33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 14:37 PM WIB

Terpencar-pencar, 2.600 Siswa Pengungsi Terancam Tak Bisa Ikut UAS

RadarBali.com – Ratusan orang siswa pengungsi asal Karangasem, terancam tak bisa mengikuti Ulangan Akhir Semester (UAS).

Gara-garanya sampai kini tak ada kejelasan mengenai mekanisme pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Sementara pelaksanaan UAS, biasanya menggunakan dana BOS. Hingga kini belum ada solusi menyikapi masalah itu. Padahal sebulan lagi mereka sudah harus menghadapi UAS.

Di Kabupaten Buleleng, tercatat ada 2.600 orang siswa pengungsi yang tersebar di 200 sekolah, baik itu tingkat SD maupun SMP.

Selama ini para siswa itu belajar dengan status siswa titipan. Meski Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Karangasem telah membuka sekolah sore di Kabupaten Buleleng, tak ada jaminan siswa-siswa di sana bisa mengikuti UAS bulan depan.

Disdikpora Buleleng sendiri telah menyampaikan masalah itu kepada Dinas Pendidikan Bali dalam rapat yang dilangsungkan Senin (16/10) lalu.

Sayangnya belum ada jawaban yang bisa diberikan untuk mengatasi masalah tersebut. Kepala Disdikpora Buleleng, Gede Suyasa mengatakan sudah menjalin koordinasi dengan Disdikpora Karangasem.

Dari hasil koordinasi, Disdikpora Karangasem akan membuka tiga sekolah sore di Kabupaten Buleleng.

Dua sekolah dasar akan dibuka di SDN 1 Tembok dan SDN 2 Tembok, sementara satu lagi adalah SMP yang dibuka di SMPN 2 Tejakula.

Konon pihak Disdikpora Karangasem akan mendatangkan siswa, guru, hingga kepala sekolah di ketiga sekolah itu.

“Hanya saja, dari pihak kami masih ada beberapa persoalan yang akan tersisa. Siswa yang masuk di sana, tidak murni berasal dari satu sekolah yang sama. Ini yang akan jadi kendala di lapangan.

Tapi kewenangan itu ya diatur Disdikpora Karangasem itu sendiri. Kami hanya membantu fasilitas,” kata Suyasa, saat ditemui di Lobi Atiti Wisma Kantor Bupati Buleleng kemarin.

Selain itu, pada November nanti siswa sudah harus mengikuti UAS. Saat UAS, maka siswa akan membutuhkan biaya operasional.

Mulai dari penyediaan soal, penyediaan lembar jawaban, pengawasan, hingga beberapa hal lain.

Apabila Disdikpora Karangasem benar-benar bisa memindahkan siswa satu sekolah ke Buleleng, maka hal itu tidak akan jadi masalah.

Faktanya, sekolah sore yang dibentuk Karangasem, tetap menerima siswa dari berbagai sekolah. Misalnya saja SDN 2 Dukuh yang kini numpang di SDN 1 Tembok.

Sekolah itu menampung 197 orang siswa pengungsi yang berasal dari 19 SD berbeda. Siswa asli dari SDN 2 Dukuh, hanya 40 orang siswa saja.

“Faktanya di lapangan, siswanya tersebar dalam jumlahnya sedikit-sedikit. Ini tersebar di 200 sekolah di Buleleng.

Seperti apa solusinya? Ini yang kemarin belum berani diputuskan. Masih akan dibahas lagi di Posko Pengungsi Tanah Ampo,” jelas Suyasa.

Untuk solusi jangka pendek, Suyasa menawarkan agar siswa-siswa yang kini bersekolah di Buleleng, dipindahkan ke Kabupaten Buleleng untuk sementara waktu.

Hal itu akan memudahkan proses pencairan dana BOS, agar siswa bisa mengikuti UAS dan tetap memiliki nilai rapor pada semester ganjil tahun ini.

“Pindahnya juga nggak lama-lama. Kalau kondisi Gunung Agung sudah normal, ya kembali lagi ke sekolah asalnya. Bukan pindah seterusnya,” tandas Suyasa.

Asal tahu saja, jumlah siswa pengungsi di Kabupaten Buleleng, tercatat ada 2.600 orang siswa yang tersebar di 200 sekolah di Kabupaten Buleleng.

Sekolah yang paling banyak menampung siswa pengungsi yakni SDN 2 Tembok dengan 218 orang siswa, SDN 1 Tembok dengan 197 orang siswa, serta SMPN 2 Tejakula dengan 454 orang.

RadarBali.com – Ratusan orang siswa pengungsi asal Karangasem, terancam tak bisa mengikuti Ulangan Akhir Semester (UAS).

Gara-garanya sampai kini tak ada kejelasan mengenai mekanisme pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Sementara pelaksanaan UAS, biasanya menggunakan dana BOS. Hingga kini belum ada solusi menyikapi masalah itu. Padahal sebulan lagi mereka sudah harus menghadapi UAS.

Di Kabupaten Buleleng, tercatat ada 2.600 orang siswa pengungsi yang tersebar di 200 sekolah, baik itu tingkat SD maupun SMP.

Selama ini para siswa itu belajar dengan status siswa titipan. Meski Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Karangasem telah membuka sekolah sore di Kabupaten Buleleng, tak ada jaminan siswa-siswa di sana bisa mengikuti UAS bulan depan.

Disdikpora Buleleng sendiri telah menyampaikan masalah itu kepada Dinas Pendidikan Bali dalam rapat yang dilangsungkan Senin (16/10) lalu.

Sayangnya belum ada jawaban yang bisa diberikan untuk mengatasi masalah tersebut. Kepala Disdikpora Buleleng, Gede Suyasa mengatakan sudah menjalin koordinasi dengan Disdikpora Karangasem.

Dari hasil koordinasi, Disdikpora Karangasem akan membuka tiga sekolah sore di Kabupaten Buleleng.

Dua sekolah dasar akan dibuka di SDN 1 Tembok dan SDN 2 Tembok, sementara satu lagi adalah SMP yang dibuka di SMPN 2 Tejakula.

Konon pihak Disdikpora Karangasem akan mendatangkan siswa, guru, hingga kepala sekolah di ketiga sekolah itu.

“Hanya saja, dari pihak kami masih ada beberapa persoalan yang akan tersisa. Siswa yang masuk di sana, tidak murni berasal dari satu sekolah yang sama. Ini yang akan jadi kendala di lapangan.

Tapi kewenangan itu ya diatur Disdikpora Karangasem itu sendiri. Kami hanya membantu fasilitas,” kata Suyasa, saat ditemui di Lobi Atiti Wisma Kantor Bupati Buleleng kemarin.

Selain itu, pada November nanti siswa sudah harus mengikuti UAS. Saat UAS, maka siswa akan membutuhkan biaya operasional.

Mulai dari penyediaan soal, penyediaan lembar jawaban, pengawasan, hingga beberapa hal lain.

Apabila Disdikpora Karangasem benar-benar bisa memindahkan siswa satu sekolah ke Buleleng, maka hal itu tidak akan jadi masalah.

Faktanya, sekolah sore yang dibentuk Karangasem, tetap menerima siswa dari berbagai sekolah. Misalnya saja SDN 2 Dukuh yang kini numpang di SDN 1 Tembok.

Sekolah itu menampung 197 orang siswa pengungsi yang berasal dari 19 SD berbeda. Siswa asli dari SDN 2 Dukuh, hanya 40 orang siswa saja.

“Faktanya di lapangan, siswanya tersebar dalam jumlahnya sedikit-sedikit. Ini tersebar di 200 sekolah di Buleleng.

Seperti apa solusinya? Ini yang kemarin belum berani diputuskan. Masih akan dibahas lagi di Posko Pengungsi Tanah Ampo,” jelas Suyasa.

Untuk solusi jangka pendek, Suyasa menawarkan agar siswa-siswa yang kini bersekolah di Buleleng, dipindahkan ke Kabupaten Buleleng untuk sementara waktu.

Hal itu akan memudahkan proses pencairan dana BOS, agar siswa bisa mengikuti UAS dan tetap memiliki nilai rapor pada semester ganjil tahun ini.

“Pindahnya juga nggak lama-lama. Kalau kondisi Gunung Agung sudah normal, ya kembali lagi ke sekolah asalnya. Bukan pindah seterusnya,” tandas Suyasa.

Asal tahu saja, jumlah siswa pengungsi di Kabupaten Buleleng, tercatat ada 2.600 orang siswa yang tersebar di 200 sekolah di Kabupaten Buleleng.

Sekolah yang paling banyak menampung siswa pengungsi yakni SDN 2 Tembok dengan 218 orang siswa, SDN 1 Tembok dengan 197 orang siswa, serta SMPN 2 Tejakula dengan 454 orang.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/