28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 5:15 AM WIB

Bupati Agus Usulkan 9 Desa di Buleleng Bangun TPS3R ke Kemen PUPR

SINGARAJA – Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan mutlak dilakukan. Padahal, sampah jika dikelola dengan baik hanya sedikit sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Pengelolaan sampah sejati dapat dimulai dari rumah tangga kemudian baru ke lokasi tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, recycle (TPS3R).

“Kami minta desa terus mendorong sistem pengelolaan sampah secara mandiri. Terutama desa dapat memberikan edukasi kepada warganya

agar dapat memilah sampah dari rumah tangga masing-masing terlebih dahulu. Baru kemudian dibawa ke TPS3R, sehingga pengolahan lebih mudah dilakukan,” kata Bupati Buleleng Agus Suradnyana.

Menurutnya, hadirnya TPS3R Baktiseraga di tengah Kota Singaraja yang dibangun oleh Kementerian PUPR melalui bantuan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Provinsi Bali.

Selain ditujukan mengoptimalkan upaya penanggulangan dan pengelolaan sampah. Sekaligus menjadi percontohan TPS3R lain yang dibangun di Buleleng.

Lantaran masih banyak TPS3R yang belum aktif beroperasi. “Disamping itu juga mencegah banjir di wilayah Kota Singaraja, karena sampah,” harapnya.

Bupati Agus menyebut ada 9 desa di Buleleng yang juga berencana mendirikan TPS3R dan sedang mengusulkan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Namun, saat di ini masih proses seleksi. Desa-desa tersebut ingin membangun TPS3R agar dapat mengelola sampah secara mandiri.

“Kami berharap lebih banyak TPS3R sampah tertanggulangi. Yang terpenting bagaimana orang yang menggerakkan dari tingkat paling bawah dalam memberikan edukasi kepada warga,” pungkasnya.

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) Provinsi Bali, I Wayan Andi Suryantara mengatakan, TPS3R yang dibangun di desa Baktiseraga atas usulan pemerintah desa.

Banyak pertimbangan mengapa pembangunan TPS3R dapat dilakukan. Selain karena luasan lahan, akses jalan, retribusi sampah.

Kemudian karena tingkat partisipasi masyarakat tinggi (kesadaran) penanganan sampah dan komitmen pengelolaan sampah.

Andi Suryantara mengaku Buleleng saat ini sudah ada 9 desa yang mengajukan usulan baru pembangunan TPS3R untuk TPS3R tahun 2021.

Kini 9 desa tersebut sudah masuk tahap seleksi. “Kami tak mau sekarang asal bangun TPS3R. Inginnya berkelanjutan dan mandiri.

Khawatirnya masalah ditemui di lapangan baru 2-3 tahun berjalan. Setelah itu mati suri berhenti beroperasi,” ucap Andi Suryantara.

Tahun 2020 ini untuk Bali sendiri ada lima lokasi pembangunan TPS3R. Yakni berada kabupaten Buleleng, Klungkung, Gianyar, Jembrana dan Bangli.

Setiap pembangunan TPS3R di desa menerima bantuan termasuk mesin pengolah total sekitar Rp 600 juta.

“Jadi dibangunnnya TPS3R di Desa Baktiseraga tidak hanya jadi monument panjangan saja. Tetapi harus konsisten beroperasi. Bila perlu menjadi TPS3R yang mengelola sampah berbasis masyarakat,” tandasnya. 

SINGARAJA – Pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan mutlak dilakukan. Padahal, sampah jika dikelola dengan baik hanya sedikit sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Pengelolaan sampah sejati dapat dimulai dari rumah tangga kemudian baru ke lokasi tempat pengelolaan sampah reuse, reduce, recycle (TPS3R).

“Kami minta desa terus mendorong sistem pengelolaan sampah secara mandiri. Terutama desa dapat memberikan edukasi kepada warganya

agar dapat memilah sampah dari rumah tangga masing-masing terlebih dahulu. Baru kemudian dibawa ke TPS3R, sehingga pengolahan lebih mudah dilakukan,” kata Bupati Buleleng Agus Suradnyana.

Menurutnya, hadirnya TPS3R Baktiseraga di tengah Kota Singaraja yang dibangun oleh Kementerian PUPR melalui bantuan Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Provinsi Bali.

Selain ditujukan mengoptimalkan upaya penanggulangan dan pengelolaan sampah. Sekaligus menjadi percontohan TPS3R lain yang dibangun di Buleleng.

Lantaran masih banyak TPS3R yang belum aktif beroperasi. “Disamping itu juga mencegah banjir di wilayah Kota Singaraja, karena sampah,” harapnya.

Bupati Agus menyebut ada 9 desa di Buleleng yang juga berencana mendirikan TPS3R dan sedang mengusulkan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Namun, saat di ini masih proses seleksi. Desa-desa tersebut ingin membangun TPS3R agar dapat mengelola sampah secara mandiri.

“Kami berharap lebih banyak TPS3R sampah tertanggulangi. Yang terpenting bagaimana orang yang menggerakkan dari tingkat paling bawah dalam memberikan edukasi kepada warga,” pungkasnya.

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) Provinsi Bali, I Wayan Andi Suryantara mengatakan, TPS3R yang dibangun di desa Baktiseraga atas usulan pemerintah desa.

Banyak pertimbangan mengapa pembangunan TPS3R dapat dilakukan. Selain karena luasan lahan, akses jalan, retribusi sampah.

Kemudian karena tingkat partisipasi masyarakat tinggi (kesadaran) penanganan sampah dan komitmen pengelolaan sampah.

Andi Suryantara mengaku Buleleng saat ini sudah ada 9 desa yang mengajukan usulan baru pembangunan TPS3R untuk TPS3R tahun 2021.

Kini 9 desa tersebut sudah masuk tahap seleksi. “Kami tak mau sekarang asal bangun TPS3R. Inginnya berkelanjutan dan mandiri.

Khawatirnya masalah ditemui di lapangan baru 2-3 tahun berjalan. Setelah itu mati suri berhenti beroperasi,” ucap Andi Suryantara.

Tahun 2020 ini untuk Bali sendiri ada lima lokasi pembangunan TPS3R. Yakni berada kabupaten Buleleng, Klungkung, Gianyar, Jembrana dan Bangli.

Setiap pembangunan TPS3R di desa menerima bantuan termasuk mesin pengolah total sekitar Rp 600 juta.

“Jadi dibangunnnya TPS3R di Desa Baktiseraga tidak hanya jadi monument panjangan saja. Tetapi harus konsisten beroperasi. Bila perlu menjadi TPS3R yang mengelola sampah berbasis masyarakat,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/