24 C
Jakarta
13 September 2024, 8:51 AM WIB

Kiprah Sanggar Seni Santhi Budaya di Kancah Internasional

Pentas di Korea Selatan, Rebut Runner Up di Festival Internasional

Sanggar Seni Santhi Budaya melakukan lawatan budaya ke Korea Selatan. Kedatangan mereka bukan hanya memperkenalkan seni budaya di Bali Utara. Mereka juga berhasil meraih prestasi yang membanggakan.

Eka Prasetya, Buleleng

MELAWAT ke luar negeri jadi impian para seniman muda. Terlebih lagi bila melakukan lawatan budaya ke Korea Selatan. Sejumlah seniman muda di Sanggar Seni Santhi Budaya, berhasil melakukan kunjungan ke negara di Asia Timur itu.

Total ada 19 orang seniman yang terlibat dalam kunjungan budaya tersebut. Terdiri dari 13 orang penari, 5 orang penabuh, dan seorang pemimpin rombongan. Mereka berkunjung selama 12 hari, tepatnya pada 19-30 September lalu.

Ketua Sanggar Santhi Budaya I Gusti Ngurah Eka Prasetya mengungkapkan, pihaknya melawat ke Korea Selatan atas undangan Federation International Dance Arts Festival (FIDAF). Mereka diundang pentas pada ajang Cheonan International Dance Festival. Festival itu digelar di Kota Cheonan, sebuah kota di Provinsi Chungcheong Selatan.

Dalam kunjungan itu dirinya menggandeng seniman-seniman muda untuk menambah pengalaman saat tampil pada ajang internasional. Hal itu penting untuk meningkatkan teknik seni dan personal branding. Mereka juga bisa mempelajari pertukaran budaya secara langsung.

“Paling penting kan kita bisa melihat teknik-teknik pementasan dari seniman-seniman di luar negeri. Teknik-teknik yang baik tentu bisa kita adopsi dan modifikasi untuk kebutuhan hiburan dan pementasan,” kata pria yang akrab disapa Gus Eka itu.

Lawatan mereka ke Korea Selatan bukan hanya melakukan pertukaran budaya. Mereka juga mengikuti kompetisi pada ajang Cheonan International Dance Festival. Dalam ajang tersebut, seniman-seniman Santhi Budaya terlibat dalam tiga tahap pementasan. Yakni parade budaya, mereka juga mementaskan garapan berjudul ngeliput serta sebuah pementasan dengan judul bhineda.

Tak disangka dalam ajang tersebut mereka berhasil merebut podium kedua atau silver prize. “Ini tentu tidak disangka. Karena kunjungan kami itu bukan semata-mata mengenalkan budaya, tapi juga mempromosikan seni dan pariwisata yang ada di Buleleng,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Nyoman Wisandika mengatakan, prestasi yang diraih sangat membanggakan. Apalagi Sanggar Santhi Budaya merupakan satu-satunya perwakilan Bali pada ajang tersebut.

Menurut Wisandika ajang-ajang festival yang dimotori oleh FIDAF sangat bergengsi di kalangan seniman. Sebab FIDAF merupakan organisasi nirlaba yang bernaung di bawah The United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) – sebuah organisasi yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait dengan pendidikan, sains, dan budaya.

Keberhasilan Sanggar Santhi Budaya meraih prestasi pada ajang tersebut, juga akan berdampak positif pada Buleleng. Wisandika berharap perwakilan FIDAF melakukan kunjungan ke Buleleng untuk menyaksikan tari-tari tradisional yang ada.

“Tidak menutup kemungkinan sanggar-sanggar lain yang jadi anggota FIDAF juga bisa berkunjung ke Buleleng. Jadi ada pertukaran budaya yang intens kedepannya,” kata Wisandika.

Sekadar diketahui Sanggar Santhi Budaya berdiri pada 2005 silam. Hingg akini ada 384 orang yang terlibat di sanggar tersebut. Ada yang terlibat dalam kelas tari dan gamelan tradisional, ada pula yang aktif pada kelas kontemporer. Sanggar itu diketahui telah menjadi anggota FIDAF sejak tahun 2017 silam. (*)

Sanggar Seni Santhi Budaya melakukan lawatan budaya ke Korea Selatan. Kedatangan mereka bukan hanya memperkenalkan seni budaya di Bali Utara. Mereka juga berhasil meraih prestasi yang membanggakan.

Eka Prasetya, Buleleng

MELAWAT ke luar negeri jadi impian para seniman muda. Terlebih lagi bila melakukan lawatan budaya ke Korea Selatan. Sejumlah seniman muda di Sanggar Seni Santhi Budaya, berhasil melakukan kunjungan ke negara di Asia Timur itu.

Total ada 19 orang seniman yang terlibat dalam kunjungan budaya tersebut. Terdiri dari 13 orang penari, 5 orang penabuh, dan seorang pemimpin rombongan. Mereka berkunjung selama 12 hari, tepatnya pada 19-30 September lalu.

Ketua Sanggar Santhi Budaya I Gusti Ngurah Eka Prasetya mengungkapkan, pihaknya melawat ke Korea Selatan atas undangan Federation International Dance Arts Festival (FIDAF). Mereka diundang pentas pada ajang Cheonan International Dance Festival. Festival itu digelar di Kota Cheonan, sebuah kota di Provinsi Chungcheong Selatan.

Dalam kunjungan itu dirinya menggandeng seniman-seniman muda untuk menambah pengalaman saat tampil pada ajang internasional. Hal itu penting untuk meningkatkan teknik seni dan personal branding. Mereka juga bisa mempelajari pertukaran budaya secara langsung.

“Paling penting kan kita bisa melihat teknik-teknik pementasan dari seniman-seniman di luar negeri. Teknik-teknik yang baik tentu bisa kita adopsi dan modifikasi untuk kebutuhan hiburan dan pementasan,” kata pria yang akrab disapa Gus Eka itu.

Lawatan mereka ke Korea Selatan bukan hanya melakukan pertukaran budaya. Mereka juga mengikuti kompetisi pada ajang Cheonan International Dance Festival. Dalam ajang tersebut, seniman-seniman Santhi Budaya terlibat dalam tiga tahap pementasan. Yakni parade budaya, mereka juga mementaskan garapan berjudul ngeliput serta sebuah pementasan dengan judul bhineda.

Tak disangka dalam ajang tersebut mereka berhasil merebut podium kedua atau silver prize. “Ini tentu tidak disangka. Karena kunjungan kami itu bukan semata-mata mengenalkan budaya, tapi juga mempromosikan seni dan pariwisata yang ada di Buleleng,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Nyoman Wisandika mengatakan, prestasi yang diraih sangat membanggakan. Apalagi Sanggar Santhi Budaya merupakan satu-satunya perwakilan Bali pada ajang tersebut.

Menurut Wisandika ajang-ajang festival yang dimotori oleh FIDAF sangat bergengsi di kalangan seniman. Sebab FIDAF merupakan organisasi nirlaba yang bernaung di bawah The United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) – sebuah organisasi yang dibentuk Perserikatan Bangsa-Bangsa terkait dengan pendidikan, sains, dan budaya.

Keberhasilan Sanggar Santhi Budaya meraih prestasi pada ajang tersebut, juga akan berdampak positif pada Buleleng. Wisandika berharap perwakilan FIDAF melakukan kunjungan ke Buleleng untuk menyaksikan tari-tari tradisional yang ada.

“Tidak menutup kemungkinan sanggar-sanggar lain yang jadi anggota FIDAF juga bisa berkunjung ke Buleleng. Jadi ada pertukaran budaya yang intens kedepannya,” kata Wisandika.

Sekadar diketahui Sanggar Santhi Budaya berdiri pada 2005 silam. Hingg akini ada 384 orang yang terlibat di sanggar tersebut. Ada yang terlibat dalam kelas tari dan gamelan tradisional, ada pula yang aktif pada kelas kontemporer. Sanggar itu diketahui telah menjadi anggota FIDAF sejak tahun 2017 silam. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/