26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:01 AM WIB

Terjadi 27 Bencana di Kabupaten Badung

MANGUPURA-Bencana alam terjadi di Kabupaten Badung. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), ada 27 bencana.

 

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Badung I Ketut Murdika menjelaskan, bencana alam terjadi sejak awal pergantian tahun. Kebanyakan bencana yang terjadi adalah pohon tumbang.

 

“Berdasarkan catatan kami sebanyak 12 pohon tumbang, tanah longsor sebanyak 2 kejadian, senderan jebol sebanyak 3 kejadian, banjir di 5 lokasi, tembok roboh 2, senderan jebol 2, dan ada satu pelinggih roboh,” terang Murdika saat dikonfirmasi Rabu (19/1).

 

Kata dia, dari keseluruhan bencana yang terjadi akibat cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Badung.

 

Sementara untuk waktu kejadian kebanyakan terjadi pada pagi hingga sore hari. “Kalau dilihat kejadian ini terjadi akibat hujan deras dan angin kencang,” ujarnya.

 

Untuk bencana terparah, terjadi di Desa Sibang Gede, Abiansemal. Pihaknya telah berkoordinasi dengan bidang Rehab dan Rekonstruksi agar cepat meneruskan kepada OPD terkait.

 

“Kemarin malam terjadi senderan jebol di Jalan Sibang-Angantaka, Subak Saradan Munduk Antap. Kejadian ini perlu penanganan cepat karena di sana ada aliran subak yang dapat terganggu.

 

Kepala Pelaksana BPBD Badung I Wayan Darma menerangkan, bencana yang terjadi di kabupaten badung khusus untuk tanah longsor dominan terjadi di kecamatan Petang. Terutama pada Desa Sulangai.

 

“Kalau berbicara longsor, yang sangat berpotensi terjadi di puncak Tedung di Desa Sulangai, karena di bawah puncak tersebut sudah berubah menjadi hunian. Sehingga kontur tanah berubah yang menyebabkan potensi bencana luar biasa,” terang mantan Camat Petang ini.

 

Menurutnya, untuk antisipasi dan kesiapsiagaan terjadinya bencana perlu dilakukan langkah penghijauan. Pasalnya, banyak fungsi dari lingkungan yang telah berubah, baik beralih menjadi lahan pertanian maupun menjadi hunian. 

 

“Ini yang perlu kami lakukan dengan memberikan kesadaran warga, dengan adanya pengalihan fungsi dari hutan atau tanaman penahan longsor dan daerah resapan air sudah mulai berkurang, bahkan gundul. Sehingga secara bersama harus ada kepedulian, dimana bisa membangun dan yang lainnya,” kata Wayan Darma.

 

Sementara, Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Agus Wahyu Raharjo menerangkan kondisi cuaca secara umum berpotensi hujan ringan hingga sedang di sebagian besar wilayah Bali pada siang-sore hari.

 

Pihaknya mengimbau masyarakat tetap waspada dan berhati-hati. “Tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem seperti banjir, genangan air, tanah longsor, pohon tumbang, angin kencang, dan kilat atau petir, ” pungkasnya. 

 

MANGUPURA-Bencana alam terjadi di Kabupaten Badung. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), ada 27 bencana.

 

Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Badung I Ketut Murdika menjelaskan, bencana alam terjadi sejak awal pergantian tahun. Kebanyakan bencana yang terjadi adalah pohon tumbang.

 

“Berdasarkan catatan kami sebanyak 12 pohon tumbang, tanah longsor sebanyak 2 kejadian, senderan jebol sebanyak 3 kejadian, banjir di 5 lokasi, tembok roboh 2, senderan jebol 2, dan ada satu pelinggih roboh,” terang Murdika saat dikonfirmasi Rabu (19/1).

 

Kata dia, dari keseluruhan bencana yang terjadi akibat cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Badung.

 

Sementara untuk waktu kejadian kebanyakan terjadi pada pagi hingga sore hari. “Kalau dilihat kejadian ini terjadi akibat hujan deras dan angin kencang,” ujarnya.

 

Untuk bencana terparah, terjadi di Desa Sibang Gede, Abiansemal. Pihaknya telah berkoordinasi dengan bidang Rehab dan Rekonstruksi agar cepat meneruskan kepada OPD terkait.

 

“Kemarin malam terjadi senderan jebol di Jalan Sibang-Angantaka, Subak Saradan Munduk Antap. Kejadian ini perlu penanganan cepat karena di sana ada aliran subak yang dapat terganggu.

 

Kepala Pelaksana BPBD Badung I Wayan Darma menerangkan, bencana yang terjadi di kabupaten badung khusus untuk tanah longsor dominan terjadi di kecamatan Petang. Terutama pada Desa Sulangai.

 

“Kalau berbicara longsor, yang sangat berpotensi terjadi di puncak Tedung di Desa Sulangai, karena di bawah puncak tersebut sudah berubah menjadi hunian. Sehingga kontur tanah berubah yang menyebabkan potensi bencana luar biasa,” terang mantan Camat Petang ini.

 

Menurutnya, untuk antisipasi dan kesiapsiagaan terjadinya bencana perlu dilakukan langkah penghijauan. Pasalnya, banyak fungsi dari lingkungan yang telah berubah, baik beralih menjadi lahan pertanian maupun menjadi hunian. 

 

“Ini yang perlu kami lakukan dengan memberikan kesadaran warga, dengan adanya pengalihan fungsi dari hutan atau tanaman penahan longsor dan daerah resapan air sudah mulai berkurang, bahkan gundul. Sehingga secara bersama harus ada kepedulian, dimana bisa membangun dan yang lainnya,” kata Wayan Darma.

 

Sementara, Kepala Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Agus Wahyu Raharjo menerangkan kondisi cuaca secara umum berpotensi hujan ringan hingga sedang di sebagian besar wilayah Bali pada siang-sore hari.

 

Pihaknya mengimbau masyarakat tetap waspada dan berhati-hati. “Tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak bencana yang dapat ditimbulkan dari cuaca ekstrem seperti banjir, genangan air, tanah longsor, pohon tumbang, angin kencang, dan kilat atau petir, ” pungkasnya. 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/