MANGUPURA, radarbali.id- Anak Agung Gde Agung tidak henti-hentinya berbagi di masa sulit akibat pandemi Covid-19.
Tokoh kharismatik kelahiran 25 Mei 1949 yang mengemban amanat sebagai anggota Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI membagikan 1.900 paket sembilan bahan pokok (sembako) untuk warga kurang mampu yang tersebar di 38 desa adat se-Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.
Aksi sosial yang merupakan lanjutan dari pembagian ribuan paket sembako di masa pandemi ini dipusatkan di Wantilan Pura Taman Ayun, Mengwi, Senin (18/7).
Sebagaimana diketahui, Penglingsir Puri Ageng Mengwi tersebut antara lain tercatat membagikan 478 paket sembako untuk keluarga pejuang isolasi mandiri (isoman) di Kecamatan Mengwi, 403 sembako di Kuta dan Kuta Selatan bagi warga yang menjalani isoter, 100 paket sembako di Desa Adat Silungan, Desa Adat Lodtunduh, Gianyar, dan kabupaten lain se-Bali hingga ke Pulau Nusa Penida.
Mantan Bupati Badung 2 periode (2005-2015) itu mengatakan tali kasih tersebut diserahkan melalui 38 bandesa masing-masing 50 paket. Selanjutnya berjenjang hingga sampai ke tangan warga Mangu Kerta Mandhala (Desa Adat se-Mengwi, red) yang benar-benar membutuhkan.
Sosok 73 tahun itu berharap meski sedikit, tali kasih yang terdiri atas 5 kg beras, 10 butir telur, 1 liter minyak goreng, dan mie instan itu mampu meringankan beban warga di tengah pandemi Covid-19 yang berpengaruh signifikan pada perekonomian Provinsi Bali.
“Kegiatan ini (bagi-bagi sembako, red) refleks saja dari saya serangkaian reses DPD RI. Ini cara saya menjalin hubungan dengan warga, braya saya,” ungkap AA Gde Agung yang mewariskan Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung super megah di Desa Sempidi, Badung.
Tak berhenti sampai di sana, AA Gde Agung menekankan pihaknya masih akan melakukan aksi sosial serupa di seluruh pelosok Bali serta menyasar berbagai komunitas. Ia memastikan, bantuan tersebut tidak mengandung muatan politik terutama menjelang Pemilu Serentak 2024.
“Ini jangan dikaitkan dengan politik. Tali kasih ini murni dilandasi rasa lascarya. Meneruskan titah leluhur kami di Puri Ageng Mengwi,” jelasnya. Menyoal politik, AA Gde Agung mengaku belum menentukan langkah. Sebaliknya ia memandang regenerasi merupakan sebuah keniscayaan.
“2024 itu kan usia saya sudah 75 tahun. Saya harus berpikir lagi terjun ke dunia politik. Saya serahkan semua ke Ida Bhatara,” bebernya. “Saya lihat banyak tokoh-tokoh muda yang potensial. Ibarat daun di pohon, ada waktunya dia tumbuh dan gugur. Namun daun yang muda-muda itu harus dipilih. Asal jangan yang berulat,” ungkapnya semringah. (ken)