26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:32 AM WIB

Bupati Eka Agendakan Tarian Ratu Kidul Berlanjut Tahun Depan, tapi…

TABANAN – Kerauhan demi kerauhan terjadi pasca para penari menari tarian rejang sandat ratu segara usai Festival Tanah Lot.

Seperti yang terjadi kemarin. Para siswi di SMAN 1 Kediri yang ikut menarikan RSRS mengalami kerauhan di sekolah. Parahnya lagi kerauhan terjadi saat sedang mengikuti pembelajaran di ruangan kelas.

Siswi yang kerauhan menari seperti tarian yang digelar saat acara Tanah Lot Art and Food Festival. Kejadiannya sekitar pukul 09.30.

Hal tersebut sontak membuat pihak sekolah panik. Sehingga harus memulangkan siswanya lebih awal.

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti sendiri datang ke Pura Luhur Tanah Lot untuk ngaturang guru piduka.

Bupati Tabanan Eka Wiryastuti usai ritual guru piduka mengatakan, upacara saat ini digelar sebagai ungkapan puji syukur.

Karena seluruh acara sudah berjalan dengan baik, selamat, rahayu, dan berakhir dengan baik. Dia datang untuk melakukan mepamit.

Mungkin saja saat acara pementasan tarian rejang sandat ratu segara ada siswi yang menari belum sempat pamit.

“Akhirnya kami secara global, pihak kepala sekolah dan camat di masing-masing kabupaten mewakili langsung nunas pakuluh/melukat (pembersihan).

Selain itu juga menghanturkan guru piduka. Setiap acara besar, mungkin saja tim, panitia, penari ada yang berbuat salah dan bicara salah.

Sehingga dimohonkan maaf. Agar semua bersih sehat dan selamat,” beber bupati asal Desa Angseri, Baturiti.

Banyak hal yang membuat kerauhan itu terjadi, karena ada gesekan energi positif dan negatif. Kemudian cuntake, karena mereka ingin selalu menari.

Ada yang tidak mepamit atau belum sempat berpamitan ketika usai menari. Ada juga yang kepingit dasar memang harus disenangi untuk ngiring.

Disinggung mengenai mengapa tarian tersebut lebih mengandung unsur tarian Jawa (kejawen), Bupati Eka berdalih mengajegkan bumi Jawa dan Bali. Karena Jawa dan Bali merupakan porosnya nusantara.

“Jika ada siswi yang mengalami kerahuan, kami sarankan kembali untuk melakukan pengelukatan di Pura Luhur Tanah Lot.

Tapi, mudah-mudahan tidak terjadi. Karena prosesi mepamit, ngaturang guru piduka sudah kami laksanakan,” ungkapnya.

Terkait datangnya ratu segara ke diri setiap siswi sehingga langsung mengalami kerauhan, Bupati Eka mengatakan karena kepingit. Mereka artinya dipilih kembali untuk menarikan tarian itu kembali.

“Ke depan tarian sakral ini tetap akan dilakukan. Akan tetapi jumlah penarinya lebih kecil. Ini menjadi pengalaman kami untuk selanjutnya.

Jika akan melakukan pementasan atau pagelaran maka harus cek kesehatan para penari, kemudian lokasi harus benar-benar steril. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang diinginkan,” tandasnya. 

TABANAN – Kerauhan demi kerauhan terjadi pasca para penari menari tarian rejang sandat ratu segara usai Festival Tanah Lot.

Seperti yang terjadi kemarin. Para siswi di SMAN 1 Kediri yang ikut menarikan RSRS mengalami kerauhan di sekolah. Parahnya lagi kerauhan terjadi saat sedang mengikuti pembelajaran di ruangan kelas.

Siswi yang kerauhan menari seperti tarian yang digelar saat acara Tanah Lot Art and Food Festival. Kejadiannya sekitar pukul 09.30.

Hal tersebut sontak membuat pihak sekolah panik. Sehingga harus memulangkan siswanya lebih awal.

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti sendiri datang ke Pura Luhur Tanah Lot untuk ngaturang guru piduka.

Bupati Tabanan Eka Wiryastuti usai ritual guru piduka mengatakan, upacara saat ini digelar sebagai ungkapan puji syukur.

Karena seluruh acara sudah berjalan dengan baik, selamat, rahayu, dan berakhir dengan baik. Dia datang untuk melakukan mepamit.

Mungkin saja saat acara pementasan tarian rejang sandat ratu segara ada siswi yang menari belum sempat pamit.

“Akhirnya kami secara global, pihak kepala sekolah dan camat di masing-masing kabupaten mewakili langsung nunas pakuluh/melukat (pembersihan).

Selain itu juga menghanturkan guru piduka. Setiap acara besar, mungkin saja tim, panitia, penari ada yang berbuat salah dan bicara salah.

Sehingga dimohonkan maaf. Agar semua bersih sehat dan selamat,” beber bupati asal Desa Angseri, Baturiti.

Banyak hal yang membuat kerauhan itu terjadi, karena ada gesekan energi positif dan negatif. Kemudian cuntake, karena mereka ingin selalu menari.

Ada yang tidak mepamit atau belum sempat berpamitan ketika usai menari. Ada juga yang kepingit dasar memang harus disenangi untuk ngiring.

Disinggung mengenai mengapa tarian tersebut lebih mengandung unsur tarian Jawa (kejawen), Bupati Eka berdalih mengajegkan bumi Jawa dan Bali. Karena Jawa dan Bali merupakan porosnya nusantara.

“Jika ada siswi yang mengalami kerahuan, kami sarankan kembali untuk melakukan pengelukatan di Pura Luhur Tanah Lot.

Tapi, mudah-mudahan tidak terjadi. Karena prosesi mepamit, ngaturang guru piduka sudah kami laksanakan,” ungkapnya.

Terkait datangnya ratu segara ke diri setiap siswi sehingga langsung mengalami kerauhan, Bupati Eka mengatakan karena kepingit. Mereka artinya dipilih kembali untuk menarikan tarian itu kembali.

“Ke depan tarian sakral ini tetap akan dilakukan. Akan tetapi jumlah penarinya lebih kecil. Ini menjadi pengalaman kami untuk selanjutnya.

Jika akan melakukan pementasan atau pagelaran maka harus cek kesehatan para penari, kemudian lokasi harus benar-benar steril. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang diinginkan,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/