29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:24 AM WIB

Duh, Enggan Tinggal di Kamp, Pengungsi Pilih Tidur Dekat Jembatan

RadarBali.com – Sejumlah pengungsi asal Desa Ban, Karangasem, memilih tidur di dekat jembatan perbatasan antara Desa Sambirenteng dengan Desa Tembok.

Mereka mengaku lebih nyaman tinggal di sana, meski dengan kondisi seadanya. Sedikitnya ada 15 orang pengungsi yang tinggal di sana.

Mereka memanfaatkan aliran sungai yang sudah tidak mengalirkan air lagi. Untuk lokasi tidur, para pengungsi hanya menggunakan atap terpal dan juga alas terpal.

Meski kondisi itu terbilang kurang layak, mereka mengaku lebih nyaman tinggal di sana. Pengungsi ini memilih menghindari lokasi pengungsian yang padat.

Mereka khawatir akan tertular penyakit. Selain itu, mereka juga berada lebih dekat dengan ternaknya.

Salah seorang pengungsi, Ketut Sumandi mengaku dirinya sudah nyaman berada di lokasi tersebut.

Meski dengan kondisi yang terbilang terbatas. “Saya enaknya di sini. Kalau di dekat kota (pusat desa, red) itu saya tidak nyaman.

Saya tidak biasa bergaul di lingkungan seperti itu. Saya memang dari gunung, jadi enaknya di sini,” kata Ketut Sumandi.

Kalau toh nantinya terpaksa harus dipindah, Sumandi meminta agar dicarikan lokasi yang tak terlalu ramai.

Apabila nantinya lokasi itu menampung sampai ratusan orang, Sumandi memilih tidak dipindahkan. Dia lebih memilih jika lokasi penampungan itu hanya menampung antara enam sampai sepuluh kepala keluarga.

“Kalau berkumpul sampai ratusan orang itu kan kesehatan yang utama. Ada banyak anak-anak, saya khawatir ada penularan penyakit nanti. Kalau memang ada yang memungkinkan 6-10 KK, itu lebih baik,” imbuhnya.

Selain itu bila terlalu padat, dikhawatirkan fasilitas untuk kakus tidak memadai. Seperti yang terjadi di Posko Pengungsian Les.

Karena fasilitas kakus pada awalnya sangat minim, akhirnya banyak masyarakat yang buang air besar sembarangan.

Ketua Satgas Penanganan Pengungsi Gunung Agung, Made Arya Sukerta mengatakan, pihaknya akan tetap memindahkan para pengungsi ke lokasi yang lebih layak.

Terutama pengungsi yang masih memanfaatkan tenda sebagai lokasi pengungsian. Tenda dianggap sangat rawan, mengingat sebentar lagi musim hujan.

Pengungsi yang memilih ngotot tetap tinggal di tenda, dikhawatirkan akan terserang penyakit tropis selama musim hujan.

Hanya saja Arya memilih melakukan pemindahan secara bertahap. “Ini harus kami bicarakan pelan-pelan. Supaya semua tetap nyaman.

Kami tetap kedepankan upaya-upaya pendekatan dengan bijaksana, santun, dan manusiawi. Pasti kami pindah,” kata Arya

RadarBali.com – Sejumlah pengungsi asal Desa Ban, Karangasem, memilih tidur di dekat jembatan perbatasan antara Desa Sambirenteng dengan Desa Tembok.

Mereka mengaku lebih nyaman tinggal di sana, meski dengan kondisi seadanya. Sedikitnya ada 15 orang pengungsi yang tinggal di sana.

Mereka memanfaatkan aliran sungai yang sudah tidak mengalirkan air lagi. Untuk lokasi tidur, para pengungsi hanya menggunakan atap terpal dan juga alas terpal.

Meski kondisi itu terbilang kurang layak, mereka mengaku lebih nyaman tinggal di sana. Pengungsi ini memilih menghindari lokasi pengungsian yang padat.

Mereka khawatir akan tertular penyakit. Selain itu, mereka juga berada lebih dekat dengan ternaknya.

Salah seorang pengungsi, Ketut Sumandi mengaku dirinya sudah nyaman berada di lokasi tersebut.

Meski dengan kondisi yang terbilang terbatas. “Saya enaknya di sini. Kalau di dekat kota (pusat desa, red) itu saya tidak nyaman.

Saya tidak biasa bergaul di lingkungan seperti itu. Saya memang dari gunung, jadi enaknya di sini,” kata Ketut Sumandi.

Kalau toh nantinya terpaksa harus dipindah, Sumandi meminta agar dicarikan lokasi yang tak terlalu ramai.

Apabila nantinya lokasi itu menampung sampai ratusan orang, Sumandi memilih tidak dipindahkan. Dia lebih memilih jika lokasi penampungan itu hanya menampung antara enam sampai sepuluh kepala keluarga.

“Kalau berkumpul sampai ratusan orang itu kan kesehatan yang utama. Ada banyak anak-anak, saya khawatir ada penularan penyakit nanti. Kalau memang ada yang memungkinkan 6-10 KK, itu lebih baik,” imbuhnya.

Selain itu bila terlalu padat, dikhawatirkan fasilitas untuk kakus tidak memadai. Seperti yang terjadi di Posko Pengungsian Les.

Karena fasilitas kakus pada awalnya sangat minim, akhirnya banyak masyarakat yang buang air besar sembarangan.

Ketua Satgas Penanganan Pengungsi Gunung Agung, Made Arya Sukerta mengatakan, pihaknya akan tetap memindahkan para pengungsi ke lokasi yang lebih layak.

Terutama pengungsi yang masih memanfaatkan tenda sebagai lokasi pengungsian. Tenda dianggap sangat rawan, mengingat sebentar lagi musim hujan.

Pengungsi yang memilih ngotot tetap tinggal di tenda, dikhawatirkan akan terserang penyakit tropis selama musim hujan.

Hanya saja Arya memilih melakukan pemindahan secara bertahap. “Ini harus kami bicarakan pelan-pelan. Supaya semua tetap nyaman.

Kami tetap kedepankan upaya-upaya pendekatan dengan bijaksana, santun, dan manusiawi. Pasti kami pindah,” kata Arya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/