GIANYAR – Bade Padma Negara setinggi 24 meter dengan berat 15 ton mengantarkan jasad panglingsir (tetua) Puri Ageng Blahbatuh, Ida I Gusti Ngurah Djelantik XXIV, pada Selasa (18/12) pukul 12.55.
Penggunaan bade setinggi itu mirip seperti palebon raja Blahbatuh terakhir puluhan tahun silam.
Menurut putra mendiang, Anak Agung Ngurah Kakarsana, palebon ini merupakan penghormatan terkahir terhadap panglingsir dan menjadi tradisi.
“Berkat doa restu semuanya palebon ini berjalan lancar,” ujar Kakarsana.
Dijelaskan Kakarsana, bade yang digunakan ini menyerupai saat palebon raja terakhir Puri Ageng Blahbatuh, Ida I Gusti Ngurah Rai, pada 1962 silam. “Palebon terakhir menggunakan naga banda,” jelasnya.
Bade yang dikerjakan para undagi (tukang) dari Blahbatuh selama kurang lebih 3 minggu ini juga sama persis berisi 9 gunung.
Terdiri dari ornamen kura-kura; naga; gajah; garuda; macan; angsa dan ornamen lainnya.
Kali ini yang membedakan, palebon Ida I Gusti Ngurah Djelantik tidak menggunakan naga banda seperti tradisi saat palebon para raja di Bali, melainkan pada prosesi pelebon hanya diiringi lembu putih dan bade padmanegara saja.
Guna menyukseskan palebon, ada beberapa banjar dan desa pakraman yang terlibat.
“Bade ini diusung oleh 13 banjar di desa adat Blahbatuh. Yang lain dari desa adat Blangsinga; Getas; semeton Bona dan Angantaka. Diperkirakan ada 3000 warga,” tukasnya.
Prosesi pelebon sendiri mengundang daya tarik sendiri bagi masyarakat.
Bahkan dengan digelarnya prosesi pelebon, jalan menuju Puri Blahbatuh, di pertigaan Tojan, Desa Belega, dan jalan Dharmagiri Gianyar ke Blahbatuh ditutup total oleh polisi bersama Dinas Perhubungan Gianyar.
,