RadarBali.com – Anggota DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih mengritik pembangunan RS Bali Mandara yang dilakukan Pemprov Bali.
Politisi yang akrab disapa Demer itu menyebut pembangunan RS Bali Mandara tak memperbesar akses kesehatan bagi masyarakat miskin.
Selain itu pembangunan juga tak memicu keseimbangan pembangunan di Bali. Menurut Demer, kondisi pembangunan di Bali saat ini sangat tidak seimbang.
Terutama pembangunan di Bali Selatan yang jomplang dengan pembangunan di Bali Utara, Bali Timur, termasuk Bali Barat. Ia menyebut pembangunan di selatan sudah sangat tinggi.
Demer menyebut pembangunan fasilitas kesehatan di wilayah Denpasar adahal hal menggelikan. Karena fasilitas kesehatan untuk masyarakat di Bali Selatan sudah sangat banyak.
“Kan sangat lucu faslitas untuk masyarakat di Bali ini masih dibangun di tempat yang fasilitasnya sangat banyak. Harusnya dibangun di Buleleng, dibangun di Karangasem, atau di Bangli, atau di Jembrana,” katanya.
Pria yang Anggota Komisi VI DPR RI itu lebih sepakat jika RS Bali Bandara dibangun di tempat yang tingkat kemiskinannya tinggi.
Sebut saja di wilayah Bali Timur. Sehingga masyarakat miskin bisa mendapatkan akses kesehatan lebih mudah lagi.
“Sekarang justru orang kaya yang dapat fasilitas baik, cepat, mudah, murah. Orang miskin masih mikir nih, mau ke Denpasar sama siapa, naik apa, alamatnya di mana, belum lagi kalau harus nginap di mana, habis duit berapa,” imbuhnya.
Demer mengklaim dirinya sempat meminta agar rencana pembangunan RS Bali Mandara dihentikan, ketika ia menjadi tim pemenangan Pasti-Kerta beberapa tahun lalu.
Namun ternyata pembangunan RS Bali Mandara tetap dilanjutkan dan kini sudah siap untuk beroperasi.
Ia juga meminta agar pemerintah memperhatikan arus urbanisasi. Tujuannya terjadi pemerataan di Bali.
Pria asal Desa Tajun itu juga menyebut pembangunan rumah sakit juga dapat memicu urbanisasi, sehingga pembangunan tidak jomplang.
“Kalau bisa tidak ada lagi penambahan kelas universitas di Bali Selatan. Kalau perlu tidak usah menambah universitas,” tandasnya.