32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:58 PM WIB

Pagerwesi, Krama Ziarah ke Pekuburan Bawa Banten Punjung dan Penek

KENDRAN – Hari raya Pagerwesi dirayakan dengan meriah di Kabupaten Buleleng. Ribuan krama di sejumlah desa adat, melakukan ziarah ke areal pekuburan.

Ada yang membawa banten punjung, ada pula yang membawa banten penek. Kebiasaan berziarah itu juga disebut tradisi memunjung.

Biasanya krama akan berziarah ke pekuburan, setelah menuntaskan persembahyangan di pura-pura. Baik itu di sanggah, pura dadia, maupun di pura sad kahyangan.

Selanjutnya krama bersama keluarga besar akan mendatangi setra untuk membersihkan pusara kerabat yang telah meninggal, sekaligus menghaturkan banten punjung atau banten penek di pusara.

Biasanya banten punjung akan dihaturkan di pusara, apabila keluarga yang telah meninggal belum melalui upacara pengabenan.

Sementara banten penek dihaturkan bila telah melalui prosesi pengabenan. Seperti yang terlihat di Setra Desa Pakraman Buleleng.

Ribuan krama mendatangi areal setra, setelah melangsungkan persembahyangan di Pura Dalem Buleleng.

Selanjutnya di pusara kerabat, mereka menghaturkan banten dan menyantep lungsuran banten.

Bahkan tak sedikit yang sengaja membawa bekal dari rumah untuk makan bersama di areal setra, layaknya piknik keluarga.

Salah satu krama yang menghaturkan banten punjung adalah Made Suandika. Krama Banjar Adat Pakraman Paketan itu, rutin mendatangi pusara kerabatnya setiap hari raya Pagerwesi.

“Pokoknya setiap hari raya, selalu mengusahakan datang dan menghaturkan banten punjung, karena keluarga belum di-aben. Terutama sekali waktu Pagerwesi, sama keluarga besar pasti datang kesini,” kata Suandika.

Hal serupa juga terlihat di Taman Makam Pahlawan Curastana, pagi kemarin. Sejumlah krama yang memiliki kerabat pejuang, dan pusaranya ada di Curastana, juga menghaturkan banten.

Bedanya banten yang dihaturkan adalah banten penek. Salah satunya adalah Ketut Suarni. Ia adalah keluarga pejuang revolusi I Made Dana, yang berasal dari Kelurahan Sukasada.

Konon I Made Dana tewas ditembak tentara Belanda saat memegang bambu runcing. Ketika itu, Dana terlibat dalam perang mempertahankan kemerdekaan.

“Karena almarhum sudah di­-aben, jadinya banten penek saja. Setiap Pagerwesi dan Galungan pasti kesini, menghaturkan banten.

Kalau 17 Agustus, ziarah tabur bunga. Kalau tidak kesini, rasanya ada saja yang kurang. Anak-anak juga sering mengingatkan biar ke makam,” kata Suarni.

KENDRAN – Hari raya Pagerwesi dirayakan dengan meriah di Kabupaten Buleleng. Ribuan krama di sejumlah desa adat, melakukan ziarah ke areal pekuburan.

Ada yang membawa banten punjung, ada pula yang membawa banten penek. Kebiasaan berziarah itu juga disebut tradisi memunjung.

Biasanya krama akan berziarah ke pekuburan, setelah menuntaskan persembahyangan di pura-pura. Baik itu di sanggah, pura dadia, maupun di pura sad kahyangan.

Selanjutnya krama bersama keluarga besar akan mendatangi setra untuk membersihkan pusara kerabat yang telah meninggal, sekaligus menghaturkan banten punjung atau banten penek di pusara.

Biasanya banten punjung akan dihaturkan di pusara, apabila keluarga yang telah meninggal belum melalui upacara pengabenan.

Sementara banten penek dihaturkan bila telah melalui prosesi pengabenan. Seperti yang terlihat di Setra Desa Pakraman Buleleng.

Ribuan krama mendatangi areal setra, setelah melangsungkan persembahyangan di Pura Dalem Buleleng.

Selanjutnya di pusara kerabat, mereka menghaturkan banten dan menyantep lungsuran banten.

Bahkan tak sedikit yang sengaja membawa bekal dari rumah untuk makan bersama di areal setra, layaknya piknik keluarga.

Salah satu krama yang menghaturkan banten punjung adalah Made Suandika. Krama Banjar Adat Pakraman Paketan itu, rutin mendatangi pusara kerabatnya setiap hari raya Pagerwesi.

“Pokoknya setiap hari raya, selalu mengusahakan datang dan menghaturkan banten punjung, karena keluarga belum di-aben. Terutama sekali waktu Pagerwesi, sama keluarga besar pasti datang kesini,” kata Suandika.

Hal serupa juga terlihat di Taman Makam Pahlawan Curastana, pagi kemarin. Sejumlah krama yang memiliki kerabat pejuang, dan pusaranya ada di Curastana, juga menghaturkan banten.

Bedanya banten yang dihaturkan adalah banten penek. Salah satunya adalah Ketut Suarni. Ia adalah keluarga pejuang revolusi I Made Dana, yang berasal dari Kelurahan Sukasada.

Konon I Made Dana tewas ditembak tentara Belanda saat memegang bambu runcing. Ketika itu, Dana terlibat dalam perang mempertahankan kemerdekaan.

“Karena almarhum sudah di­-aben, jadinya banten penek saja. Setiap Pagerwesi dan Galungan pasti kesini, menghaturkan banten.

Kalau 17 Agustus, ziarah tabur bunga. Kalau tidak kesini, rasanya ada saja yang kurang. Anak-anak juga sering mengingatkan biar ke makam,” kata Suarni.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/