29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:52 AM WIB

Manfaatkan Nuklir, Batan Sukses Persingkat Masa Panen Padi Beras Merah

TABANAN – Beras merah menjadi unggulan petani Tabanan. Nah, keunggulan beras merah ini, rupanya, menarik perhatian Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan)

yang secara khusus mengadakan penelitian tentang tanaman padi yang banyak ditanam petani Jatiluwih, Tabanan, ini.

Sebagai catatan, padi beras merah Jatiluwih hanya bisa tumbuh di dataran tinggi. Masa tanamnya kurang lebih 6 bulan dengan ketinggian mencapai 2 meter.

Namun, kini padi beras meras dapat tumbuh di dataran rendah dengan usia tanam 120 hari atau 3 bulan lebih singkat.

Ketinggian tumbuh tanaman 1 meter atau setengah dari varietas asli yang mencapai 2 meter. Singkatnya masa tanam berkat hasil penelitian Batan.

Hasil penelitian ini terungkap setelah Batan melakukan panen perdana beras merah seluas 20 are di dataran rendah di Subak Pegedangan, Desa Pangkung Tibah, kemarin.

Peneliti Batanbidang Pemuliaan Tanaman Ita Dwi Mahayani mengatakan, penelitian dan pengembangan padi beras merah dilakukan sejak 8 tahun lalu dengan teknolgi tenaga nuklir.

Penelitian ini menggunakan teknik pemuliaan pemurnian adaptasi tanaman dengan teknik mutasi radiasi.

“Hasilnya sangat mengejutnya. Padi beras merah dengan uji coba teknik tenaga nuklir yang diberikan radiasi sinar gamma, dapat dipanen lebih cepat selama tiga bulan.

Tahan terhadap hama dan kualitas beras yang dihasilkan hampir sama dengan padi beras beras yang usia tanamanya selama 6 bulan,” terangnya.

Ita menjelaskan, secara singkat prosesnya yakni menggunakan teknologi nuklir. Benih padi beras merah disinari dengan radiasi gamma Cobalt-60 dengan dosis 0,20 kilogray (satuan radiasi yang aman untuk bahan makanan).

Radiasi ini mampu menembus biji tanaman sampai ke lapisan kromoson. Bahkan struktur kromosom pada biji tanaman.

Perubahan struktur tanaman, karena radiasi dapat berakibat pada perubahan sifat tanaman dan keturunannya.

Memperbaiki sifat tanaman agar mendapatkan biji tanaman dengan keunggulan varietas tertentu. Misalnya tahan hama, tahan kekeringan, dan cepat panen. Kemudian unggul dalam kualitas beras yang dihasilkan.  

“Padi beras merah yang diradiasi bersifat aman sepenuhnya, tidak ada unsur radioaktif yang tertinggal. Beras yang dihasilkan dapat dikonsumi,” jelasnya.

Dituturkan Ita, Batan Nasional saat ini juga akan melakukan uji coba penelitian padi beras merah dengan menanam pada tingkat ketinggian sedang.

Sehingga nantinya padi beras merah dapat ditanam pada topografi daerah apapun. Baik tinggi, sedang dan rendah.

“Untuk padi beras merah di tanam di dataran rendah ini baru kami teliti. Rencana kami juga akan uji coba di daerah lainnya di Bali,” tandasnya.

Sementara itu ketua kelompok petani Subak Pegedangan, Desa Pangkung Tibah Made Rasa menyambut baik penelitian padi beras merah yang dilakukan oleh Batan Nasional.

“Kami tahu padi beras merah hanya dapat tumbuh di dataran tinggi yakni daerah Jatiluwih. Tetapi kini setelah dilakukan penelitian ternyata juga dapat tumbuh di dataran rendah.

Kualitas padi beras merah sama dengan di Jatiluwih. Bahkan, ini padi beras merah asli berbulu,” ungkapnya.

Panen padi beras beras hampir sama dengan padi konvensional pada umumnya selama 120 hari. Ini sudah ketiga kali uji coba pemurnian padi beras beras merah dengan jenis barak cendana.

“Setelah melihat hasil dari padi beras merah saat ini. Kami berencana melakukan perluasan penanaman sekitar 3 hektar untuk padi beras merah di desa Pangkung Tibah.

Menarik dari tanaman ini tak pengaruh meski pasokan air menurun saat musim kemarau,” tandasnya.

TABANAN – Beras merah menjadi unggulan petani Tabanan. Nah, keunggulan beras merah ini, rupanya, menarik perhatian Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan)

yang secara khusus mengadakan penelitian tentang tanaman padi yang banyak ditanam petani Jatiluwih, Tabanan, ini.

Sebagai catatan, padi beras merah Jatiluwih hanya bisa tumbuh di dataran tinggi. Masa tanamnya kurang lebih 6 bulan dengan ketinggian mencapai 2 meter.

Namun, kini padi beras meras dapat tumbuh di dataran rendah dengan usia tanam 120 hari atau 3 bulan lebih singkat.

Ketinggian tumbuh tanaman 1 meter atau setengah dari varietas asli yang mencapai 2 meter. Singkatnya masa tanam berkat hasil penelitian Batan.

Hasil penelitian ini terungkap setelah Batan melakukan panen perdana beras merah seluas 20 are di dataran rendah di Subak Pegedangan, Desa Pangkung Tibah, kemarin.

Peneliti Batanbidang Pemuliaan Tanaman Ita Dwi Mahayani mengatakan, penelitian dan pengembangan padi beras merah dilakukan sejak 8 tahun lalu dengan teknolgi tenaga nuklir.

Penelitian ini menggunakan teknik pemuliaan pemurnian adaptasi tanaman dengan teknik mutasi radiasi.

“Hasilnya sangat mengejutnya. Padi beras merah dengan uji coba teknik tenaga nuklir yang diberikan radiasi sinar gamma, dapat dipanen lebih cepat selama tiga bulan.

Tahan terhadap hama dan kualitas beras yang dihasilkan hampir sama dengan padi beras beras yang usia tanamanya selama 6 bulan,” terangnya.

Ita menjelaskan, secara singkat prosesnya yakni menggunakan teknologi nuklir. Benih padi beras merah disinari dengan radiasi gamma Cobalt-60 dengan dosis 0,20 kilogray (satuan radiasi yang aman untuk bahan makanan).

Radiasi ini mampu menembus biji tanaman sampai ke lapisan kromoson. Bahkan struktur kromosom pada biji tanaman.

Perubahan struktur tanaman, karena radiasi dapat berakibat pada perubahan sifat tanaman dan keturunannya.

Memperbaiki sifat tanaman agar mendapatkan biji tanaman dengan keunggulan varietas tertentu. Misalnya tahan hama, tahan kekeringan, dan cepat panen. Kemudian unggul dalam kualitas beras yang dihasilkan.  

“Padi beras merah yang diradiasi bersifat aman sepenuhnya, tidak ada unsur radioaktif yang tertinggal. Beras yang dihasilkan dapat dikonsumi,” jelasnya.

Dituturkan Ita, Batan Nasional saat ini juga akan melakukan uji coba penelitian padi beras merah dengan menanam pada tingkat ketinggian sedang.

Sehingga nantinya padi beras merah dapat ditanam pada topografi daerah apapun. Baik tinggi, sedang dan rendah.

“Untuk padi beras merah di tanam di dataran rendah ini baru kami teliti. Rencana kami juga akan uji coba di daerah lainnya di Bali,” tandasnya.

Sementara itu ketua kelompok petani Subak Pegedangan, Desa Pangkung Tibah Made Rasa menyambut baik penelitian padi beras merah yang dilakukan oleh Batan Nasional.

“Kami tahu padi beras merah hanya dapat tumbuh di dataran tinggi yakni daerah Jatiluwih. Tetapi kini setelah dilakukan penelitian ternyata juga dapat tumbuh di dataran rendah.

Kualitas padi beras merah sama dengan di Jatiluwih. Bahkan, ini padi beras merah asli berbulu,” ungkapnya.

Panen padi beras beras hampir sama dengan padi konvensional pada umumnya selama 120 hari. Ini sudah ketiga kali uji coba pemurnian padi beras beras merah dengan jenis barak cendana.

“Setelah melihat hasil dari padi beras merah saat ini. Kami berencana melakukan perluasan penanaman sekitar 3 hektar untuk padi beras merah di desa Pangkung Tibah.

Menarik dari tanaman ini tak pengaruh meski pasokan air menurun saat musim kemarau,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/