TEJAKULA – Pemerintah Desa Bondalem menargetkan pemulihan habitat bawah laut di wilayah setempat.
Pemulihan habitat bawah laut itu diharapkan memberi dampak positif bagi masyarakat. Dampak itu diharapkan dirasakan oleh kelompok nelayan, serta masyarakat umum dalam jangka panjang.
Desa Bondalem merupakan salah satu desa dari total 6 desa di Kabupaten Buleleng, yang terlibat dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional Indonesia Coral Reef Garden (PEN-ICRG).
Total ada 365 orang warga Bondalem yang dilibatkan dalam program itu. Perbekel Bondalem Gede Ngurah Sadu Adnyana mengatakan, tak kurang dari 300 struktur terumbu karang yang telah dibuat.
Mulai dari fish dome, roti buaya, hingga deretan patung fragmen yang menceritakan kisah kelam di Desa Bondalem.
Fragmen itu menceritakan warga yang menemukan ranjau laut pada tahun 1946 silam. “Waktu itu warga di Bondalem ini menemukan ranjau laut.
Karena dikira mainan, akhirnya ditarik ke pantai. Nah dalam proses menarik itu, ternyata meledak. Sampai merusak habitat laut yang cukup parah,” kata Sadu.
Menurutnya, struktur terumbu karang itu ditenggelamkan di 4 titik. Yakni di Pantai Pura Alit, Pantai Lawan, Pantai Sasahan, dan Pantai Pura Bingin.
Struktur ditenggelamkan pada kedalaman 5-10 meter, dengan jarak 100-200 meter dari bibir pantai.
Lebih lanjut Sadu mengatakan, pada dekade 1980-an hingga 1990-an kondisi habitat laut di Desa Bondalem memang mengalami kerusakan.
Hal itu dipicu insiden yang terjadi pada tahun 1946 serta proses penangkapan yang tak ramah lingkungan.
Sejak 2008 akhirnya desa bersama masyarakat, berusaha memulihkan habitat laut secara bertahap.
“Sekarang ada program ICRG ini, tentu proses pemulihan ini akan berjalan lebih cepat lagi. Kami juga secara simultan menyiapkan beberapa program untuk mendukung proses pemulihan dan konservasi habitat bawah laut ini,” katanya.
Program yang ia maksud ialah pelatihan menyelam bagi para pemuda di desa. Program itu sudah digulirkan sejak 2018 lalu.
Hingga kini, sebanyak 33 orang sudah terlibat dalam proses itu. Mereka diharapkan dapat membantu proses pemantauan dan konservasi terumbu karang.
Dalam jangka panjang, mereka diharapkan dapat menjadi dive master yang menjadi pemandu bagi wisatawan yang ingin menyelam.
Kini setelah konservasi bawah laut dilakukan, Sadu menyebut masyarakat mulai merasakan dampak yang positif.
Para nelayan tak perlu pergi terlalu jauh ke tengah laut. Cukup melemparkan kail dari pinggir pantai, mereka sudah bisa mendapatkan ikan.
“Kami selalu dorong agar penangkapan dilakukan dengan metode ramah lingkungan. Selama ini kawasan pantai sudah diawasi oleh
rekan-rekan dari Pecalang Segara dan Pokmaswas Bahari Prawara. Mudah-mudahan ini juga akan beri dampak positif bagi pariwisata kami di Bondalem setelah pandemi nanti,” harap Sadu.