GIANYAR – Petani Banjar Selasih, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, bersitegang dengan investor PT Ubud Resort Duta Development (URDD), Sabtu (23/11) pukul 09.00.
Ibu-ibu berada di barisan depan. Mereka buka baju menghadang escavator yang hendak mengeruk lahan pertanian. Escavator itu dikawal ratusan polisi.
Perwakilan petani Selasih, Wayan Kariasa, menyatakan warga bersikukuh menolak ada pengerukan lahan di atas tanah mereka.
“Ibu-ibu spontanitas tidak ada provokasi. Karena dalam perjuangan ini murni niat kita menghalau alat berat,” ujar Kariasa.
Dalam aksi penghadangan, tidak ada warga Selasih yang diamankan. “Hanya ada ibu ibu sampai buka baju itu sempat ditarik. Tapi, ada dari warga menyelamatkan,” jelasnya.
Warga dan polisi sempat adu mulut. Namun, akhirnya warga kalah jumlah. “Polisi ratusan. Kami hanya 20 orang. Kami tak berdaya,” jelasnya.
Warga jelas kecewa dengan investor. “Waktu pertemuan kemarin (Jumat sore), kami sudah minta jangan bawa alat. Pulangkan alatnya. Tapi, tetap mereka masuk dikawal polisi,” keluhnya.
Bahkan, pertanyaan warga, tak banyak dijawab oleh perwakilan investor. Tapi, alat berat masuk. Karena dikawal polisi, alat berat leluasa mengeruk lahan pertanian.
“Masih dijaga sama polisi,” jelasnya. Berdasar pantauan, alat sempat mengeruk hingga 5 are. “Kalau sekarang mungkin sudah meluas. Karena kerjanya eskavator kan cepat sekali.
Disana masih perkiraan saya polisi akan nginap disana, karena di beberapa truk saya lihat ada terpal kayak mau bangun tenda,” jelasnya.
Sementara itu, Kapolres Gianyar, AKBP Priyanto Priyo Hutomo, menyatakan pengawalan yang begitu besar merupakan permohonan dari investor PT URDD.
“Mereka minta pengamanan terhadap tanah mereka, sesuai sertifikat hak guna bangunan (HGB). Pengamanan libatkan 300 personil,” ujarnya.
Kepolisian bersama Pemda juga sempat sosialisasi bersama petani pada Jumat lalu. Kata dia, dalam sosialisasi sudah dijelaskan bahwa pihak investor akan melakukan penataan lahan. “Ini untuk mengangkat akar-akar di sini,” pungkasnya.