33 C
Jakarta
12 November 2024, 12:59 PM WIB

Aktivitas Menurun, PVMBG: Tak Ada yang Bisa Prediksi Kapan Meletus

RadarBali.com – Gunung Agung dua hari terakhir menampakkan gejala penurunan aktivitas. Terutama dari kegempaan.

Namun indikasi lain masih menandakan potensi besar untuk erupsi. Karena itu pihak vulkanologi pun mengambil kesimpulan bahwa status Gunung Agung masih awas atau level IV.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi  (PVMPG) Kasbani, sejak  berstatus awas, pertanyaan yang paling sering dilontarkan kepada dirinya adalah kapan gunung meletus.

Menurut Kasbani, ahli di seluruh dunia tidak ada yang tahu kapan pastinya meletus. Yang tahu hanya Tuhan Yang Maha Esa.

Namun, demikian, kata dia, para ahli bisa memprediksi berdasar parameter yang ada di puncak gunung. Semisal, berdasar rekahan dan lubang di kawah gunung.

Menurutnya, status awas karena parameter lain tidak menurun. Gempa menurun sejak 20 Oktober bukan parameter. Gempa relatif masih tinggi.  

“Bukan kami yang menentukan, tetapi Gunung Agung sendiri yang menunjukkan tanda- tanda yang kami tangkap,” ujarnya.

Kasbani menegaskan desakan magma dari bawah gunung masih yang cukup aktif. Posisi magma sementara terpantau berada di atas yakni sekitar 4 km.

Dengan kondisi ini masih relatif tinggi,  sehingga saat ini belum saatnya menurunkan status menjadi siaga.

Perlu diketahui, bahwa indikasi peningkatan aktivitas Gunung Agung sebetulnya sudah teramati sejak lama. Bukan proses singkat. 

Dalam sejarahnya, gunung pernah mengalami letusan setidaknya 5 kali (3 kali letusan dengan VEI 5, 2 kali letusan dengan VEI 2).

Berdasar pengalaman letusan 1963, jarak antara letusan pembuka ke landasan awan  panas adalah dua hari. Saat itu awan panas melanda hingga jarak 8 km dari puncak.

Ini mengindikasikan bahwa setelah letusan pembuka, letusan lebih besar dapat terjadi dengan singkat. Secara visual, kondisi kawah telah berubah signifikan pada periode krisis ini.

Dalam kondisi normal, kawah Gunung Agung tidak mengeluarkan asap. Pada periode krisis ini asap telah teramati. Intensitas asap terpantau meningkat pada periode level IV (awas).

Ketinggian embusan asap maksimum teramati pada tanggal 7 Oktober 2017 pada pukul 20:30 . Yaitu setinggi 1.500 meter di atas puncak gunung. 

Ini adalah asap tertinggi yang pernah teramati dalam periode krisis ini. Saat ini asap terpantau dengan ketinggian berkisar 100-500 meter di atas puncak.

RadarBali.com – Gunung Agung dua hari terakhir menampakkan gejala penurunan aktivitas. Terutama dari kegempaan.

Namun indikasi lain masih menandakan potensi besar untuk erupsi. Karena itu pihak vulkanologi pun mengambil kesimpulan bahwa status Gunung Agung masih awas atau level IV.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi  (PVMPG) Kasbani, sejak  berstatus awas, pertanyaan yang paling sering dilontarkan kepada dirinya adalah kapan gunung meletus.

Menurut Kasbani, ahli di seluruh dunia tidak ada yang tahu kapan pastinya meletus. Yang tahu hanya Tuhan Yang Maha Esa.

Namun, demikian, kata dia, para ahli bisa memprediksi berdasar parameter yang ada di puncak gunung. Semisal, berdasar rekahan dan lubang di kawah gunung.

Menurutnya, status awas karena parameter lain tidak menurun. Gempa menurun sejak 20 Oktober bukan parameter. Gempa relatif masih tinggi.  

“Bukan kami yang menentukan, tetapi Gunung Agung sendiri yang menunjukkan tanda- tanda yang kami tangkap,” ujarnya.

Kasbani menegaskan desakan magma dari bawah gunung masih yang cukup aktif. Posisi magma sementara terpantau berada di atas yakni sekitar 4 km.

Dengan kondisi ini masih relatif tinggi,  sehingga saat ini belum saatnya menurunkan status menjadi siaga.

Perlu diketahui, bahwa indikasi peningkatan aktivitas Gunung Agung sebetulnya sudah teramati sejak lama. Bukan proses singkat. 

Dalam sejarahnya, gunung pernah mengalami letusan setidaknya 5 kali (3 kali letusan dengan VEI 5, 2 kali letusan dengan VEI 2).

Berdasar pengalaman letusan 1963, jarak antara letusan pembuka ke landasan awan  panas adalah dua hari. Saat itu awan panas melanda hingga jarak 8 km dari puncak.

Ini mengindikasikan bahwa setelah letusan pembuka, letusan lebih besar dapat terjadi dengan singkat. Secara visual, kondisi kawah telah berubah signifikan pada periode krisis ini.

Dalam kondisi normal, kawah Gunung Agung tidak mengeluarkan asap. Pada periode krisis ini asap telah teramati. Intensitas asap terpantau meningkat pada periode level IV (awas).

Ketinggian embusan asap maksimum teramati pada tanggal 7 Oktober 2017 pada pukul 20:30 . Yaitu setinggi 1.500 meter di atas puncak gunung. 

Ini adalah asap tertinggi yang pernah teramati dalam periode krisis ini. Saat ini asap terpantau dengan ketinggian berkisar 100-500 meter di atas puncak.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/