28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:59 AM WIB

TOLONG! Sarana Kurang Memadai, Pengungsi Mulai Idap Saluran Pernapasan

RadarBali.com – Wilayah yang masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3 erupsi Gunung Agung, kini mulai dikosongkan.

Ribuan warga mulai masuk ke kantong-kantong pengungsian yang telah disiapkan. Belum semua warga bersedia mengungsi. Kebanyakan masih bertahan di pemukiman karena merisaukan ternak.

Gelombang pengungsi mulai berdatangan pagi kemarin. Warga dari Desa Ban dan Desa Dukuh di Kecamatan Kubu, mulai berdatangan ke Buleleng sejak pukul 10.00 pagi.

Mereka menumpang truk dan membawa barang seadanya, seperti kasur, pakaian, serta kompor gas. Ada pula yang datang ke pengungsian dengan mengendarai motor pribadi.

Warga dari Desa Dukuh, kini ditampung di wilayah Desa Tembok, Kecamatan Tejakula. Mereka ditempatkan di balai dusun serta gedung-gedung lain yang memungkinkan menampung pengungsi.

Diprediksi ada 4.015 warga Desa Dukuh yang akan mengungsi. Khusus warga dari Desa Ban, sementara ditampung di Desa Sambirenteng serta Desa Les, Kecamatan Tejakula.

Desa Ban memiliki penduduk paling banyak, mencapai 13.726 jiwa dari 15 dusun. Untuk sementara baru warga enam dusun saja yang mengungsi. Selebihnya akan dievakuasi bertahap.

Hingga pukul 17.00 sore kemarin, tercatat ada 732 orang warga yang mengungsi. Di Desa Tembok, ada 179 orang warga dari Desa Dukuh yang mengungsi.

Di Desa Sambirenteng ada 18 orang warga Desa Ban yang mengungsi. Sedangkan di Desa Les, ada 535 orang warga Desa Ban yang mengungsi.

Kondisi pengungsian di Desa Tembok dan Desa Kubu relatif memadai. Warga menempati balai desa dan balai dusun. Di Desa Les, warga berdesak-desakan di tenda pengungsian.

Debu cukup tebal dan riskan menyebabkan penduduk mengalami infeksi saluran pernafasan. Selain itu fasilitas MCK di tenda pengungsian, belum memadai.

Salah seorang pengungsi, Komang Wita, 35, mengaku masuk ke pengungsian mengikuti instruksi dari aparat desa. Warga Banjar Dinas Bunga, Desa Ban ini, memboyong empat orang anaknya.

Masing-masing Luh Ratih, 16; Kadek Miluasih, 14; Ketut Ari Kencana, 6; dan Gede Bayu KW, 4. Sementara suaminya, Nyoman Wisi, 40, masih bertahan di desa.

Wita menyebutkan suaminya bertahan di desa untuk menjaga ternak. Ada sepuluh ekor sapi yang dipelihara keluarga ini.

“Kami hidupnya dari sapi. Anak-anak sekolah juga hasil jual sapi. Harta kami ya cuma sapi. Makanya bapaknya tinggal di desa, jaga ternak. Nanti malam katanya mau datang,” kata Wisi.

Lain lagi dengan Nengah Suastini, warga Desa Dukuh. Suastini sudah mengungsi ke rumah kerabatnya di Desa Tembok sejak Selasa (19/9) lalu.

Dia juga memboyong ternaknya berupa kambing dan sapi. Syukur kerabatnya bersedia menampung ternak yang ia bawa.

“Harta kami ya cuma ini. Saya sehari-hari ngarit, kalau bapaknya kerja jadi tukang. Sekarang kondisi begini, dimana bapaknya cari kerja. Kalau ternak ditinggal di desa, besok-besok kami mau kerja apa,” katanya.

RadarBali.com – Wilayah yang masuk dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) 3 erupsi Gunung Agung, kini mulai dikosongkan.

Ribuan warga mulai masuk ke kantong-kantong pengungsian yang telah disiapkan. Belum semua warga bersedia mengungsi. Kebanyakan masih bertahan di pemukiman karena merisaukan ternak.

Gelombang pengungsi mulai berdatangan pagi kemarin. Warga dari Desa Ban dan Desa Dukuh di Kecamatan Kubu, mulai berdatangan ke Buleleng sejak pukul 10.00 pagi.

Mereka menumpang truk dan membawa barang seadanya, seperti kasur, pakaian, serta kompor gas. Ada pula yang datang ke pengungsian dengan mengendarai motor pribadi.

Warga dari Desa Dukuh, kini ditampung di wilayah Desa Tembok, Kecamatan Tejakula. Mereka ditempatkan di balai dusun serta gedung-gedung lain yang memungkinkan menampung pengungsi.

Diprediksi ada 4.015 warga Desa Dukuh yang akan mengungsi. Khusus warga dari Desa Ban, sementara ditampung di Desa Sambirenteng serta Desa Les, Kecamatan Tejakula.

Desa Ban memiliki penduduk paling banyak, mencapai 13.726 jiwa dari 15 dusun. Untuk sementara baru warga enam dusun saja yang mengungsi. Selebihnya akan dievakuasi bertahap.

Hingga pukul 17.00 sore kemarin, tercatat ada 732 orang warga yang mengungsi. Di Desa Tembok, ada 179 orang warga dari Desa Dukuh yang mengungsi.

Di Desa Sambirenteng ada 18 orang warga Desa Ban yang mengungsi. Sedangkan di Desa Les, ada 535 orang warga Desa Ban yang mengungsi.

Kondisi pengungsian di Desa Tembok dan Desa Kubu relatif memadai. Warga menempati balai desa dan balai dusun. Di Desa Les, warga berdesak-desakan di tenda pengungsian.

Debu cukup tebal dan riskan menyebabkan penduduk mengalami infeksi saluran pernafasan. Selain itu fasilitas MCK di tenda pengungsian, belum memadai.

Salah seorang pengungsi, Komang Wita, 35, mengaku masuk ke pengungsian mengikuti instruksi dari aparat desa. Warga Banjar Dinas Bunga, Desa Ban ini, memboyong empat orang anaknya.

Masing-masing Luh Ratih, 16; Kadek Miluasih, 14; Ketut Ari Kencana, 6; dan Gede Bayu KW, 4. Sementara suaminya, Nyoman Wisi, 40, masih bertahan di desa.

Wita menyebutkan suaminya bertahan di desa untuk menjaga ternak. Ada sepuluh ekor sapi yang dipelihara keluarga ini.

“Kami hidupnya dari sapi. Anak-anak sekolah juga hasil jual sapi. Harta kami ya cuma sapi. Makanya bapaknya tinggal di desa, jaga ternak. Nanti malam katanya mau datang,” kata Wisi.

Lain lagi dengan Nengah Suastini, warga Desa Dukuh. Suastini sudah mengungsi ke rumah kerabatnya di Desa Tembok sejak Selasa (19/9) lalu.

Dia juga memboyong ternaknya berupa kambing dan sapi. Syukur kerabatnya bersedia menampung ternak yang ia bawa.

“Harta kami ya cuma ini. Saya sehari-hari ngarit, kalau bapaknya kerja jadi tukang. Sekarang kondisi begini, dimana bapaknya cari kerja. Kalau ternak ditinggal di desa, besok-besok kami mau kerja apa,” katanya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/