SINGARAJA – Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) periode 2000-2004, I Gede Ardika, wafat pada usia 76 tahun.
Keluarga besar mengenang mendiang sebagai sosok yang sangat ramah dan rendah hati. Kemarin, Jawa Pos Radar Bali berkesempatan bertandang ke rumah besar almarhum.
Setiba di rumah di tepi Jalan Raya Desa Sangsit – Sudaji, deretan rumah klasik bergaya khas tahun 1970-an terlihat begitu mencolok.
Rumah-rumah itu terletak di Banjar Dinas Bantas, hanya beberapa ratus meter arah selatan dari perbatasan antara Desa Sudaji dengan Desa Suwug.
Deretan rumah itu merupakan milik keluarga besar I Gede Ardika, mantan Menbudpar pada era presiden Abudrrachman Wahid dan presiden Megawati Soekarno Putri.
Salah satu rumah yang bergaya lebih modern, dengan tembok berwarna krem, merupakan milik Ardika. Tiap kali pulang ke Bali, Ardika selalu menyempatkan menengok rumah itu.
Rumah itu kini hanya dihuni oleh Luh Rety, 85. Ia merupakan salah seorang kerabat Ardika. Sore itu hanya terlihat sekeranjang banten yang diletakkan di atas meja. Banten itu merupakan sarana upakara yang akan dihaturkan dalam prosesi nunas tirta pada pemangku di Desa Adat Sudaji.
“Memang suasananya sepi. Tadi pagi setelah ada kabar Gede Menteri (panggilan Made Rety pada Gede Ardika) meninggal, ada banyak yang kesini. Persiapan buat banten. Sekarang semua sedang persiapan upacara,” kata Rety saat ditemui Jawa Pos Radar Bali.
Rety mengaku menerima informasi kabar Gede Ardika wafat sekitar pukul 08.30 pagi. Ia mengaku saat itu sempat kebingungan, karena tak tahu apa yang harus diperbuat.
Sedangkan saat itu ia sedang sendiri di rumah yang cukup luas. Ia mengaku tak menerima firasat apapun jelang kepergian Gede Ardika.