26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 5:38 AM WIB

Snorkeling,Artefak Berusia Ribuan Tahun Ditemukan di Perairan Bondalem

BONDALEM–Tinggalan benda sejarah berumur ribuan tahun ditemukan di perairan Desa Bondalem.

 

Gerabah-gerabah itu ditemukan di perairan dekat Pura Dalem Desa Bondalem.

 

Diduga kuat gerabah itu merupakan peninggalan pada masa sebelum masehi.

 

Total ada enam kepingan gerabah yang ditemukan di perairan tersebut.

 

Kepingan itu berupa fragmen bagian bibir, badan, dan alas.

 

Fragmen itu ditemukan pada kedalaman lima meter di bawah laut.

 

Seluruh fragmen terpencar dalam radius lima meter persegi.

 

Kini fragmen-fragmen itu telah ditumbuhi koral lunak, namun bisa bisa terlihat jelas bahwa itu potongan gerabah.

 

Tim dari Badan Pelestarian Cagar Budaya Bali (BPCB) Bali bersama Dinas Kebudayaan Buleleng, kemarin (19/12) melakukan identifikasi terhadap artefak tersebut.

 

Artefak-artefak itu hanya dipotret saja.

 

Tim dari BPCB tidak mengangkat fragmen itu, mengingat potensi kerusakan sangat tinggi.

 

Artefak-artefak itu ditemukan masyarakat setempat, saat melakukan aktivitas snorkeling.

 

Temuan itu kemudian disampaikan pada pemerintah pada Kamis (13/12) pekan lalu.

 

Staf Teknis Pengamanan dan Penyelamatan BPCB Bali, Wayan Gede Yadnya Tenaya mengatakan, artefak itu diduga kuat berasal dari masa 200-150 tahun sebelum masehi. Pada masa itu, perairan Bali Utara menjadi urat nadi perdagangan. Gerabah itu menjadi salah satu komoditas ekspor pada masa itu.

 

Dugaan itu diperkuat dari pola hias berbentuk roulette yang ditemukan pada gerabah. Selain itu bentuknya juga mirip dengan gerabah arikamedu.

 

Gerabah dengan bentuk serta pola serupa, banyak ditemukan dalam ekskavasi Balai Arkeologi di Desa Sembiran, Julah, termasuk di Desa Bengkala.

 

“Sebenarnya kami masih ada keraguan, apakah ini memang komoditas dari masa itu. Sebab kami hanya bisa melihat saja. Keraguan ini muncul karena di sekitar tempat itu juga lokasi prosesi ngaben. Tapi kalau dilihat dari pola dan bentuk, kemungkinan ini memang tinggalan sejarah,” kata Yadnya.

 

Menurut Yadnya, pihaknya memutuskan tidak mengangkat artefak itu.

 

Sebab artefak sudah menyatu dengan perairan selama berabad-abad. Apabila diangkat, justru potensi kerusakan sangat besar.

 

Artefak bisa rusak atau pecah seketika setelah diangkat ke permukaan.

 

Rencananya BPCB akan mengusulkan perlindungan di kawasan tersebut. Sehingga artefak yang ada di sana bisa tetap dilestarikan. Selain itu artefak sejarah di bawah perairan, bisa menjadi salah satu wisata minat khusus yang menarik para pengunjung.

 

“Kalau diangkat, saya tegaskan jangan. Sebab sudah ratusan tahun terbenam di air. Ketika diangkat, semakin rapuh dia. Lebih baik dilakukan perlindungan kawasan dulu, dibuat zonasi batas-batas ruang di sekitar areal tersebut,” usul Yadnya.

 

Selain itu masyarakat juga harus diedukasi terkait temuan artefak tersebut. Apabila tak diantisipasi, justru berpotensi terjadi kerusakan artefak di sana.

 

“Lebih baik dikelola terbatas untuk kegiatan atraksi diving misalnya. Edukasi masyarakat juga penting, agar mereka paham seberapa penting artefak ini untuk peradaban mereka,” tandasnya.

BONDALEM–Tinggalan benda sejarah berumur ribuan tahun ditemukan di perairan Desa Bondalem.

 

Gerabah-gerabah itu ditemukan di perairan dekat Pura Dalem Desa Bondalem.

 

Diduga kuat gerabah itu merupakan peninggalan pada masa sebelum masehi.

 

Total ada enam kepingan gerabah yang ditemukan di perairan tersebut.

 

Kepingan itu berupa fragmen bagian bibir, badan, dan alas.

 

Fragmen itu ditemukan pada kedalaman lima meter di bawah laut.

 

Seluruh fragmen terpencar dalam radius lima meter persegi.

 

Kini fragmen-fragmen itu telah ditumbuhi koral lunak, namun bisa bisa terlihat jelas bahwa itu potongan gerabah.

 

Tim dari Badan Pelestarian Cagar Budaya Bali (BPCB) Bali bersama Dinas Kebudayaan Buleleng, kemarin (19/12) melakukan identifikasi terhadap artefak tersebut.

 

Artefak-artefak itu hanya dipotret saja.

 

Tim dari BPCB tidak mengangkat fragmen itu, mengingat potensi kerusakan sangat tinggi.

 

Artefak-artefak itu ditemukan masyarakat setempat, saat melakukan aktivitas snorkeling.

 

Temuan itu kemudian disampaikan pada pemerintah pada Kamis (13/12) pekan lalu.

 

Staf Teknis Pengamanan dan Penyelamatan BPCB Bali, Wayan Gede Yadnya Tenaya mengatakan, artefak itu diduga kuat berasal dari masa 200-150 tahun sebelum masehi. Pada masa itu, perairan Bali Utara menjadi urat nadi perdagangan. Gerabah itu menjadi salah satu komoditas ekspor pada masa itu.

 

Dugaan itu diperkuat dari pola hias berbentuk roulette yang ditemukan pada gerabah. Selain itu bentuknya juga mirip dengan gerabah arikamedu.

 

Gerabah dengan bentuk serta pola serupa, banyak ditemukan dalam ekskavasi Balai Arkeologi di Desa Sembiran, Julah, termasuk di Desa Bengkala.

 

“Sebenarnya kami masih ada keraguan, apakah ini memang komoditas dari masa itu. Sebab kami hanya bisa melihat saja. Keraguan ini muncul karena di sekitar tempat itu juga lokasi prosesi ngaben. Tapi kalau dilihat dari pola dan bentuk, kemungkinan ini memang tinggalan sejarah,” kata Yadnya.

 

Menurut Yadnya, pihaknya memutuskan tidak mengangkat artefak itu.

 

Sebab artefak sudah menyatu dengan perairan selama berabad-abad. Apabila diangkat, justru potensi kerusakan sangat besar.

 

Artefak bisa rusak atau pecah seketika setelah diangkat ke permukaan.

 

Rencananya BPCB akan mengusulkan perlindungan di kawasan tersebut. Sehingga artefak yang ada di sana bisa tetap dilestarikan. Selain itu artefak sejarah di bawah perairan, bisa menjadi salah satu wisata minat khusus yang menarik para pengunjung.

 

“Kalau diangkat, saya tegaskan jangan. Sebab sudah ratusan tahun terbenam di air. Ketika diangkat, semakin rapuh dia. Lebih baik dilakukan perlindungan kawasan dulu, dibuat zonasi batas-batas ruang di sekitar areal tersebut,” usul Yadnya.

 

Selain itu masyarakat juga harus diedukasi terkait temuan artefak tersebut. Apabila tak diantisipasi, justru berpotensi terjadi kerusakan artefak di sana.

 

“Lebih baik dikelola terbatas untuk kegiatan atraksi diving misalnya. Edukasi masyarakat juga penting, agar mereka paham seberapa penting artefak ini untuk peradaban mereka,” tandasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/