29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:50 AM WIB

Tuding Aksi Tolak PLTU Batubara Ditunggangi, PMPL Tantang Kompak

SINGARAJA – Lembaga Swadaya Masyarakat Komunitas Masyarakat Untuk Penegakan Hukum dan Keadilan (LSM Kompak)

menuding aksi penolakan pembangunan PLTU batu bara di Desa Celukan Bawang, ditunggangi kepentingan pribadi.

LSM itu mengklaim telah turun ke Desa Celukan Bawang bertemu masyarakat. Konon masyarakat malah menyampaikan dukungan pembangunan.

“Warga di sana, dari sebelumnya sampai sekarang, mendukung. Menurut kami, ini murni ada kepentingan pribadi yang menunggangi masyarakat,” kata Ketua LSM Kompak Ketut Ocha Wardana kemarin.

Tudingan itu langsung direspons Ketua Paguyuban Masyarakat Peduli Lingkungan (PMPL) Buleleng, Ketut Mangku Wijana.

 Pria yang akrab disapa Kwi itu menyatakan penolakan itu dilakukan murni sebagai bentuk kepedulian pada alam dan masyarakat.

Selain itu, ia juga merasakan langsung dampak negatif dari keberadaan PLTU batu bara yang sudah berdiri kini.

Saking geramnya, ia menantang LSM Kompak bertemu di sekitar PLTU Celukan Bawang dan bersama-sama mengecek lokasi yang terdampak.

Sehingga pihak LSM bisa mengetahui dan melihat langsung kerusakan lingkungan yang ada.

“Ayo sama-sama turun. Biar mereka lihat bagaimana kondisi pohon-pohon kelapa yang ada di sekitar PLTU saat ini. Sudah banyak yang mati. Kami juga punya foto-fotonya. Bukti sudah cukup kuat,” tegas Kwi.

Kwi juga menyatakan saat aksi dilangsungkan pada Selasa lalu, banyak masyarakat yang berpartisipasi.

Buktinya banyak warga yang menumpang perahu nelayan, langsung mendatangi kapal Rainbow Warrior dan memberikan dukungan.

Warga juga membawa bendera kuning tanda penolakan terhadap PLTU batu bara. Meski mendapat tudingan yang kurang menyenangkan, Kwi menegaskan akan tetap memperjuangkan penolakan.

Ia menegaskan keinginan PMPL Buleleng yang ingin mengubah sumber daya di pembangkit listrik, dari semula batu bara menjadi energi lain yang terbarukan.

“Kami tetap akan memperjuangkan agar batu bara diganti dengan energi terbarukan.  Jika tidak diganti, kerugian akan semakin membesar. Lingkungan akan semakin rusak.

Sekali lagi saya tegaskan, kami bukan menolak pembangkit listriknya, namun kami menolak penggunaan batu baranya,” tegas Mangku. 

SINGARAJA – Lembaga Swadaya Masyarakat Komunitas Masyarakat Untuk Penegakan Hukum dan Keadilan (LSM Kompak)

menuding aksi penolakan pembangunan PLTU batu bara di Desa Celukan Bawang, ditunggangi kepentingan pribadi.

LSM itu mengklaim telah turun ke Desa Celukan Bawang bertemu masyarakat. Konon masyarakat malah menyampaikan dukungan pembangunan.

“Warga di sana, dari sebelumnya sampai sekarang, mendukung. Menurut kami, ini murni ada kepentingan pribadi yang menunggangi masyarakat,” kata Ketua LSM Kompak Ketut Ocha Wardana kemarin.

Tudingan itu langsung direspons Ketua Paguyuban Masyarakat Peduli Lingkungan (PMPL) Buleleng, Ketut Mangku Wijana.

 Pria yang akrab disapa Kwi itu menyatakan penolakan itu dilakukan murni sebagai bentuk kepedulian pada alam dan masyarakat.

Selain itu, ia juga merasakan langsung dampak negatif dari keberadaan PLTU batu bara yang sudah berdiri kini.

Saking geramnya, ia menantang LSM Kompak bertemu di sekitar PLTU Celukan Bawang dan bersama-sama mengecek lokasi yang terdampak.

Sehingga pihak LSM bisa mengetahui dan melihat langsung kerusakan lingkungan yang ada.

“Ayo sama-sama turun. Biar mereka lihat bagaimana kondisi pohon-pohon kelapa yang ada di sekitar PLTU saat ini. Sudah banyak yang mati. Kami juga punya foto-fotonya. Bukti sudah cukup kuat,” tegas Kwi.

Kwi juga menyatakan saat aksi dilangsungkan pada Selasa lalu, banyak masyarakat yang berpartisipasi.

Buktinya banyak warga yang menumpang perahu nelayan, langsung mendatangi kapal Rainbow Warrior dan memberikan dukungan.

Warga juga membawa bendera kuning tanda penolakan terhadap PLTU batu bara. Meski mendapat tudingan yang kurang menyenangkan, Kwi menegaskan akan tetap memperjuangkan penolakan.

Ia menegaskan keinginan PMPL Buleleng yang ingin mengubah sumber daya di pembangkit listrik, dari semula batu bara menjadi energi lain yang terbarukan.

“Kami tetap akan memperjuangkan agar batu bara diganti dengan energi terbarukan.  Jika tidak diganti, kerugian akan semakin membesar. Lingkungan akan semakin rusak.

Sekali lagi saya tegaskan, kami bukan menolak pembangkit listriknya, namun kami menolak penggunaan batu baranya,” tegas Mangku. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/