29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 0:39 AM WIB

Rindu Kampung Halaman, Anak Pengungsi Bikin Lomba Balap Karung

RadarBali.com – Meski masih kecil, anak-anak pengungsi di Posko Induk GOR Swecapura, Klungkung memiliki rasa rindu untuk bisa pulang ke kampung halamannya.

Untuk menghilangkan rasa rindu dan jenuh itu, mereka punya cara yang cukup seru. Yaitu dengan menggelar lomba balap karung namun tidak hanya karung, sarung bantal pun juga dimanfaatkan untuk bisa menggelar perlombaan ini.

Tampak 10 orang anak pengungsi sangat menikmati perlombaan balap karung di dalam GOR Swecapura, Jumat (3/11).

Meski tidak ada hadiah yang mereka dapatkan jika menjadi pemenang, hal itu tidak menjadi masalah. Saking serunya mengikuti perlombaan, jatuh-bangun pun mereka tetap tertawa.

Salah seorang anak pengungsi, Putu Subrata, 10 mengaku sangat senang tinggal di posko GOR Swecapura karena banyak teman yang bisa diajak bermain bersama.

Namun lebih dari itu, dia sangat ingin pulang dan tinggal di rumahnya sendiri. Tapi apa boleh buat, karena lokasi rumah yang berada di Desa Sebudi,

Kecamatan Selat, yang masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB), terpaksa dia dan keluarganya harus bertahan di posko pengungsian GOR Swecapura.

“Jadi biar tidak bosan, saya dan teman-teman main kayak ini. Teman-teman yang lain banyak yang pulang. Saya juga sempat pulang, tapi cuma waktu Galungan saja. Abis sembahyang langsung ke GOR lagi,” tandasnya.

Hal senada juga diungkapkan, Putu Nadi Arta, 7 anak pengungsi asal Desa Sebudi. Dia mengaku sangat senang tinggal di pengungsian karena ada relawan yang mengajak mereka bermain.

Tapi tetap, dia merasa rindu dengan rumahnya sendiri. “Kalau di rumah biasanya pulang dari sekolah, makan langsung belajar. Setelah itu, belajar megambel. Baru boleh main,” katanya.

Kalak BPBD Klungkung Putu Widiada mengungkapkan, sejak status Gunung Agung diturunkan menjadi Siaga, sudah banyak pengungsi yang memilih pulang, terutama pengungsi yang ada di KRB I dan II.

Saat Hari Raya Galungan, ada pula pengungsi yang tepat tinggalnya di KRB III juga ikut pulang, namun untuk sementara waktu saja.

Sehingga tidak heran jika Posko Induk GOR Swecapura tampak sangat sepi. Bahkan tenda-tenda yang berada di Lapangan Swecapura, juga tampak kosong tanpa pengungsi dan barang bawaan.

“Ada juga yang di KRB II bilang hanya pulang sementara dan akan kembali lagi setelah berhari raya. Maka mulai hari ini kami melakukan pendataan lebih menyeluruh,” tandasnya

RadarBali.com – Meski masih kecil, anak-anak pengungsi di Posko Induk GOR Swecapura, Klungkung memiliki rasa rindu untuk bisa pulang ke kampung halamannya.

Untuk menghilangkan rasa rindu dan jenuh itu, mereka punya cara yang cukup seru. Yaitu dengan menggelar lomba balap karung namun tidak hanya karung, sarung bantal pun juga dimanfaatkan untuk bisa menggelar perlombaan ini.

Tampak 10 orang anak pengungsi sangat menikmati perlombaan balap karung di dalam GOR Swecapura, Jumat (3/11).

Meski tidak ada hadiah yang mereka dapatkan jika menjadi pemenang, hal itu tidak menjadi masalah. Saking serunya mengikuti perlombaan, jatuh-bangun pun mereka tetap tertawa.

Salah seorang anak pengungsi, Putu Subrata, 10 mengaku sangat senang tinggal di posko GOR Swecapura karena banyak teman yang bisa diajak bermain bersama.

Namun lebih dari itu, dia sangat ingin pulang dan tinggal di rumahnya sendiri. Tapi apa boleh buat, karena lokasi rumah yang berada di Desa Sebudi,

Kecamatan Selat, yang masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB), terpaksa dia dan keluarganya harus bertahan di posko pengungsian GOR Swecapura.

“Jadi biar tidak bosan, saya dan teman-teman main kayak ini. Teman-teman yang lain banyak yang pulang. Saya juga sempat pulang, tapi cuma waktu Galungan saja. Abis sembahyang langsung ke GOR lagi,” tandasnya.

Hal senada juga diungkapkan, Putu Nadi Arta, 7 anak pengungsi asal Desa Sebudi. Dia mengaku sangat senang tinggal di pengungsian karena ada relawan yang mengajak mereka bermain.

Tapi tetap, dia merasa rindu dengan rumahnya sendiri. “Kalau di rumah biasanya pulang dari sekolah, makan langsung belajar. Setelah itu, belajar megambel. Baru boleh main,” katanya.

Kalak BPBD Klungkung Putu Widiada mengungkapkan, sejak status Gunung Agung diturunkan menjadi Siaga, sudah banyak pengungsi yang memilih pulang, terutama pengungsi yang ada di KRB I dan II.

Saat Hari Raya Galungan, ada pula pengungsi yang tepat tinggalnya di KRB III juga ikut pulang, namun untuk sementara waktu saja.

Sehingga tidak heran jika Posko Induk GOR Swecapura tampak sangat sepi. Bahkan tenda-tenda yang berada di Lapangan Swecapura, juga tampak kosong tanpa pengungsi dan barang bawaan.

“Ada juga yang di KRB II bilang hanya pulang sementara dan akan kembali lagi setelah berhari raya. Maka mulai hari ini kami melakukan pendataan lebih menyeluruh,” tandasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/