatnya karena setiap wilayah desa di Jembrana memiliki keanekaragaman budaya, suku dan agama.

Kapolres Jembrana AKBP Ketut Gede Adi Wibawa menambahkan, karantina banjar merupakan hal yang sulit dilakukan, karena warga dibatasi ruang gerak aktivitasnya keluar dari wilayah tempat tinggalnya.

Namun warga Banjar Munduk berhasil menjalankan karantina dengan disiplin sehingga menekan terjadinya penularan virus.

Kapolres menekankan agar warga Banjar Munduk yang sudah selesai menjalakan karantina banjar untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan.

Warga diimbau tidak euforia karena sudah selesai isolasi diri dengan karantina banjar dengan keluar rumah tidak mematuhi protokol kesehatan.

“Karena vaksin dalam bentuk obat saat ini belum ada, jadi vaksin yang saat ini adalah disiplinkan diri kita sendiri, saling menjaga keluarga dan warga lain lingkungan sekitar,” tandasnya.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jembrana I Gusti Agung Putu Arisantha mengatakan, karantina Banjar Munduk dilakukan selama 14 hari untuk penyebaran virus.

Terdapat lima orang warga Banjar Munduk positif Covid-19 karena tertular pasien positif asal Denpasar yang sempat pulang ke Jembrana.

Selain menularkan pada warga Banjar Munduk, seorang warga asal Desa Berangbang juga tertular.

“Berdasar pelacakan kontak dari salah satu warga Banjar Munduk yang positif, ditemukan satu pasien positif lagi asal Desa Banyubiru yang saat ini masih diisolasi di RSU Negara,” jelasnya.

Terkait dengan warga Banjar Munduk yang melakukan karantina, pada rapid test pertama sebelum dimulai karantina sebanyak enam orang reaktif dari hasil rapid test, namun dari hasil uji swab negatif Covid-19.

Sedangkan pada rapid test kedua sebanyak sebelas orang reaktif, delapan orang diantaranya dilanjutkan dengan uji swab namun hasilnya belum keluar. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/